Boom yang Meledak

1730 Words

“Sudah aku posting. Kau melihatnya sendiri ‘kan? Tanggapannya beragam. Apa kau yakin itu akan membuat citra-ku baik-baik saja?” tanya Jessi yang tengah menelpon di kamar mandi. “Hei, anakku punya kehidupannya sendiri. Aku tidak bisa berada disini terus, dia diurus oleh keluarga suamiku. Aku cukup tahu diri.” “Ini lebih baik. Kau punya anak yang baik disana, hanya mungkin disayangkan kau sendiri tidak berpenampilan seperti itu.” “Oh ayolah, aku tidak berhasil menjadi manusia, tapi aku berhasil menjadi seorang Ibu.” Ketukan pintu dari luar membuat Jessi kaget dan menjatuhkan ponselnya. “Shiit,” umpatnya. “Mama gak papa?” “Okey, hapenya Cuma jatuh doang.” Cukup keras hingga membuat ponselnya mati, memang sudah lama tidak diganti. “Suami kamu udah pulang?” “Belum, kayaknya dia ada urusan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD