DARI HATI

1197 Words
Tatiana duduk diam, ia memandangi makanan yang tersedia di hadapannya tanpa menyentuhnya sama sekali. Tatapan matanya kosong. Ia baru saja pulang sekolah, namun Mikhaila mengajak untuk mampir kerumahnya. Cindy, bunda Mikhaila yang sejak tadi memperhatikan Tatiana tentu merasa heran. Biasanya Tatiana selalu ceria setiap kali datang ke rumah mereka. Namun, kali ini, sejak ia datang, Cindy melihat Tatiana begitu murung dan tidak bersemangat. "Tatia, sayang. Kamu sakit nak? Koq masakan bunda hanya di liatin aja?" Tanya Cindy. Ia memang terbiasa membahasakan bunda kepada Tatiana. Karena ia sudah menganggap Tatiana seperti anak gadisnya sendiri. Cindy tau bahwa Tatiana sering membantu Mikhaila. Cindy pun kenal baik dengan Paramitha, Mama Tatiana karena kebetulan dulu mereka pernah sekolah di sekolah yang sama ketika SMU hanya saja tidak terlalu dekat. Tatiana menatap Cindy, tanpa dapat ia tahan air matanya menetes begitu saja. Ia pun menangis tersedu-sedu. Tentu saja , Cindy dan Mikhaila terkejut bukan main. Cindy langsung memeluk Tatiana. Ia mengusap- usap punggung gadis itu. "Kamu kenapa, nak? Kenapa menangis, Tia? Cerita sama Bunda, sama Mikha," ujar Cindy. Perlahan ia membantu Tatiana bangkit berdiri, dan menuntunnya untuk duduk di sofa. "Kenapa Tatia, Mikha? Ada masalah di sekolah?" Cindy melontarkan pertanyaan kepada putrinya. Mikhaila yang sama sekali tidak tau apapun hanya menggelengkan kepalanya. "Nggak Bunda, tapi akhir-akhir ini Tatia memang sering melamun. Padahal, tante Paramitha kan sudah sehat." Cindy memeluk Tatiana, membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya. "Menangislah jika itu membuatmu lega, nak," ujar Cindy. Cukup lama Tatiana menumpahkan tangisnya. Perlahan ia mengangkat wajahnya. "Ada yang ingin kamu ceritakan pada kami?" Tanya Cindy dengan lembut. "Ceritalah Tia, kamu kan tau kalau aku dan Bunda sayang sama kamu," timpal Mikhaila. "Apa setelah mendengar ceritaku kalian masih akan menyayangiku?" Tanya Tatiana di sela isaknya. "Kamu ini ngomong apa sih, nak?" "Aku ini sudah kotor Bunda. Nggak pantes lagi dekat sama kalian. Bahkan aku udah nggak punya muka sebenarnya untuk bersekolah. Aku udah nggak punya masa depan. Aku ini menjijikkan," tutur Tatiana. "Coba ceritakan pelan- pelan Tatia. Bunda akan mendengarkan." Tatiana menatap Cindy dan Mikhaila sedikit ragu, namun ia memantapkan hati. Tatiana merasa ia butuh tempat untuk mengadu. "Bunda tau kan, kalo ayah bangkrut dan ibu jatuh sakit?" "Iya, tentu saja bunda tau." "Tapi, sebelumnya, bisakah bunda dan Mikha berjanji untuk menyimpan rahasia ini?" "Baiklah, Bunda akan menyimpan rahasia ini, Mikha juga. Betul kan Mikha?" "Iya, aku janji Tatia. Aku dan bunda nggak akan cerita hal ini sama siapapun juga. Ada apa sebenarnya?" "Bunda, sejak setahun lalu, ayah sudah menjualku......" Cindy dan Mikhaila membelalakkan mata mereka. "Men.....menjuak maksudmu?" "Setahun lalu, ayah bertemu dengan seorang kawan lama ayah. Rupanya, kawan ayah itu berprofesi sebagai seorang mucikari. Tapi, dia mucikari kelas atas, Bunda. Dia biasa membantu artis- artis dan pengusaha serta konglomerat- konglomerat untuk bertransaksi ranjang. Dan, waktu itu ayah memaksaku, ayah membawaku kepada tante Valentina. Dan, bunda tau, berapa harga yang ayah dapat dengan menjual kegadisanku? 150 juta Bunda." "Ya Tuhaaan, Tatiana. Kamu nggak lagi becanda kan ini? Nggak lagi ngeprank Bunda sama Mikha kan?" Tatiana menggeleng, ia mulai menangis lagi. Namun, ia berusaha untuk mengendalikan diri dan meneruskan ceritanya. "Ayah mengancam akan membunuh Ibu jika Tatia menolak. Dan malam itu, Tatia dipaksa melayani nafsu lelaki itu, tidak hanya sekali tapi semalaman, bahkan sampai pagi. Bunda tau, rasanya sakiit sekali bunda. Tapi, Tatia tidak kuasa menolak. Tatia takut, ayah akan nekad membunuh Ibu dan mencelakakan adik-adik. Dan, hari itu dari hasil menjual Tatia, ayah bisa membeli mobil , membawa Ibu berobat. Dan sejak itu, Tatia harus melayani yang lain lagi. Bahkan, ayah yang mengantar jemput Tatia. Setiap p********n selalu di transfer ke rekening ayah. Itulah sebabnya ayah mempunyai biaya untuk mengoperasi Ibu dan juga biaya terapi dan perawatan ibu yang lain. "Ayah sengaja membawa Tatia ke dokter tiap bulan untuk memeriksa kesehatan Tatia , bahkan memasang alat kontrasepsi supaya Tatia tidak hamil. Sampai minggu lalu, orang yang sudah membeli kegadisan Tatia untuk sekian kalinya meminta Tatia melayani nya. Namun, kali ini ia sekaligus juga melamar Tatiana untuk di jadikan istri keduanya setelah Tatia lulus SMU nanti. Dia berjanji akan membantu ayah membangun usaha ayah lagi, dan membiayai kuliah Tatia. Ayah sudah menyetujuinya. "Dan, Tatia tidak bisa menolak, Bunda. Rasanya Tatia sudah tidak memiliki hak apapun atas diri Tatia sendiri. Ingin rasanya Tatia menolak. Tapi, ambisi Ayah adalah kembali seperti dulu lagi. Ayah ingin berjaya kembali. Ibu, sempat menanyakan kepada Tatia, tapi Tatia katakan bahwa Tatia tidak tau darimana Ayah mendapatkan uang. Tatia merasa Tatia ingin mati saja ,Bunda. Tatia tidak kuat seperti ini . Tatia ingin lari saja, tapi jika Tatia lari, bukan tidak mungkin Ayah akan nekad menjadikan Cecilia seperti Tatiana. Seorang pelacur.....ya, aku ini hina Bunda. Aku pelacuuur!!!!" Tatia merasa tak kuat lagi, ia menumpahkan segala isi hatinya. Cindy dan Mikhaila yang mendengar cerita Tatia mulai terisak pilu juga. "Kenapa baru sekarang kamu cerita sama Bunda, nak? Ya Tuhan Tatiaa......" Cindy memeluk Tatia dengan erat. Ia merasakan perih, bagaimanapun Tatia sudah ia anggap putrinya sendiri. Dan mendengarkan cerita Tatia membuat hatinya sebagai seorang Ibu teriris. Ia juga memiliki Mikhaila, jika itu terjadi pada putrinya mungkin ia bisa gila. "Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku, jangan-jangan waktu itu, waktu kamu melamun untuk pertama kalinya di kelas dan di usir pak Ragil adalah waktu pertama kalinya ayahmu menjualmu, benar begitu?" Tanya Mikhaila.. Tatiana mengangguk, "Ya, tapi aku nggak berani cerita sama siapapun. Hanya saja, hari ini aku merasa nggak kuat lagi. Aku ingin mati saja rasanya Bunda." "Sttt, jangan bilang begitu. Biar bunda cerita sama ayah. Dan nanti Ayah sama Bunda bicara sama ayah kamu. Ayah kamu itu bener- bener kelewatan. Bunda pikir selama ini dia kerja keras sampe bisa ngobatin Ibu kamu, nggak tau malu!" Maki Cindy kesal. Seketika Tatiana melepaskan diri dari pelukan Cindy. "Jangan Bunda! Tatia mohon, jangan bicara apapun sama Ayah. Tatia nggak mau Ibu sampai tau dan lalu syok kemudian jatuh sakit lagi. Ayah juga pasti akan menyiksa Tatia. Tatia takut bunda,Tatia mohoon sama Bunda. Tolong Tatia. Jangan bilang apapun ya," ujar Tatiana. Seketika ia pun berlutut di hadapan Cindy membuat Cindy tak kuasa untuk akhirmya mengiyakan permohonan Tatiana. "Jadi kamu akan menikah dengan orang itu selulus sekolah nanti?" Tanya Mikhaila. "Apa dayaku ,Kha? Yang aku tau, ayah sudah mulai membangun kembali usahanya. Om Hans sudah mulai mengucurkan dana segar pada ayah." "Lalu apakah sekarang kamu masih di paksa melayani para p****************g itu, Tia?" Tanya Cindy. "Sejak Hans resmi melamar dan menetapkan kapan kami akan menikah, ayah sudah tidak lagi menerima pria- p****************g itu. Dan semua itu atas permintaan Hans juga." "Jadi, nama lelaki itu Hans?" "Iya Bunda...." "Bunda nggak tau lagi harus bilang apa nak. Bunda bener-bener nggak habis pikir sama ayahmu. Kenapa begitu tega. Apa dia nggak sadar kalau dia udah mengorbankan anak sendiri. Nggak takut dia sama hukuman Tuhan. Ya ampun!" Tatiana hanya diam. Ia sudah terlalu lelah untuk berkata-kata. "Kalau kamu berniat ingin lari dan membatalkan pernikahanmu nanti, datang sama Bunda ya. Bunda akan bantu kamu." Ujar Cindy. Tatiana mengangguk lemah. "Ya sudah, sekarang kamu harus makan dulu Tatia. Kamu harus kuat demi adik- adikmu. Tuhan nggak akan kasi cobaan melebihi kekuatan kamu nak. Ada Bunda, Ayah dan Mikhaila yang akan selalu mendukungmu," ujar Cindy sambil menghapus sisa-sisa air mata Tatia dengan lembut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD