KESUCIAN YANG HILANG

832 Words
"Kau pikir, biaya hidup itu murah? Kau pikir biaya pengobatan Ibumu itu cukup dari penghasilan ayah sebagai tukang ojek online? Lalu, kau ingin melanjutkan kuliah? Kau pikir dari mana biayanya? " "Tapi, ini dosa ayah. Tatia tidak mau melakukannya. Tatia bersedia melakukan apa saja, berjualan online atau jual masakan sepulang sekolah, atau menerima jasa mencuci pakaian. Apa saja, asalkan halal." Darmawan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan putri sulungnya itu. "Kau pikir, berapa yang bisa kau dapatkan? Untuk biaya pengobatan Ibumu itu tidak akan cukup!" kata Darmawan sambil menoyor kepala Tatiana. "Apa kau mau aku membunuh Ibumu dan menikah lagi? Tidak sulit bagiku untuk membuat kematian Ibumu seolah karena penyakit yang di deritanya, Tatia. Jadi, kau pilih ikut aku ke tempat Mami Valen, atau Ibumu mati !" Ancam Darmawan. Dan, di sinilah Tatiana sekarang. Sore tadi, ayahnya membawa nya ke tempat seorang mucikari bernama tante Valentina. Dan, tante Valentina menjanjikan uang yang cukup besar, karena ia masih suci. Gadis yang masih perawan. "Aku bisa mencarikan yang bersedia membayar 100 jt untuk membayar kesucian putrimu itu, Darmawan. Tapi, ingat bagian ku 25 persen. Jadi, untukmu 75jt dan 25 jt untukku, bagaimana?" Darmawan terbelalak kaget, 100 juta dalam semalam. Tentu uang itu bisa untuk kebutuhan mereka , memperbaiki rumah mereka yang sudah bobrok, bahkan jika bayaran Tatia mahal, mereka bisa kembali seperti dulu. Menjadi orang kaya. "Bawa saja putriku kalau begitu. 75jt kan? Benar itu?" "Hahahaha , kau masih tidak percaya padaku, Darmawan? Begini saja, aku akan menelpon orang yang akan membeli kesucian putrimu itu. Segera ia akan mentransfer ke rekening mu. Baru putrimu aku bawa , bagaimana?" "Baik, baiklah kalau begitu, deal. " Valentina pun memencet dial telepon , dan setelah tersambung ia sengaja menekan loud speaker supaya Darmawan dapat mendengar. "Hallo, bos selamat malam. Ada barang baru bos, baru 17 tahun masih bersegel dan cantiknya seperti artis Ftv yang bos kagumi itu." "Haha, kau tau saja seleraku , Mami. Tau saja kalau aku memang sedang butuh yang fresh. Berapa harganya akan aku bayar. 100 jt? 150 juta ? " "Bagaimana kalau 150juta , Boss? Aku akan mendandani dia dulu dan langsung mengantarkan kepada Bos. " "Baik, kau kirim nomor rekeningnya , aku transfer sekarang juga. Tapi, awas kalau sudah tidak bersegel, kau harus mengembalikan kepadaku uangnya." "Baik bos, jangan khawatir. " Darmawan pun segera memberikan nomor rekeningnya , dan hanya dalam hitungan menit, uang sebesar 150 juta telah masuk ke rekeningnya. Dengan d**a berdebar kencang Tatiana berdiri di depan sebuah pintu suite room sebuah hotel berbintang 5. Tatiana tau, untuk menginap semalam saja di kamar seperti ini, tentunya tidak murah. Bisa 1 jt permalam atau bahkan lebih. Tatiana memejamkan matanya. Ia ragu untuk menekan bel namun, ia teringat kembali perkataan sang ayah sebelum memaksanya melakukan hal ini. Akhirnya , Tatia pun memberanikan diri. Di pencetnya bell, dan beberapa saat kemudian keluarlah seorang lelaki gagah. Tubuhnya tinggi, tegap, berwajah tampan. Usianya sekitar 40 tahun. Dia memandangi Tatiana dari atas sampai bawah. Malam itu Tatiana hanya mengenakan dress sederhana berwarna maroon dengan model kemben. Namun, nampak memperlihatkan lekuk tubuh Tatiana yang begitu menggoda. Tatiana berwajah cantik, dengan kulit putih bersih, mata yang bulat , hidung yang mancung, dengan bibir yang merah dan basah meski tidak sengaja dibasahi membuat Tatiana terlihat begitu sexy menggoda. "Tatiana? " Sapanya. "Be-betul Om, saya Tatiana. " Tatiana menjawab dengan sedikit gugup. "Saya Hans. Masuklah." Tatiana melangkah ragu. Ia hendak mundur , tetapi pintu di belakangnya sudah ditutup oleh Hans. Tatiana melangkah ragu. Kamar itu begitu besar. Lebih besar dari yang ia bayangkan. Tatiana memberanikan dirinya melangkah masuk. Ia duduk di kursi sofa yang ada di ruangan itu. Dadanya berdebar kencang. Hans menatap gadis belia di hadapannya itu seperti singa kelaparan. Ia tersenyum kecil, kemudian melangkah menuju mini bar yang ada di kamar itu dan mengambil sekaleng soda lalu memberikannya kepada Tatiana. "Minumlah dulu." Katanya. Tatiana mengangguk menerima minuman dari Hans dan langsung meminumnya lalu meletakkannya di atas meja di hadapannya. "Masih sekolah , Tatia ?" "I-iya Om, sekarang kelas 2 SMA." Hans duduk di samping Tatiana. Dan tangannya mulai membelai rambut Tatiana. Melihat gadis secantik Tatiana hasratnya pun tak terbendung lagi. Dalam sekali hentak ia menggendong Tatiana dan membawanya ke ranjang. Dibaringkannya tubuh Tatiana ke atas kasur. Tatiana merasa berdebar dan takut. Dan pada akhirnya Tatiana hanya bisa menangis terisak saat melihat noda darah yang menandakan jika ia sudah bukan gadis suci lagi. Hilang sudah kehormatannya sebagai seorang gadis. Hilang sudah mahkota kesucian yang seharusnya ia persembahkan kepada suaminya kelak. "Hahahahaha , Mami Valentina memang benar - benar hebat." Hans tertawa puas sambil beranjak mengambil sesuatu dari tasnya dan memberikannya pada Tatiana. "Minum itu, aku tidak mau kamu nanti merengek-rengek minta tanggung jawab karena benihku tumbuh di rahimmu." Tatiana meraih pil yang di berikan Hans dan langsung meminumnya. Ia pun tidak ingin sampai hamil karena hubungan ini. Dan malam itu pun Tatiana harus melayani buasnya Hans. Berkali- kali Hans menikmati tubuh Tatiana . Tidur sebentar memacu lagi begitu terus sampai akhirnya ia lelah dan Tatiana pun jatuh tertidur karena kelelahan .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD