Satu
Vegasus International High School adalah sekolah termahal di Indonesia. Cuma para siswa siswi borju dan kaya raya, termasuk kalangan artis yang bisa masuk ke sekolah ini. Meskipun ada beasiswanya. Namun Vegasus sangat ketat dalam memilih para siswa yang akan mendapatkan beasiswa. Hanya siswa yang terpilihlah yang bisa masuk disini. Tentunya dengan prestasi yang luar biasa.
Robertho Erlangga Smith adalah pemilik sekolah Vegasus International High School. Sealin itu Mr. Smith ini pemegang saham terbesar di Multi Fashion Grup. Dan Vegasus Grup. Termasuk orang terkaya seasia tenggara. Bahkan cabangnya sudah menyebar kebeberapa negara di dunia. Termasuk Eropa dan Prancis. Robertho punya satu anak laki-laki namanya Dimas Erlangga Smith. Duda sukses dengan berlimpah harta, ini masih setia dengan mendiang istrinya. Sejak istrinya meninggal karena kecelakaan. Robertho tidak berniat untuk menikah kembali. Sepertinya ia sangat mencintai mendiang istrinya.
Dimas Erlangga Smith. Cowok paling ganteng dan terkaya. Di Vegasus Dimas paling di takuti. Karena Dimas paling berkuasa di Vegasus. Jangankan murid, Guru-guru pun takut padanya. Engga ada yang berani menghukum atau memarahinya. Dimas punya gank namanya 'Galaxi Hiper Star's' (GHS) siswa-siswi terpilih yang bisa masuk gank ini. Dimas sering menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena. Sebetulnya yang punya gelar itu papahnya. Dimas selalu memangfaatkan kedudukan papahnya. Kalau mendengar Robertho Smith. Pasti semua orang akan tahu, kalau Robertho adalah pengusaha sukses.
Dimas turun dari mobil Lambroghini Reventon. Mobil mewah ke tiga termahal di dunia harganya kisaran $1.600.000 waaaawww.. Cowok tinggi,berkulit putih dan berbadan kurus ini. Selalu menarik pesona setiap cewek yang melihatnya. Penampilanya yang fashioneble selalu menyilaukan mata uang memandang. Sudah tampan, kaya raya pula. Lengkap sudah. Sudah bisa di tebak, hanya orang yang tidak waras saja yang tidak mau dengan dirinya.
Pagi itu siswi-siswi Vegasus kecentilan menyapa Dimas dengan senyum penuh pesona. “Pagi kak Dimas,” namun Dimas lurus saja tanpa menghiraukan adik-adik kelasnya. Dengan wajah so coolnya, Dimas berjalan menuju best camp GHS.
“Haiii Guys!!” Sapa Dimas sambil mengunyah permen karet.
“Haii gila lo! Jam segini baru dateng!” Balas Ananda salah satu anggota gank GHS.
“Biasa gue kan abis begadang semalem.. ahaha..” katanya tanpa rasa berdosa.
“Si Mario juga belum dateng sama si Angela,” celetuk Jelita, cewek munggil berwajah oval. Sedikit oriental karena matanya yang kecil terlihat sipit membuat dia seperti turuan toing hoa.
“Wahh parah nih bisanya lo Dim paling ngaret!” Anggie ikut bicara. Cewek hitam manis berkulit esotik ini selalu tampil fashionebel. Ia tak mau ketinggalan trend jaman sekarang. Parasnya yang cantik tentu membuat siswa Vegasus tak mungkin menolak pesonanya. Tapi sayang kadang, cantik-cantik agak lemot hhee.
“s****n tuh mereka ngambil predikat gue!” Dimas sedikit muraka.
“Heeyy woles sob!” Ananda mencoba menenangkan Dimas. Cewek berkulit kuning langsat ini sangat menarik. Hobbynya yang suka treveling. Membuat ia mengethui beberapa Negara yang asik dan layak untuk di kunjungi. Sering kali setiap liburan sekolah ia selalu berkeliling dunia hanya untuk menikmati indahnya dunia ini. Katanya hanya dengan begitu, ia akan awet muda karena terus-terusan refreshing. Haha ada-ada saja. Anak sultan mah bebas mau jalan-jalan keliling dunia. Asal kuat saja buat ongkos jalannya.
“Ngapain nih kita hari ini?” ucap Dimas.
“Gue lagi males masuk kelas nih. Gimana kalo kita ngerjain anak-anak Vegasus? Pasti seru tuh Dim,” usul Anggie.
“Oke. Siapin bintang merah. Kita kerjain aja adik kelas. Kan bisanya b**o-b**o,” perintah Dimas.
“Ahahah lo bisa aja Dim. Oke, bintang merah udah siap tinggal nunggu si Angela sama si Mario,” Ananda menyiapkan dua buah bintang merah untuk di pakai aksi mereka saat ini.
Akhirnya yang di tunggu datang jugaMario dan Angela datang.
“Hayy guys!” sapa Mario dengan wajah tanpa dosa.
“Gila lo! Ngambil predikat gue lo! Yang biasanya telatkan gue. Napa sekarang jadi lo?” Dimas nyolot karena predikatnya di ambil. Ya, memang Dimas yang selalu terlambat datang ke sekolah.
“Wiiihh woles sob! Hari gue bakalan kasih bintang pink.” Bukannya menanggapi Dimas, Mario malah cengar cengir mengalikan pembicaraan. Sepertinya Mario sedang kasmaran. Buktinya ia akan memberikan bintang pink pada seseorang.
“Wih lo naksir sama siapa Yo?” tanya Angela penasaran yang juga baru masuk ke dalam best camp.
“Ada deh. Lo pada mau ngerjain anak-anak yah? Gue kali ini absen dulu. Gue mau bersenang-senang. Haha,” ucapnya sambil tertawa girang.
“s****n lo! Ya udah sana gih! Nanti nanti bintang pink gue hapus! Biar engga seenaknya lagi,” Dimas sedikit dongkol.
“Ya ilah lu Dim. Jangan lah. Tar gue kaga bisa dapetin cewek Vegasus dengan semudah ini hahaa,” nampaknya memang Mario sedang mengincar cewek di selolah ini. Kelakuanya sejak tadi seperi orang gila yang baru keluar rumah sakit jiwa, karena tertawa terus. Tapi yakin deh, kasamarannya hanya sebentar. Mana ada sih dalam sejarah Mario setia. Dia kan sebelas dua belas dengan Dimas.
Toilet Cowok.
“Lo jangan belagu! Inget ini bukan sekolah nenek moyang lo!” ancam Dimas sambil menarik kerah siswa Vegasus yang jadi mangsanya.
“Ini juga bukan sekolahan lo!” berani sekali siswa itu pada Dimas. Belum tahu dia sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Biasanya yang tidak tahu Dimas cuma siswa yang kurang bergaul. Yang biasanya hanya di dalam perpustakaan, sehingga yang mereka tahu hanya buku-buku saja.
“Rese ni anak. Lo ga tahu siapa gue hah?” Dimas mengepalkan tanganya. Rasanya panas ingin sekali menghantam wajah siswa mangsanya.
“Tenang Dim. Biar kita telanjangin dia aja dan sekap di toilet ini,” usul Angela.
“Setuju.. ahaha,” dukung Anggie sambil tertawa terbahak-bahak.
Dimas tersenyum penuh kemenangan.
“Lo beresin tuh semua. Males gue. Gue mau main basket dulu,” Dimas ke luar toilet. Dan berjalan menuju lapang basket.
Lapangan Basket.
Dimas mendrible bola dan bersiap untuk lay up. Shoohtt dan masuk. Pikiran Dimas melayang. Gue ngerasa bosen sama hidup gue. Ahh semua serba mudah gue dapetin. Apapun bisa gue dapetin. So gue pengen sesuatu yang berbeda, yang lebih sulit, yang lebih menantang buat hidup gue, gumamnya.
“Hay guys! Ngelamun mulu lo kerjaannya!” sontak Dimas terkejut dikagetkan oleh Mario.
“Rese lo! Bukannya lo mau ngedate?”
“Iya dong. Lo kapan mau kasih bintang pink sama cewek?” Mario malah balik nanya.
“Alah. Bosen gue! Cewek-cewek di sini ga asik. Gitu-gitu aja, lagian lo mau aja sama cewek-cewek engga asik itu. Yah, memang gue akui. Sekarang mantan lo lebih banyak dari gue. Tapi gue udah mulai bosen. Jadi kanyanya gue berniat buat hapus bintang pink aja deh,”
“Eh jangan dong. Lo tahu kan tanpa bintang pink gue engga berkuasa apa-apa. Untung aja ada bintang pink. Sampe guru juga mau jadi cewek gue hahaha,” tawa Mario tanpa rasa bersalah.
“Nah itu tuh. Lo jadi semena-mena gitu. Ya udah, entar juga ada saatnya kok gue hapus. Lagian lo mau sampe kapan kaya gitu?” Mario hanya nyengir kuda di tanya Dimas seperti itu. Ya, iya sih, mau sampai kapan mereka menjadi playboy suatu saat mereka juga ingin mendapatkan cinta sejati. Cinta yang sesungguhnya. Bukan hanya sekedar status.
Mario menngetuk-ngetukan jarinya ke dagunya “Dim lo kesini pake Lambroghini Reventon?” Mario mengalihkan pembicaraan.
“Iya emang nape?”
“Gillla!! Mobil itu kan mobil termahal ketiga di dunia,” Mario heboh kaya engga tahu saja siapa Dimas.
“Lo lupa bokap gue!” ucapnya sombong seperti biasa.
“Ya, ya, ya, gue percaya deh sama lo!” Mario pasrah. Memang belum ada yang bisa mengalahkan kekayaan keluarga Mr. Smith di sekolah ini.
“Berapa hari tu cewek?” tanya Dimas.
“Palingan dua hari udah gue putusin,” jawab Mario enteng. Benar kan? Mario tidak pernah serius dalam menjalani sebuah hubungan. Mario hanya ingin bersenang-senang dengan pacar sementaranya.
“Bagus! Udah ah gue mau maen basket dulu,” Dimas mendorong tubuh Mario agar menjauh dari dirinya. Dimas ingin memperbaiki moodnya yang kurang bagus hari ini. Mudah-mudahan dengan bermain basket bisa sedikit mengembalikan moodnya jadi lebih baik.
“Ayo lawan gue!” tantang Mario.
“Ga ada kapok-kapoknya lo!” kemudian mereka saling bersiap di posisi mereka. One on one di mulai pastinya Dimas akan lebih unggul dari pada Mario. Dimas sudah sangat mahir di bidang basket. Hampir setiap ada kesempatan, pasti Dimas selalu bermain basket. Rasanya bermain basket sejenak, seakan membuat ia lupa akan kesepiannya selama ini. Sedangkan Mario hanya suka saja dan jarang sekali untuk latihan. Sudah di pastikan, pasti Dimas yang akan mengalahkan duel ini.
********
Saat dunia runtuh bagiku
Semua orang pergi menjauh dariku
Tak teman tak keluarga
Semua lenyap dalam gemerlap dunia.
Cinta dan kasih sayang sudah sirna
Tak ada lagi yang bisa kuharapkan
Semua hancur seiring waktu
Kepingan demi kepingan berubah menjadi abu.
Dan lenyap tertiup angin tanpa bekas
Tuhan sampai sini kah hidupku?
Apakah ini akhir dari cerita hidupku?
Apakah tidak terlalu kejam?
Semua lenyap sekejap saja dalam satu hari.
Apakah ini adil Tuhan?
Aku hanya ingin keadilanmu.
Semoga ada keajaiban setelah kehancuran ini.
-Michelle Octorina Andara-
Rumah Michelle
“Micheeeelllll!!! Banguunn!” Rini membangunkan Michelle yang tengah asik tidur. “Michelle! Cepet bangun. Kamu harus sekolah,” Michelle ngulet lalu mengucek-ngucek mata.
“Kakak aku masih ngantuk. Aku ga mau sekolah di situ lagi. Aku malu kak, jadi mendingan aku pindah aja” jawab Michelle sambil bermalas-malasan di ranjang kesayanganya.
“Chell Please. Meskipun kita udah ancur tapi kamu tetep harus sekolah. Ayo sayang bangun!” bujuk Rini sang kakak tertua di keluarga ini.
“Kak aku ga mau. Di sekolah pasti nanti banyak yang ngehina aku. Ini semua gara-gara papah. Yang seharusnya mati itu papah bukan mama!” tukas Michelle setengah kesal.
“Udah Chell mau gimanapun itu papah kita sayang, udah gih kamu cepet mandi,” rayu Rini pantang menyerah.
“ENNAAGAK!! Papah udah aku anggap MATI!!” pekiknya sampai terdengar melenging ke setiap sudut ruangan kamarnya.
Michelle Octorina Andara, anak ke dua dari lima bersaudara. Mempunyai kakak bernama Rini Andara dan tiga adik bernama Rahmi, Irma dan Shella. Keluarga Michelle berantakan saat Papahnya korupsi dan terlibat hutang besar. Tidak hanya itu. Papahnya pergi meninggalkan mereka dan kabur bersama selingkuhannya. Papahnya Michelle melepaskan tanggung jawab itu. Sehingga perusahaan bangrut, terpaksa harus di jual dan rumah harus di sita pihak bank demi menutupi hutang-hutangnya. Ibu Michelle shock dan meninggal dunia. Semenjak itu Michelle tidak mau sekolah. Dan malas untuk kemana-mana. Mereka sering di hujat masyarakat karena mempunyai ayah yang seorang koruptor. Untungnya Michelle, Rini, Rahmi, Irma dan Shella mempunyai asuransi pendidikan. Yang diwariskan oleh almarhumah ibunya. Jadi mereka masih bisa tetap sekolah sampai tahap kuliah. Soal pendidikan mereka boleh merasa tenang. Tapi untuk biaya sehari hari, mereka harus berpikir bersama-sama.
“Michelle kakak mohon. Kamu harus ngertiin kakak. Sekarang kakak yang jadi tulang punggung kalian. Kamu juga harus belajar tegar. Biar bisa kasih contoh buat adik-adik kamu. Ya sayang. Vegasus engga akan ngeluarin kamu karena kasus papah kok,” bujuk Rini pantang menyerah.
“Tapi kak..” Michelle terus mencari alasan.
“Please.. kakak mohon,” Merihat Rini memelas Michelle tak tega. Mau bagaimanapun hidup akan terus berjalan. Dan harus di hadapi bukan di hindari. Michelle salut pada kakaknya yang berusaha tegar demi adik-adiknya. Meskipun Michelle tahu. Rini pun mengalami kehancuran yang sama.
“Ya deh kak. Michelle sekolah. Udah ya kak jangan sedih lagi,” rajuk Michelle.
“Iya sayang. Makasih,”
Michelle melihat sekitar rumah. “Ade ade kemana kak?”
“Mereka udah berangkat sekolah. Nanti sepulang sekolah. Kita pindah ke kontrakan. Rumah ini udah di sita sama bank. Buat menutup uang korupsi yang papah ambil.” Jelas Rini.
“Ahhh!! Aku benci sama papah!!” Michelle benar-benar kesal dengan kelakuan papahnya.
“Udah udah yah. Gih mandi sana nanti telat lagi,” ucap Rini.
Michelle beranjak pergi ke kamar mandi, kemudian siap-siap menuju sekolah.
********
Vegasus International High School.
Setelah seminggu tidak masuk sekolah rasanya aneh bagi Michelle. Semua teman-temannya menjauh darinya. Memang yah, teman itu terlihat ketika terjatuh. Teman sejati itu akan tetap ada dalam kondisi apapun. Baik disaat kita bahagia, maupun disaat sedih. Sedangkan, jika mereka menjauh. Mereka bukanlah teman.
Michelle sekarang kelas tiga. Dan tidak tahu kelasnya dimana.
“Michelle!!” Michelle menengok kearah yang memanggilnya. Kemudian menyipitkan matanya untuk memastikan siapa yang tadi memanggilnya.
“Putri,” sahut Michelle sambil tersenyum.
“Chell, seminggu ga ada kamu sepi banget sekolah,” ujar Putri.
“Bukannya semua benci aku?”
Putri menggeleng-gelengkan kepala, “Chell Chell.. Aku Ivha sama Chanes masih jadi temen kamu kok. Kita dah keluar dari gank Jupiter,” terangnya.
“Oh ya? Gank Jupiter kan gank paling bergengsi di sekolah ini, kenapa kalian keluar?” heran Michelle. “Jangan bilang gara-gara aku lagi?” tebak Michelle.
“Ya demi kamulah Chell,” tuh kan benar saja. Tebakan Michelle tak pernah salah.
“Engga seharusnya kalian kaya gitu, aku engga apa-apa kok. Aku emang pantas mendapatkan semua itu,” sesal Michelle.
Putri malah tersenyum, “Oh iya kita ke perpus yuk! Udah itu tar aku tunjukin kelas baru kita.” Putri malah mengalihkan pembicaraan. Tapi, di satu sisi senangnya hati Michelle saat mendengar perkataan Putri. Rasanya sedikit lega karena masih ada yang menganggapnya sebagai sahabatnya. Yaaah meskipun sahabatnya yang dulu lebih banyak. Tapi kebanyakannya munafik, mereka hanya mendekati Michelle karena hartanya. Bukan karena ketulusan hati. Hanya merekalah yang tersisa.
“Ayo!” ucap Michelle penuh semangat. Karena tidak melihat ke jalan, Michelle menabrak sesuatu. Sepertinya sifat cerobohnya masih saja belum hilang.
Bug!!
“Ahahaa.. Chell Chell.. cerobohnya masih aja ga ketulungan,” bukannya nolongin Putri malah asik mentertawakan Michelle yang tersungkur ke lantai karena menabrak tembok.
“Ahhh sakit tahu!” keluhnya.
“Lagian tembok masih aja kamu tabrak,” Sambil nyengir kuda Michelle berjalan mengusap-ngusap kepalanya yang kejedot tadi.
Library Vegasus.
Michelle dan Putri belajar bersama. Berhubung Michelle sudah seminggu tidak masuk sekolah. Jadi Putri membantu untuk mengejar pelajaran yang ketinggalan. Putri memberi buku catatan dan buku-buku yang dipelajari selama seminggu ini. Putri yakin Michelle bisa mengejar pelajaran yang tertinggal. Michelle termasuk siswi yang pintar. Jadi gampanglah kalau hanya tertinggal pelajaran hanya satu minggu.
“Put, aku ke toilet dulu yah! Kebelet nih!” kata Michelle sambil berjinjit-jinjit menahan ingin buang air kecil. Belum juga ada sepuluh menit di perpustakaan, udah ingin buang air saja tuh anak.
Putri malah senyam senyum menahan tawa, “Gih sana. Hati hati nabrak lagi ya! Hihi” katanya sambil cekikikan.
“Rese kamu!” Michelle berlari keluar perpus. Tak jauh dari perpus Michelle menabrak sesuatu lagi. Yakin kali ini bukan tembok. Melainkan orang.
BUK!
“Auuu, Maaf.” Sesal Michelle.
“Bisa ga sih kalo jalan pake mata?!!” bentak seorang cowok yang baru saja Michelle tabrak.
“Yeeehh nyolot. Jalan tuh pake kaki. Kalo pake mata sakit dong! b**o banget sih!”
“Lo siapa sih? Kayanya gue ga pernah lihat lo di sini!”
“Kamu tuh yang siapa?” tanyanya ketus.
“Hah? Cupu banget sih lo. Lo ga tahu siapa gue? Pasti lo sama kaya manusia-manusia cupu yang kerjaannya nongkrong di perpus!” celanya.
“Jangan sembarangan kamu!” Michelle mulai naik pitam.
“Percuma ngomong sama lo! Buang-buang waktu gue!” cowok itu langsung pergi meninggalkan Michelle yang masih bengong. Siapa sih tu orang? Rese banget, umpatnya dalam hati.
“Michelle!!” Putri mendekati Michelle.
“Ya, kenapa Put?”
“Kamu kamu.. nabrak tuh anak?” suara Putri terbata-bata seperti tercekik.
“ Iya sebel banget. Padahal aku dah minta maaf. Dianya nyolot,”
“Kamu ga tau itu siapa?” Siapa dia? Emangnya siapa sih? Segitu paniknya Putri sampai berbicara terbata-bata seperti itu.
”Penting ya aku tahu siapa dia? Emang siapa dia?” Michelle penasaran juga sih siapa orang rese itu.
“Kata gue juga hati-hati Chell, sifat lo dari dulu engga berubah. Kalo engga tembok. Orang yang lo tabrak, bener-bener ceroboh. Chell, Dia itu Dimas Erlangga Smith anak pemilik sekolah ini. Ayahnya itu orang terkaya seasia tenggara,” jelas Putri.
“Mau dia kaya mau dia miskin. Emang apa hubungannya?” Putri geregetan pada Michelle bisa-bisanya Michelle sesantai itu menghadapi orang nomor satu di Vegasus.
“Michelle, Dimas tuh orang paling berpengaruh di sekolah ini. Kamu tahu gank GHS?” Michelle menggeleng. “Galaxi Hiper Star's. Gank yang paling di takutin di sekolah ini,”
“Oh ya? Masa sih?”
“Michelle. Jangan main-main sama mereka. Jangan sampe kamu dikasih bintang kuning. Apalagi bintang merah,” Michelle tak mengerti. Bintang kuning? Bintang merah? Emang ada di sekolah ini?
”Apa sih bintang kuning, bintang merah?” Putri menjelaskan.
Bintang Merah, kalau ada siswa siswi yang mendapatkan bintang merah. Itu tandanya orang itu akan mendapatkan kutukkan dari gank GHS. Siswa siswi Vegasus wajib membully orang itu. Yang jelas ada yang sampai patah tulang dan lain-lain. Hal ini tidak akan ada yang berani menuntut balik. Secara mengingat kekuasaan anggota gank GHS. Dimas anak pemilik Vegasus Grup plus perusahaan Multi Fashion Grup. Mario Jendral kepolisian. Angela anak konglomerat. Anggie ayahnya memiliki pertambangan emas. Ananda, ayahnya mempunyai perusahan trevel yang sudah mendunia. Pantas saja hobinya treveling. Jadi mereka paling berkuasa. Kalau sampai tiga kali dapat bintang merah, siswa siswi itu otomatis di keluarkan dari Vegasus.
Bintang Kuning, harap hati-hati dengan bintang ini. Karena berikutnya akan mendapatkan bintang merah. Mungkin ada kesalahan fatal yang di lakukan siswa siswi yang membuat gank GHS murka. Bintang kuning hanya pengingat agar si penerima bintang kuning lebih berhati-hati pada anggota gank GHS.
Bintang Hijau artinya siswa siswi bebas dari bully para siswa siswi Vegasus. Tentunya bintang ini di berikan setelah gank GHS membelikan bintang merah.
“Kaya rambu-rambu lalu lintas aja,” celetuk Michelle.
“Ahah ada yang lebih lucu. Bintang Pink sama bintang ungu,”
“Apa lagi tuh?” Michelle mengerutkan keningnya.
“Bintang Pink artinya cewek atau cowok yang dikasih bintang itu. Mereka wajib jadi pacar mereka yang ngasih bintang pink. Ga boleh nolak. Kalo ga, bisa-bisa di kasih bintang merah,”
“Kalo bintang ungu?” nampaknya Michelle mulai tertarik dengan rambu-rambu bintang yang di buat oleh gank GHS. Sedikit aneh sih, tapi unik juga. Ada yah di sekolah peraturan macam seperti itu.
“Kalo cewek harus putusin cowoknya. Dan gitu sebaliknya,”
“Kejam banget sih mereka,”
“Makannya jangan macem-macem sama mereka Chell,” Putri memberikan peringatan.
“Ga takut aku,” tantang Michelle sambil melipat tangan di depan dadanya.
JJJJJJ
Vegasus 3 IPA 1
“Tarraaa! Ini kelas kita,” kata Putri sambil menujukan kelas baru yang akan di huni Michelle nantinya.
“Oh ini. Ga kerasa udah kelas tiga lagi,” Michelle tersenyum.
“Iya Chell. Jangan dengerin ocehan busuk mereka ya Chell. Oh ya sebentar,” tak lama Putri datang bersama Ivha, Chanes dan seorang perempuan. “Ini Liana. Dia murid baru di sini. Berhubung kita udah sepakat. Nama gank kita adalah...”
“MERKURIUS!!” teriak mereka bebarengan.
“Planet yang paling hangat karena paling dekat dengan matahari,” ucap Chanes.
“Biarkan kehangatan gank kita menyebar pada orang-orang di sekitar kita,” terus Ivha.
“Membuat mereka selalu bahagia bersama kita. Tersenyum dan berbagi adalah motto kita,” tambah Putri.
“Yeeeeee!!!” seru mereka semuanya.
Michellle mengerutkan dahinya tanda aneh. “Maksudnya apa sih?” mereka ini sudah sailormoon saja kompakan seperti itu. Seperti super hiro yang akan menupas habis musuhnya. Haha
“Ya ampun Chell. Gank kita akan lebih keren dari gank Jupiter. Yang jelas, di sini semua keputusan ada di tangan kamu,” terang Chanes bersemangat.
“Hah? Aku? Kok aku?”
“Iya kamu. Kita sepakat. Kamu ketua di gank ini. Karena kita percaya kamu ga kaya si Fiya,” sambung Ivha.
Michelle masih belum mengerti, “Oke. Jadi maksudnya kita bentuk gank baru?”
“Iya dong. Ga apa-apa ya kita tambah satu anggota?” Putri ikut bicara.
“Ga apa-apa dong,” mata Michelle mengekor melirik Liana. “Kamu murid baru?” Liana mengangguk. Nampaknya masih malu-malu, maklum saja Liana baru pertama kali bertemu dengan Michelle.
“Iya Michelle. Aku.. aku anak beasiswaan,” katanya sedikit canggung.
“Ga apa-apa kita semua di sini belajar kok, jangan perduliin status,” sambut Michelle sambil tersenyum hangat.
Tidak lama Fiya in the gank datang.”Kayanya ada bau anak koruptor niihh. Sumpah demi apa. Tuh muka atau jok kursi bus. Tebel amet ga malu apa masih sekolah di sini,” sindir Fiya saat memasuki kelas.
“Namanya juga anak koruptor. Mana ada malunya Fi,” tambah Ardina dayang-dayangnya Fiya.
“Awaaass hati-hati Fi. Bapaknya koruptor. Jangan anaknya kleptomania lagi,” ini lagi si Idha nyamber aja kaya petasan cabe. Omongannya engga bisa di jaga.
“Heh! Lo semua bisa diem ga sih!” bela Ivha.
“Wiiihh takut!” Idha melecehkan.
“Denger ya kaum upay! Gue peringatin buat Ivha, Chanes, Putri dan lo anak koruptor. Kalian semua di pecat dari gank Jupiter!” hardiknya dengan nada sinis.
“Heh Fiya! Jangan panggil Michelle kaya gituh!” Ivha memang paling berani melawan Fiya.
“Emang dia anak koruptor kan? Sekali koruptor tetap koruptor.. hhaa,”
“Lo bisa diem ga siih!” Ivha mulai geram.
“Guys! Kita pergi yuuk! Ga level gue ngomong sama kaum upay kaya mereka. Ahaha,” Fiya in the gank pergi meninggalkan mereka.
“Kenapa kalian diem aja sih Michelle di hina sama Fiya? Michelle lagi, kenapa kamu ga ngelawan?” Ivha geregetan.
Michelle menjawab dengan santai, “Udah lah biarin aja. Aku lagi ga mau cari ribut, lagian bener kok. Aku ini anak seorang koruptor,” ucap Michelle lesu. Sebetulnya Michelle bisa saja melawan Fiya dan ganknya. Michelle hanya tidak mau hari pertamanya masuk sekolah lagi di awali tertengkaran. Hinaan dan bisikan-bisikan dari siswa yang lainnya saja sudah cukup ia terima. Jadi untuk kali ini Michelle cukup hanya diam saja.
“Tapi..”
Teeeeeetttttt
Bel berbunyi tanda masuk. Ivha tak sempat menyelesaikan pembicaraannya. Mereka terpaksa kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Michelle duduk di samping Michelle. Ivha bersama Chanes. Sementara Liana duduk bersama Dinda ketua kelas di kelas Micelle. Tak lama datang seorang guru. Nampaknya murid-murid belum pernah melihatnya. Sepertinya guru baru.
“Ohayou Gozaimasu. Watashi wa Carina Desu. Dozoroyurosiku onegozaimsu. Good Morning. My name is Carina. Nice to meet you,” katanya saat memasuki kelas. Ternyata guru baru itu namanya Carina. Kira-kira dia guru apa ya? “Panggil saja saya Miss. Carina. Saya di sini mengajar bahasa Jepang dan bahasa Inggris,” jelas guru baru itu.
Tiba-tiba ada seorang siswa masuk tanpa izin. “STOP! Who are you? you late!” hardik Miss. Carina. Siswa itu membalikkan badannya.
“Perlu gue sebutin nama gue?” katanya tak sopan.
“Lancang sekali kamu ngomong seperti itu,” Miss Carina mulai dongkol.
“Piu sebutin nama gue!” perintah Dimas.
“Namanya Dimas Erlangga Smith Miss. Dia anak pemilik sekolah ini,” sahut Piu saudaranya Dimas.
“Saya ga menyangka anak pemilik sekolah. Kerjaannya terlambat” sindir Miss. Carina.
“Whatever!” Dimas langsung duduk. Tanpa mengiraukan ocehan Miss Carina. Miss Carina nampak kesal.
“Dimas. Coba kamu terjemahkan huruf kanji ini. Ke dalam bahasa indonesia. Kalau kamu bisa. Kamu tidak akan saya hukum,” tantang Miss Carina sekalian mengetes sejauh mana murid badung ini bisa menyelesaikan soal dalam pelajarannya.
Putri berbisik pada Michelle. “Berani banget tuh guru. Belum tahu si Dimas, kalo lagi ga mood bisa ngeluarin bintang merah,”
“Sttt.. Udah aahh itu kan guru. Jadi ga mungkin..” masa iya guru juga di kasih bintang merah, pikir Michelle.
“Kamu ga tahu sih Dimas kaya gimana,”
Tanpa basa basi Dimas maju ke depan. Merebut buku dari Miss Carina. Kemudian menuliskan terjemahannya di atas White Board. Selang bebrapa menit. Dimas selesai menerjemahkan. “Gimana?” Dimas melirik sinis Miss Carina. Miss Carina tekejut dengan tejemahan Dimas. Dimas Menuliskan terjemahan kanjinya, arti dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris. “Lain kali kalo mau ngelawan gue. Lo harus lihat dulu tandingannya siapa,” kemudian Dimas duduk meninggal Miss Carina yang masih melongo heran melihat terjemahan Dimas. Semuanya tepat dan tidak ada yang salah satupun. Anak itu memang jenius.
Sepanjang pelajaran berjalan. Dimas hanya tidur tanpa memperdulikan pelajarannya. Miss Carina sedikit kesal di buatnya. Ingin sekali menegur dan menghukumnya. Kok bisa ada siswa seperti itu. Jarang belajar tapi otaknya sangat jenius. Ia sangat pintar.