1. Dijodohkan?!

1070 Words
Hari ini, seorang gadis berseragam SMA terlihat bahagia memasuki rumahnya dengan menari-nari kecil. Bagaiman tidak, moment yang ditunggunya telah datang yaitu lulus sekolah setelah melalui ujian-ujian yang membuat kepalanya hampir pecah. Namanya Azelea Shine, putri tunggal yang lahir di dalam keluarga serba berkecukupan. Semua hal yang diinginkan, sangat mudah untuk di dapatkan. Namun ada satu masalah, Azelea tidak tertarik dalam dunia bisnis. Karena itu terlalu rumit baginya, ia sangat menyukai seni, dari modeling sampai bernyanyi. Sedangkan sang Ayah, suatu saat nanti pasti membutuhkan penerus. Juga sang Ibu yang semakin hari, keadaannya semakin memburuk saja akibat dari penyakit yang di deritanya. "Maaah! Mamaaah!" Teriaknya dengan penuh semangat seraya memasuki kamar sang Ibunda. Ceklek. Ia seketika tertegun di ambang pintu, menatap Dokter yang sedang memeriksa sang Ibunda. Sudah terdapat selang oksigen yang menghiasi indera pernapasan wanita hebat yang telah melahirkannya. Azel berjalan mendekat dengan berusaha keras untuk memberikan senyuman. "Mah, Aku udah lulus loh..." Ucapnya seraya duduk dan meraih tangan kanan yang Ibunda kemudian digenggamnya. Rena tersenyum bangga pada putri satu-satunya itu. "Selamat yah... Maaf, Mamah gak bisa dateng ke sekolah kamu..." "Gak pa-pa, kan sama Papah." Ucap Azel. "Eh iya, semalam aku dapet email penawaran untuk jadi model sebuah produk keluaran terbaru dari brand ternama loh!" Senangnya bercerita. "I'm happy for you sweety..." Ucap Rena. "Tapi aku belum kasih jawabannya, Azel--" Uhuk! "Eoh... Mamah kenapa?" Paniknya ketika melihat sang Ibunda memegangi bagian dadanya. "Dokter, tolong periksa lagi Mam--" "No, sayang Mamah gak pa-pa kok..." Ujar Rena. Azel hanya bisa diam dan menatap sang Ibunda dengan penuh kekhawatiran. "Azel sayang sama Mamah?" Azel mengangguk dengan cepat. "Iya dong... Mamah itu orang yang paling aku sayangi," "Kalau Papah?" Sahut sang Ayah yang baru saja memasuki kamar dengan stelan kantornya. Azel meraih tangan sang Ayah. "I love you too. Aku cuma punya kalian berdua," "Apa Mamah boleh minta sesuatu sama kamu?" Azel mengangguk. "Boleh, Mamah mau apa?" Rena menatap sang suami, kemudian kembali melihat Azel yang sedang menunggu permintaan dari sang Ibunda. "Kamu mau yah menikah dengan anak dari sahabat Mamah, Mamah mohon..." Damn. Azel tertegun. Ia benar-benar terkejut. Diusapnya kepala Azel oleh sang Ayah, "sayang... Gimana?" Nicko Shine Ayden, seorang Ayah yang luar biasa baiknya. Dia tidak pernah membebankan Azel sebagai pewarisnya, ia dan Rena selalu mendukung apa yang Azel sukai. Hal ini adalah keinginan pertama yang keduanya minta pada Azel. "Nak, Mamah tahu kamu pasti--" "Aku baru aja lulus Mah... Umur aku juga baru 18 tahun. Aku belum siap untuk menikah." Ucap Azel. Rena menggenggam tangan Azel. "Mamah gak tahu sampai kapan Mamah akan bertahan. Mamah ingin pergi dengan tenang. Dengan kamu menikah, akan ada seseorang yang menjaga kamu, menemani kamu." Ucapnya. Nicko mencium kepala putri tunggalnya itu. "Dan kamu pasti sudah tahu nak, bahwa Papah semakin menua, harus ada seseorang yang handal untuk menjalankan perusahaan yang Papah bangun. Iya, kan?" Rena menatap putrinya dengan penuh harap. "Tapi kami tidak akan memaksa--" "Aku mau." Potong Azel. Nicko dan Rena tersenyum senang. "Sayang, kamu serius?" Tanya Nicko meyakinkan. Azel mengangguk pelan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "I-ini permintaan kalian setelah merawatku, menjagaku dan menyayangiku selama 18 tahun." Ucapnya. "Aku, aku akan menerima perjodohan ini. Kalian tahu apa yang terbaik buat aku." Lanjutnya. Nicko langsung memeluk putri kecilnya yang kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. "Terima kasih sayang," ucapnya. "Tapi Mamah harus sembuh, gak boleh sakit..." Ucap Azel yang padahal dia tahu, sang Ibunda sudah tidak bisa pulih seperti semula. Penyakit jantung yang dideritanya sudah semakin memburuk, bahkan kini telah mengalami komplikasi. Rena hanya bisa tersenyum. "Mamah bangga memiliki putri seperti kamu." Azel berdiri dari duduknya. "Aku ke kamar yah, mau ganti baju." "Iya, nanti malam siap-siap yah... Keluarga Zavier akan datang dan membicarakan perjodohan kalian berdua." Ujar Nicko. Azelea hanya mengangguk pasrah, kemudian berlalu pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. ***** Di sisi lain terlihat seorang pria tampan yang hanya bisa duduk terdiam di depan kedua orang tuanya. Dia adalah Zavier, Zavier Madiston. Putra dari pasangan Abimanyu dan Nathalie, pengusaha ternama dengan anak perusahaan yang berada di dalam bahkan di luar negeri. "Kamu sudah berumur 27 tahun, sudah cukup untuk berumah tangga." Ucap Abimanyu sang Ayah. "Tapi Yah, aku bahkan gak kenal sama anak dari sahabatnya Bunda itu." Ujar Zavier. "Bunda kan udah kirim fotonya ke kamu, dia cantik loh menurut Bunda." Ucap Nathalie. Zavier bingung harus memberikan alasan apa lagi. "Dia terlalu muda, umurnya masih 18 tahun Bun. Sedangkan aku udah 27 tahun, dia pasti masih memiliki tingkat keegoisan yang--" "Kamu juga egois. Kedewasaan gak bisa diukur lewat usia doang Za," "Terserah deh, mau aku beralasan apapun juga kalau Ayah sama Bunda maunya aku nikah pasti bakalan tetep maksa." Abi tersenyum. "Kalau begitu, nanti malam kamu harus bersiap karena kita akan pergi menemui mereka dan membicarakan perjodohan ini." Zavier hanya bisa mengangguk pasrah. "Aku balik ke kantor dulu," "Jangan pulang telat, sore harus udah ada di rumah. Kita pergi sebelum makan malam, karena kita akan makan malam bersama mereka." Ucap Abimanyu. Zavier berdiri dan merapihkan kemejanya. "Iya." Ucapnya, kemudian berlalu dari hadapan kedua orang tua yang terlihat bahagia karena putranya telah menyetujui perjodohan yang sengaja dibuat. Zavier memasuki mobilnya, ia langsung tancap gas kembali ke kantornya. Di perjalanan, ia meraih ponselnya dan mencuri-curi fokus dari jalanan untuk melihat foto Azelea yang ibunya kirimkan. Kemudian ia membuka i********: dan mengetikan nama Azelea. Ia membuka yang paling atas, akun yang sudah terverifikasi dengan centang biru. "Is she selebgram?" Tanyanya dalam hati. "Model juga?" Gumamnya ketika membaca deskripsi yang terapat di bio i********: Azel. Zavier menyimpan kembali ponselnya dan fokus pada jalanan. "I need to talk with her." Ucapnya. Dan di lain tempat, Azelea terlihat gelisah seraya membolak-balik ponselnya. "Gue harus ngobrol dulu sama tuh orang, cuma berdua, rahasia tanpa orang tua kami tahu." Gumamnya dalam hati. "Eh, dia punya IG gak sih? Penasaran gue sama mukanya, kalau tua gimana? Aish... Gak mau anjir." Bingungnya. Azelea beringsut turun dari atas tempat tidur. "Gue harus tanya-tanya dulu tentang tuh cowok ke Papah." Tangannya yang sudah memegang daun pintu terdiam. "Ah gak usah kali yah, malu gue kalau nanya-nanya, ntar dikiranya gue gimana-gimana, ck." Bingungnya. "Nanti malam kan mereka bakalan ke sini, cari tahu sendiri aja nanti." "Daripada nemuin Papah buat tanya-tanya dan mikirin masalah ini, mending gue keluar bareng Clark." Ucapnya yang langsung menghubungi Clark, temannya yang bertemu dalam satu pemotretan yang sama. Setelah menghubungi Clark, Azel langsung meraih tas dan keluar dari dalam kamar. Ia tidak ingin tertekan karena perjodohan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD