Keesokan harinya seperti biasa, Rani pergi ke sekolah bersama dengan sepeda yang selalu dia kendarai. Sesampainya di sana, telinga Rani disuguhi dengan gosip siswa-siswi di sekolah itu.
Tapi ada yang berbeda kali ini. "Hei, dengar tidak Donatur kita akan datang kemari?"
"Benarkah? Yang Presdir itu ya, wah aku dengar dia itu tampan. Tak sabar aku ingin bertemu dengannya."
"Iya aku juga, katanya sih dia sudah punya anak tapi istrinya sudah lama meninggal,"
"Berarti duda dong, asyik." Rani memberhentikan langkahnya sambil menatap sekelompok gadis yang sedang asyik menggosip.
Salah seorang dari mereka melihat pada Rani dengan pandangan tak suka. "Hei, kenapa kau berdiri di situ? Pergi," usir siswi itu pada Rani.
Rani hanya diam dan segera menjauh dari sekelompok siswi yang kini menatapnya jijik. Rani memang terkenal di sekolah sebagai siswi cantik dan berandalan.
Tapi dia juga dikenal mempunyai musuh yang banyak, utamanya siswi yang iri padanya. Faktornya beberapa hal. Pertama, Rani mempunyai wajah yang cantik. Tak peduli dengan sifatnya yang tomboy ataupun selalu berkelahi, dia selalu dikagumi oleh fansnya yang hampir semua siswa di sekolah itu.
Beberapa siswi menganggap bahwa Rani adalah seorang penggoda dan perusak hubungan orang karena setiap kali pacar mereka mengunjungi sekolah mereka karena adanya festival atau menjemput mereka, begitu melihat Rani mereka tak memperdulikan lagi kekasih mereka.
Sudah jelas Rani tidak menggoda siapa-siapa, tapi karena cemburu mereka menunduh Rani sembarangan. Kedua, Rani itu pintar dan cucu seorang pemilik perusahaan terkenal.
Faktor yang kedua ini tentu saja mereka iri pada gadis itu karena dia beruntung lahir di keluarga yang kaya, yang bisa menerima semua permintaan Rani tanpa pusing dengan biaya yang dia keluarkan.
Sebenarnya Rani bukanlah tipe orang yang manja dan dimanjakan dengan segala kekayaannya. Dari kecil dia sudah dididik oleh mendiang Ayahnya sebagai pribadi yang mandiri dan tak bergantung dengan orang lain.
Yang ketiga, dia tak pernah mendapat hukuman berat walau dia berkelahi padahal dia sudah melanggar aturan tersebut berulang-ulang kali dan berkelahi adalah pelanggaran berat.
Tapi dia hanya dihukum ringan tak seperti orang lain yang langsung di skors beberapa hari karena berkelahi. Jengkel, tentu saja. Mereka bahkan berpikir dia dibantu oleh kakeknya yang kaya raya itu supaya tak dihukum berat.
Tapi bagi Rani, dia sendiri tak tahu kenapa dia selalu dilepaskan dengan mudah dan akhirnya dia mendapat jawaban di kelas 3. Rupanya Wataru-sensei sengaja mengumpulkan semua kasus perkelahiannya. Dia mencegah Rani agar tak berkelahi lagi dengan ancaman akan mengeluarkan dia dari sekolah.
Pria itu tahu Rani tak akan melanggar aturan itu. Dia sudah kelas 3 dan semakin dengan ujian akhir. Dia ingin lulus. Rani tak mau menyia-nyiakan tiga tahunnya di SMP hanya karena berkelahi dan akhirnya harus keluar dari sekolah.
Rani lalu masuk ke dalam kelas menghampiri Chinami yang baru saja berbincang dengan dua siswi lainnya. "Rani, ada berita hot loh?"
Rani hanya melirik sekilas pada Chinami yang berbinar-binar. "Apa Donatur Sekolah akan tiba dan semua siswi membicarakannya karena dia tampan?"
Kedua mata Chinami menatap takjub pada Rani, "jangan memandangku seperti itu, semua siswi membicarakannya."
"Oh kukira apaan," Chinami terkekeh dan mengambil tempat di samping Rani.
"Aneh ya,"
"Aneh kenapa?"
"Ya aneh, kita sudah tiga tahun di sekolah ini tapi baru kali ini Donatur terbesar kita datang ke sekolah," Chinami menganggukan kepalanya perlahan.
"Iya juga sih. Ah, aku mau lihat orang itu, apa dia sangat tampan sampai-sampai semua orang membicarakan dia." Rani yang sudah sibuk dengan sketsanya hanya melirik sekilas pada Chinami.
"Entahlah nanti kita akan lihat." Sahutan Rani di sambut dengan suara bel tanda masuk.
"Hei lihat!" Seruan seorang siswi yang menatap jendela. Segera saja mata semua orang menatap ke jendela. Mereka melihat sebuah mobil mewah berjalan masuk ke dalam lingkungan sekolah mereka.
Siapa lagi kalau bukan Donatur sekolah? Semua siswi sangat bersemangat untuk bertemu Donatur tampan itu. Mereka langsung mengambil alat make up mereka yang di simpan dengan baik di tas dan memoleskannya.
Wah, kelas Rani sekarang layaknya kelas kecantikan. Dimana-mana semua siswi berdandan untuk bertemu dengan si Donatur sekolah entah jika mereka diperdulikan atau tidak. "Donatur akan masuk," secepatnya mereka bergegas keluar dari kelas mereka untuk menyambut Si Donatur.
Chinami dengan semangat menarik tangan Rani yang sangat malas untuk bertemu dengan si Donatur. Sesampainya, mata semua orang menatap takjub akan ketampanan si Donatur.
Mata hazel-nya yang selalu menatap teduh, hidung yang mancung dan tubuh yang kekar dibalut dengan jas membuat dia semakin terlihat tampan.
Pria itu berjalan dengan langkahnya yang tegap. Di arah lain, Rani memutar matanya bosan kala dia terus ditarik oleh Chinami. Tapi mendadak gerakan Chinami berhenti membuat dia terdorong ke depan sementara genggamannya pada Chinami terlepas begitu saja.
Rani terhuyung ke depan dan jatuh ke d**a bidang seseorang yang di depannya. Tangan orang itu otomatis melingkar pada pinggul Rani. "Kau tak apa-apa?"
Rani memandang pria itu. Matanya membulat saat mata hazel milik si pria bertimbung dengan mata onyx-nya. "Karma," Rani segera mendorong pria itu.
"Sedang apa kau ke sini?"
"Memangnya kenapa? Tak boleh ya," Rani menatap kesal pada Karma yang memasang wajah datarnya. Sementara itu, siswa-siswi mulai berbisik-bisik.
"Rani mengenal Donatur kita? Sungguh tak terduga,"
"Wajar dia 'kan orang kaya, pastilah dia mengenal Donatur yang juga orang kaya."
"Heh, sial berarti dia sudah selangkah dari kita." Dan masih banyak lagi. Merasa percuma saja berbincang dengan Karma, Rani berbalik hendak pergi dari tempat itu.
"Tunggu dulu, Rani-chan." Rani menbuang napas pendek dan kembali memandang Karma.
"Aku ingin bicara denganmu sebentar saja." Tanpa persetujuan Rani, Karma menggenggam tangannya dan menariknya pergi dari tempat tersebut.
"Harusnya aku sadar dari tadi kalau kau yang akan berkunjung di sekolah kami," celetuk Rani setelah menyeruput jus orange.
"Kau tahu, tadi banyak sekali yang membicarakanmu di sekolah. Banyak dari mereka berharap bahwa suatu hari mereka bisa dekat denganmu." Karma terus mengangguk perlahan mendengarkan celotehan Rani.
"Kelihatannya dari omongan mereka, mereka tak menyukaimu." Rani menoleh pada Karma yang akhirnya bersuara.
"Yah, mereka membenciku," balas Rani tersenyum getir.
"Karena apa?"
"Masalah para gadis, yang jelas kau tak akan mengerti." ujarnya menatap Karma remeh.
"Terserahlah, kau mau tidak aku mengantarmu pulang?" Rani mengkerutkan dahinya mendengar tawaran Karma. Masalahnya tawaran Karma sangat tiba-tiba.
"Tak usahlah, aku bawa sepeda sekarang." tolak Rani. Bel berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai.
"Aku masuk dulu ya, dah Paman." Rani bergerak menjauh dari Karma yang menatapnya. Pria itu mengambil jus orange yang belum dihabiskan oleh Rani dan menghabiskannya dalam satu tegukan.
Di perjalanan menuju kelas, Rani tiba-tiba saja dihalang dan segera dibawa oleh sekelompok gadis yang tak menyukainya. Rani tak tahu dia akan dibawa kemana yang jelas dia tahu kalau mereka tak memiliki maksud yang baik.
Begitu mereka sampai di kolam renang, mereka sengaja mendorong Rani dengan kuat agar dia tercebur ke dalamnya. Beruntung Rani bisa menahan gerak tubuhnya agar sampai tak tercebur.
Melihat Rani selamat membuat beberapa gadis mendelik kesal. Mereka mengelilinginya dan mulai mencaci maki gadis berdarah Indo-Jepang itu sambil mendorongnya.
"Dasar w************n, kenapa sih kau selalu merebut apa yang kami mau?!"
"Sudah cukup ya kau diperlakukan istimewa yang membuat kami iri tapi kenapa kau selalu tak puas!?"
"Dasar tukang penggoda pacar orang!" Rani tak menggubris mereka dan menerima semua perlakuan mereka.
Dia berusaha menahan amarah karena perjanjian dengan Wataru-sensei yang mengancamnya akan dikeluarkan dari sekolah jika dia berkelahi lagi.
Tapi Rani tak tahu jika saat ini dia berdiri di ujung tepi kolam renang. Dia baru sadar sesaat kemudian seorang gadis mendorongnya kasar dan jatuh ke kolam renang.
Mereka semua tertawa puas melihat kejadian tersebut. Rani yang tak bisa berenang berseru minta tolong tapi para gadis itu hanya tertawa melihat penderitaan Rani.
Mereka tak peduli pada Rani bahkan kalau dia mati. "RANI!" Seruan Karma yang tiba-tiba saja masuk mengejutkan mereka. Mereka pikir hanya mereka dan Rani saja yang berada di tempat itu.
Yang paling membuat mereka makin ketakutan saat beberapa guru beserta Kepala Sekolah juga ikut masuk bersama Karma.