BAB 6

1049 Words
Ranjiel baru saja bangun, ia merasakan sesuatu yang berat pada bagian d**a, dan segera menatap. Kali ini dirinya harus menahan rasa kagetnya, ia sedang memeluk Vierra, dan Vierra juga terlihat sangat nyenyak. Pemuda itu menghela napas, ia hampir saja lupa jika semalam Vierra meminta tidur bersama dan mereka juga harus berpelukan. “Bangun lo, Kebo Betina.” Ranjiel mengeraskan suaranya. Ia juga menatap tajam pada Vierra yang tersenyum, dan semakin memeluk dirinya erat. “Bangun, gue mau ke kamar mandi.” Ranjiel sedikit memberontak, ia berusaha tidak begitu kasar, dan menahan diri agar tidak membentak Vierra. Vierra merengut, ia kemudian menyandarkan kepalanya di d**a Ranjiel lagi. “Ih … morning kiss dulu baru masuk kamar mandi.” Ranjiel menggeleng, dan Vierra yang mendapatkan jawaban seperti itu semakin merengut. “Napa dah? Lo itu aneh banget sih. Semalam minta yang macem-macem, sekarang lo tambah minta yang nggak masuk akal.” “Tapi kan Vier lakuin itu biar Anjiel bisa cepet jatuh cinta.” Ranjiel memberikan jitakan pada dahi Vierra, ia kemudian membuang muka. “Ya udah deh. Kalo Anjiel nggal mau ngasi morning kiss buat Vier, Vier nggak akan lepasin Anjiel.” Ingin sekali rasanya Ranjiel melempar Vierra dari rooftop apartemennya. Iajuga sangat tak keberatan jika harus mengurung gadis itu di dalam penjara, dan membuatnya mendekam di sana selamanya. “Anjiel … liat sini dulu.” “Apaan?” Ranjiel langsung menatap ke arah Vierra, dan saat itu pula Vierra langsung memberikan ciuman pada bibirnya. “Lo gila?” tanya Ranjiel yang sudah melepaskan diri dari Vierra. Bukannya menjawab, Vierra malah tertawa, dan langsung melepaskan pelukannya pada tubuh Ranjiel. Gadis itu langsung keluar, ia harus menyiapkan sarapan untuknya dan juga Ranjiel, lalu juga membuatkan s**u untuk pemuda yang dicintainya itu.. Beruntung saja selama Ranjiel pergi kemarin ia sudah berbelanja, ia juga membeli banyak sekali keperluan dapur, dan membuat kulkas Ranjiel penuh. Ranjiel yang masih tinggal di kamar berbaring lagi, ia menyimpan tangan kanan pada kepala, dan memejamkan mata. “Gila tu cewek. Gimana bisa sebegitu begoknya sih? Dia pikir gue impoten apa, ya?” Ranjiel memang berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh Vierra, ia tak ingin m*****i orang-orang yang masih suci, dan oleh karena itu juga ia memutuskan untuk tidak dekat dengan gadis mana pun. Ranjiel hanya akan menyentuh gadis yang murahan, tetapi ia tak akan menghancurkan berlian yang ada dalam hidupnya. Pemuda itu menghela napasnya beberapa kali, ia merasakan kejantanannya sedikit sakit, dan itu semua karena ulah Vierra. Jika begini … jalan satu-satunya hanya mengeluarkan cairan sialan di dalam sana secara mandiri. Segera saja Ranjiel bangun, ia beranjak dari ranjang, dan langsung masuk ke kamar mandi. Ia perlu pelepasan, ia tak akan bisa hidup dengan tenang jika terus menahan birahi seperti itu. Lain dengan kegiatan Ranjiel di pagi hari, lain juga dengan Vierra. Ketika sendiri gadis itu berubah menjadi begitu dewasa dan bisa di andalkan. Ia mencuci sayuran dengan bersih, memotongnya, memasak, dan menyiapkan semua yang bisa diberikan kepada Ranjiel. Ya … Vierra tak tahu makanan seperti apa yang akan membuat Ranjiel jatuh cinta kepadanya, tetapi ia akan berusaha memasak apa saja pagi itu, dan akan bertanya pada Ranjiel setelah mencicipi semuanya. Di saat Vierra sedang melakukan kegiatan di dapur, Ranjiel tanpa sengaja melihatnya. Ia tak tahu jika Vierra bisa sangat serius, dan jujur saja ia juga tak tahu jika Vierra bisa memasak. Pemuda itu kemudian melangkah, ia segera duduk di meja makan, dan menatap Vierra dengan jeli. Beruntung saja ia tak lama menyelesaikan urusannya, jika tidak … ia tak akan bisa melihat gadis manja itu memasak dan memasang wajah serius. Vierra masih belum menyadari kehadiran Ranjiel, ia terus melakukan kegiatannya, dan mencurahkan rasa cinta dan kasih sayangnya. Sesekali terdengar senandung merdu dari bibirnya, dan kemudian ia akan tersenyum, dan menyanyikan beberapa lagu untuk menghibur dirinya. Tiga puluh menit berakhir dengan cepat, dan Vierra sudah selesai dengan semua kegiatannya. Ia memasak dengan cepat, dan juga merasa beruntung karena dirinya sudah terbiasa melakukan itu. Vierra kemudian mencuci piring, lalu ia juga membersihkan dapur dengan sangat bersih dan menjadi rapi seperti sedia kala. Ranjiel terpukau dengan cara Vierra, benar-benar seperti ibunya jika sedang berada di dapur. ‘Jadi kangen mama, hum … ya elah … gegara anak curut aja gue sampe begini.’ Ranjiel segera menggelengkan kepala, dan saat ia menatap lagi, ia melihat Vierra yang sedang menatapnya dengan wajah malu-malu. “Anjiel dari kapan di situ?” tanya gadis itu dengan suara kecil. “Dari tadi,” balas Ranjiel. Vierra langsung terlihat semakin malu, ia sangat gugup ketika berada satu ruangan, apalagi jika Ranjiel memerhatikannya. “Lo bisa masak, gue baru tau.” “E-enggak kok. Vi-vier cuma coba-coba aja,” balas Vierra dengan kepala tertunduk. Ranjiel ingin sekali tertawa. Kenapa harus malu? Itu adalah kelebihan Vierra, dan daya tarik darinya. “Gue laper, mana makanannya?” Vierra kemudian menghidangkan makanan hasil masakannya, ia dan Ranjiel juga memutuskan menikmatinya bersama-sama. “Gimana?” tanya Vierra. Ranjiel yang sedang menikmati masakan gadis itu menghentikan aktivitasnya. “Enak kok. Lo jago masak gini, kenapa musti malu-malu?” “A-abisnya Anjiel suka cewek manja. Jadi Vier nggak mau Anjiel tau,” balas Vierra. Ia ingat rasa sakit saat mendengar Ranjiel berpacaran dengan Lia, dan yang ia tahu Lia adalah seseorang yang sangat manja. “Gue suka lo yang apa adanya. Jangan lakuin hal aneh, jangan ubah diri lo,” ujar Ranjiel. Ia kemudian kembali menikmati makanannya, dan merasa senang karena bisa merasakan masakan yang lezat itu. Vierra memerhatikan Ranjiel, kemudian senyumannya terbit. Apa benar Ranjiel ingin Ia menjadi diri sendiri? “Makan, Vier, jangan ngelamun.” “Iya,” balas Vierra. Ia kemudian melanjutkan acaranya dan Ranjiel, tentu saja dengan senyuman manis yang tak pernah luntur. Makanan yang mereka nikmati semakin terasa nikmat, dan itu juga karena kehadiran Ranjiel di sisinya. ‘Jiel, gue sayang banget ama lo. Ma kasih, ma kasih udah muji masakan gue.’ Vierra memerhatikan Ranjiel, dan segera menunduk saat pemuda itu menangkap basah aksinya. “Lo kenapa sih? Kok aneh banget?” Vierra segera menegakkan kepalanya, ia kemudian tersenyum agak canggung. “A-anu … cuma ngerasa gugup aja.” “Dibawa santai aja, Vier.” Ranjiel kemudian menuangkan air minum untuknya dan Vierra, ia langsung memberikan gelas kepala Vierra, dan merasa senang saat gadis itu menerimanya dengan baik. “Makan, dan jangan banyak ngelirik gue. Ngerti?” Vierra mengangguk, dan ia merasa semakin bahagia. Oh Tuhan … rasanya ia melayang-layang hanya karena hal kecil yang Ranjiel lakukan untuknya. Ia tak sabar, ia tak sabar menunggu sampai Ranjiel jatuh hati kepadanya. ‘Gue bakalan berjuang, gue janji nggak akan nyerah. Ranjiel Kiandra Putra, lo jodoh gue, lo cuma milik gue.’
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD