Setelah Bibi Rumi tak terlihat lagi berada di dalam kamar, Ben memintaku untuk mandi. "Sifa! Lebih baik kau mandi sekarang!" titahnya. Aku tersenyum jail sembari menatap penuh minat padanya. "Kenapa kau tidak mandi sekalian saja?" Ben terkesiap mendengar ocehanku, dan aku sudah tersenyum dalam hati. Lelaki berwajah dingin dan kaku itu harus aku taklukkan. Percuma saja Bara mengoperku pada Ben, jika pada suatu ketika aku tak mendapatkan apa-apa darinya. Semua pemikiran buruk itu tiba-tiba bergentayangan di dalam otakku. Ben ini orang kaya. Siapa tahu saja dengan aku menggodanya, maka saat nantinya aku berpisah darinya, Ben akan mewariskan sebagian harta gono gininya kepadaku. Rasanya sungguh lucu jika aku berpikir seperti itu. Sudah mirip dengan sinetron yang seringkali aku tonton saja