Belenggu 12

1526 Words
Setelah mendapatkan izin dari ibu mertuanya, Lizzie kemudian meninggalkan rumah. Tujuan wanita itu rumah ibunya. Lizzie menghampiri seorang wanita yang tengah duduk menikmati teh hijau hangat di dalam kamarnya. “Mom,” sapa Lizzie. Wanita tua mengenakan syal melilit lehernya menoleh, senyuman tipis terbit di bibirnya. “Kau datang?” tanyanya menuang teh ke dalam gelas baru. “Aku merindukanmu,” kata Lizzie manja duduk disamping ibunya lalu menyandarkan kepalanya di bahu ibunya. “Anak manja,” Wanita tua itu mengusap pipi Lizzie. “bagaimana keadaanmu?” tanya ibunya. “Baik, kami akan melakukan metode bayi tabung Mom,” gumam Lizzie membuat ibunya sedikit terkejut. Ia tahu putrinya tidak akan dapat mengandung dengan cara apapun itu. “Kau setuju?” tanya ibunya. “Tentu saja, tidak ada alasan untuk menolak itu,” “Lizzie,” wanita itu mulai cemas. “Tenang saja Mom. Daryl akan membantuku,” kata Lizzie meraih gelas teh yang disuguhkan ibunya untuknya kemudian ia menyesapnya. “Sampai kapan Daryl dapat kau percaya?” “Selama dia tergila-gila denganku, Mom. Dia akan melakukan apapun untuk membuatku bahagia.” “Kau sangat percaya diri,” Lizzie berdecak, “lagipula apa yang terjadi pada Lizzie adalah kesalahan Daryl. Dia harus bertanggung jawab atas kesalahannya,” tegas Lizzie. “Hidupmu tergantung pada Daryl. Jangan sampai kau membuatnya tersinggung.” ujar ibu tua itu mengingatkan putrinya. “Aku akan menikah dengannya setelah menghancurkan Materson,” ujar Lizzie. Ibu itu menarik nafas panjang memperhatikan putrinya. Di wajah Lizzie masih sangat tampak sebuah dendam untuk keluarga suaminya. “Tidak bisakah kau lupakan Lizzie? Ini sudah sangat lama dan kau telah menjadi bagian dari kehidupan Materson,” ujar wanita itu. Mengingatkan putrinya tentang posisinya dalam keluarga Materson, supaya Lizzie melupakan tujuannya untuk membalaskan dendam yang tersimpan rapat di dalam dadanya. “Mom, aku tidak bisa melupakan itu. Materson merenggut nyawa Daddy dengan kejam. Dan mereka merampas uang Daddy demi memperkaya dirinya. Kita hidup bersusah payah sementara Materson membangun bisnisnya dengan uang yang seharusnya milik kita.” kata Lizzie dengan kobar kemarahan di kedua matanya. “Mami hanya cemas kau akan kehilangan segalanya. Negan tidak tahu apa-apa tentang ini dan dia tulus mencintaimu Lizzie,” ujar ibunya. “Aku tidak peduli dengan cinta pria itu. Sebentar lagi aku akan membuatnya kehilangan segalanya. Dia akan merasakan apa yang pernah kita alami Mom.” ucap Lizzie dengan tegas. Wanita tua itu hanya tersenyum tipis melihat kemarahan yang masih berapi-api di wajah Lizzie. “Jadi apa yang akan kau lakukan mengenai bayi tabung itu?” tanya Ibunya penasaran. “Mengikuti setiap rencana yang direncanakan Daryl. Berpura-pura hamil.” ujar Lizzie. “Apa maksudmu berpura-pura hamil?” “Kami menggunakan ibu pengganti Mom. Di rumah Darryl ada seorang gadis yang siap mengandung anakku dengan Negan.” “Seorang gadis? Di rumah Daryl?” “Umm,” “Kau yakin mengizinkan Daryl tinggal bersama seorang gadis di rumahnya?” tanya ibunya Lizzie. “Daryl tidak akan macam-macam, Mom.” “Oke, pria itu tidak akan macam-macam tetapi, bagaimana dengan gadis itu? Kau yakin gadis itu akan patuh pada aturan?” Lizzie tampak memikirkan ucapan ibunya. Ia kemudian mengingat bagaimana Daryl memperlakukan Enid. Gadis itu tampak nyaman dan bahkan berbicara santai dengan kekasihnya. “Lalu apa yang harus aku lakukan Mom?” tanya Lizzie. “Bawa gadis itu kemari, biarkan dia tinggal bersama Mom. Lagipula akan lebih baik jika dia tinggal disini. Mommy akan merawat kandungannya. Merawat cucu Mommy.” kata wanita itu. Lizzie tampak memikirkan ide ibunya. “Mami benar. Aku akan bicarakan ini dengan Daryl. Setelah gadis itu menerima embrio, aku akan mengirimnya kesini Mom.” ujar Lizzie. “Dimana Daryl menemukan gadis itu?” tanya ibunya. “Trafficking,” “Anak jalanan?” “Tidak Mom, sepertinya gadis itu baru saja lepas dari panti asuhan.” Ibunya Lizzie mengangguk, “bicarakan baik-baik dengan Daryl. Hati manusia sangat mudah berubah Lizzie. Daryl bisa melepasmu dengan mudah kalau dia tergoda dengan gadis itu.” “Baik Mom, untuk masalah perasaan aku bisa menjamin Daryl. Dia tidak akan bisa berpaling dariku.” “Jangan terlalu percaya diri. Kau harus tetap berhati-hati, mengerti?” pesan ibunya Lizzie. “Umm, baiklah Mom,” ucap Lizzie sembari mengangguk. Ia menuang teh ke dalam gelasnya kemudian menyesapnya. “Aku suka teh buatanmu, Mom.” ujar Lizzie. “Sering-seringlah mampir, Mami akan membuatkannya lebih sering untukmu,” “Aku usahakan.” “Bagaimana dengan ibu mertuamu?” tanyanya. “Dia makin protektif,” “Kau harus lebih sabar,” “Terkadang aku ingin membunuhnya,” “Kau ini.” Ibunya Lizzie tersenyum sinis, mengangkat gelas teh nya kemudian menyesapnya. "Balas dendamu bukan untuk melenyapkan. Kau hanya ingin melihatnya susah bukan?" "Hmm," *** Daryl menerima pesan dari Lizzie, wanita itu mengabari kalau dirinya tengah berada di restoran Daryl. Daryl tersenyum kecil, ia melepas jas putih dari tubuhnya. Menyampirkan jas tersebut pada sandaran kursi kerjanya. Daryl mengambil kunci mobilnya kemudian berlalu dari ruangan itu. Daryl mengemudikan mobilnya menuju restoran yang tidak terlalu jauh dari gedung rumah sakit. Ia menghentikan mobilnya di area parkiran Restoran, ia kemudian melangkah masuk ke dalam restoran dan disambut manager restoran. “Nyonya Lizzie menunggu di ruang kerja anda,” katanya mengikuti langkah Daryl. “Saya tahu, kau bisa pergi,” kata Daryl. “Baik, Tuan.” Daryl melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruang khusus untuknya. Disana Lizzie menunggu duduk di meja kerja pria itu. “Lizzie,” Daryl meraih tengkuk Lizzie kemudian menjatuhkan kecupan di bibir wanita itu. “aku merindukanmu,” gumamnya lembut. “Baru kemarin kita bertemu,” Lizzie terkekeh seraya memainkan jarinya dengan gerakan sensual di rahang Daryl. “Setiap hari aku memang sangat merindukanmu, kali ini apa alasanmu keluar dari rumah suamimu itu?” tanya Daryl menarik Lizzie agar berdiri dari kursinya. “Aku pamit untuk mengunjungi ibuku,” kata Lizzie kemudian ia duduk di pangkuan Daryl setelah pria itu duduk di tempat duduk yang sebelumnya Lizzie duduki. “Bagaimana kabar ibumu?” “Baik, aku menjelaskan semua tentang rencana kita,” “Dan?” “Mami mendukung, tapi …,” “Tapi apa?” tanya Daryl. “Mami mengusulkan supaya Enid tinggal bersamanya setelah melakukan transfer embrio itu,” ujar Lizzie. Daryl mengerutkan keningnya, “apa itu harus?” “Umm, kau tidak keberatan kan?” “Aku tidak keberatan Lizzie, tetapi Enid harus dalam pengawasan dokter sampai janin itu berembang dalam rahimnya layaknya kehamilan normal.” ujar Daryl menjelaskan. “Artinya dia harus dekat denganmu?” “Karena dia pasienku tentu dia harus dalam pengawasanku.” “Ck,” Lizzie tampak kecewa. “Apa yang kau pikirkan?” tanya Darryl menggesekkan ujung hidungnya di ujung hidung Lizzie. “Aku tidak suka jika gadis itu dekat-dekat denganmu,” “Astaga,” Daryl mengembuskan nafasnya kemudian terkekeh. “Kenapa kau tertawa? Apa permintaanku itu lucu?” tanya Lizzie dengan raut cemberut. “Aku tahu yang kau takutkan Lizzie. Tapi percayalah, tidak ada yang dapat menggeser kamu dari hatiku,” ucap Daryl dengan yakin. “Apa ucapanmu ini bisa aku pegang?” tanya Lizzie. “Tentu saja,” “Baiklah, aku akan mempercayaimu,” “Lagipula Enid hanya sembilan bulan berada di sekitar kita, setelah itu aku akan memintanya pergi jauh.” “Kau akan mengizinkannya pergi?” “Tentu saja,” “Kau tidak berniat menjadikannya uang?” “Apa maksudmu? Aku tidak akan melakukan itu pada orang yang telah membantumu bahagia. Aku akan memberikannya uang dan memintanya pergi.” “Bagaimana kalau dia membuka mulutnya,” “Dia tidak akan melakukan itu,” “Kau sangat yakin.” “Lizzie, aku percaya Enid tidak akan macam-macam. “ ucap Daryl meyakinkan Lizzie. Lizzie tampak memikirkan ucapan Daryl dan kemudian mengangguk kecil. "Aku ikut apa katamu saja," katanya kemudian. Daryl mencium punggung tangan Lizzie dengan lembut, "aku ingin bersenang-senang Lizzie," gumamnya dengan suara berat. Lizzie tersenyum lalu menoleh pada sofa panjang. "Sepertinya sofa disana sangat nyaman," balas Lizzie dan dengan segera Daryl mengangkat tubuh Lizzie menuju sofa. membaringkan tubuh wanita itu disana kemudian menindihnya dari atas. Daryl menyisihkan rambut dari wajah cantik Lizzie. Tatapan Daryl begitu dalam menembus kedua mata Lizzie kemudian dengan perlahan Daryl mendaratkan ciuman di bibir Lizzie dengan mata terpejam. Lizzie membalasnya, ciuman ringan dan lembut berubah menjadi pagutan liar, membangunkan gairah hangat diantara mereka. Tangan Daryl meremas pinggul Lizzie dan semakin menekan bibir Lizzie dengan sangat kuat seiring bertambahnya hasrat pria itu, Menjelajah leher putih Lizzie dengan menciuminya, meninggalkan basah pada setiap inci sentuhannya. Aroma nafas Lizzie membuatnya semakin liar, rasa hangat yang disebabkan sentuhan Daryl membuatnya meremang dan ingin mendapatkan sentuhan yang semakin dalam. "Daryl, aku mencintaimu," bisik Lizzie. Ungkapan itu terdengar merdua menyentuh telinga Daryl, membuat pria itu semakin bersemangat memesrai wanita dibawah tubuhnya. Daryl menyingkirkan baju atas Lizzie. Ia menelan salivanya melihat gundukan dalam balutan bra, dan ia menggerakkan tangannya dengan liar di puncak d**a wanita itu membuat tubuh Lizzie melengkung. Daryl menyelipkan tangannya di balik punggung Lizzie untuk menemukan pengait bra wanita itu, melepasnya hingga terbuka. Daryl menyingkirkan benda itu dari tubuh Lizzie. Ia selalu kagum melihat isi bra Lizzie sekalipun ia sering memainkan itu. Daryl mulai mengerayangi benda kenyal itu dengan lidahnya. Membuat pemiliknya mengerang nikmat. "Daryl ...,pless kita harus selesaikan ini cepat." bisik Lizzie penuh damba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD