Sudah beberapa jam berlalu, tapi insiden kecil pagi tadi masih saja terus terngiang di benakku. Terlebih rasa yang ditimbulkan olehnya juga masih sangat jelas menempel di bibirku. Tak hentinya tersenyum hanya karena insiden kecil seperti ciuman pagi tadi. Kutangkup pipiku dengan kedua tangan. Menepuk-nepuknya pelan agar aku masih bisa mempertahankan kewarasanku. Kuhirup napas dalam, lalu kuhembuskan perlahan. Menahan gejolak di dalam d**a karena aku sudah sangat yakin jika sedang jatuh cinta pada seorang Ben Adriel Dachi. Oke, kembali fokus pada pekerjaanku. Rasanya sangat malu pada diriku karena kedapatan mencintai suami sendiri. Lantas, jika aku memang benar-benar mulai mencintai Ben, apakah semudah itu juga aku melupakan keberadaan Bara. Bercerai dari pria yang telah menikahiku karena