Chapter 7

1053 Words
Elisa tidak berpikir dengan jernih semenjak Andreas menciumnya begitu saja. Ia tidak bisa berhenti mengingat kejadian itu dalam pikirannya. Itu ciuman pertamanya, dan sialnya Andreas yang mendapatkan itu. Elisa paham bahwa mereka pernah tidur satu ranjang, tapi ayolah itu hanyalah tidur. Andreas bahkan ternyata lebih liar dari yang Elisa kira. Laki-laki itu benar-benar tidak terduga. “Besok, pangeran yang akan menjemput anda Tuan Putri.” John berujar dibalik kemudinya. Sudah menjadi rutinitas John untuk menjemput dan mengantar Elisa dari Mapson menuju istana atau dari istana menuju Mapson dengan selamat. Kini John tengah mengantarkan Elisa kembali setelah tadi sempat makan siang bersama sang ratu. Elisa menggigit bibirnya karena bingung harus bereaksi apa terhadap Andreas. Laki-laki itu tidak berhenti menggoda Elisa setelah menyelesaikan ciumannya. Besok Andreas akan menjemputnya, Elisa berani bertaruh bahwa Andreas akan menggodanya dan membuat Elisa merona. Sebuah pesan yang masuk ke ponselnya membuat Elisa menoleh. Itu pesan dari Anthony dan laki-laki itu mengajaknya untuk berkuda di istana. Sepertinya Anthony lupa bahwa akan ada agenda pertunangan dan setelah itu Elisa akan sibuk mempelajari protokol istana. “Bukankah Andreas pergi mengurus daerah Gundemir?” Elisa memilih mengabaikan pesan Anthony dan fokus membahas Andreas. Seingatnya tadi sebelum Andreas beranjak pergi, ia mengatakan kepada Elisa bahwa dirinya sedang mengurus masalah tanah di Gundemir. Gundemir adalah daerah yang lumayan jauh, terletak di utara istana Marchard sementara Mapson berada di selatan. Itu artinya Andreas menempuh jarak dua kali lipat bila harus menjemput Elisa dan itu pasti melelahkan. “Pangeran akan kembali besok siang dan segera menjemput Tuan Putri.” Elisa sepertinya harus bicara dengan Andreas agar laki-laki itu beristirahat saja di istana. Ia akan menelponnya nanti. “Tunggu. Sebelum Pangeran datang untuk fitting kostum pertunangan, dimana ia berada?” tanya Elisa. “Pangeran berada di Gundemir sejak sehari setelah Tuan Putri kembali ke Mapson. Pangeran tadi kembali ke istana untuk fitting kemudian kembali lagi ke Gundemir untuk menyelesaikan beberapa hal.” Elisa tercengang mendapati fakta bahwa Andreas sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh hanya untuk mendatangi acara fitting. Itu membuatnya semakin yakin untuk melarang Andreas menjemputnya besok pagi. ‘Calon istriku juga penting, Elisa.’ Bodohnya, Elisa tersenyum ketika mengingat ucapan Andreas saat itu.     -------   “Selamat malam, Yang Mulia.” “Sepertinya ini pertama kalinya kita bicara melalui telepon, Elisa.” Elisa membenarkan pernyataan itu. Selama ini meski memiliki kontak Andreas, mereka tidak pernah berkomunikasi melalui ponsel. Tidak ada yang saling memulai hingga akhirnya Elisa memutuskan untuk menelpon laki-laki itu dan melarangnya menjemput besok siang. “Benar, Yang Mulia. Ada yang ingin saya bicarakan.” “Sepertinya itu sangat penting sampai kau menelponku. Katakanlah, Elisa.” “Sebaiknya biarkan John atau siapapun yang besok menjemput saya ke Mapson, Yang Mulia. Jangan anda.” William Binnet tentu mampu untuk memberikan Elisa mobil pribadi sehingga putri sulungnya bisa pergi kemana saja bahkan pergi ke istana Marchard. Hanya saja jemputan dari istana Marchard setiap Elisa akan pergi kesana adalah perintah dari Andreas. Ia ingin memastikan Elisa aman, katanya. “Aku yang akan menjemputmu.” “Tidak, Yang Mulia. Itu hanya akan membuat anda lelah. Perjalanan dari Gundemir sangat jauh dan aku tidak ingin anda kelelahan sedangkan besoknya kita harus bertunangan.” Tentu tidak lucu jika Andreas absen dari acara pertunangan karena kelelahan. Laki-laki itu baru sembuh dari sakit dan langsung mendapatkan perkerjaan ke Gundemir dan belum mendapatkan istirahat yang cukup. “Aku akan tetap menjemputmu, Elisa.” “Saya menolaknya, Yang Mulia. Jika begitu saya akan pergi dari sini bersama pengawal Mapson.” “Kau hanya akan pergi denganku, Elisa.’ “Saya akan pergi bersama pengawal Mapson. Mereka yang akan mengantarkan. Anda cukup-” “Kenapa kau membantahku?” “Saya hanya ingin memastikan anda beristirahat dengan cukup dan tidak kelelahan sebelum pertunangan. Kenapa kita harus memperdebatkan hal sepele seperti ini, Yang Mulia?” “Kita tidak akan berdebat jika kau tidak membantahku. “Baiklah. Saya akan berangkat dengan pengawal Mapson dan kita bertemu besok di istana, Yang Mulia.” Terdengar helaan napas di seberang sana. “Kau menang. Kita akan bertemu di kamarku, Elisa.” “Tapi Yang Mulia.” “Kamarku. Selamat malam, Elisa.” Sambungan telepon pun terputus dan Elisa benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia akan tinggal di istana putri mulai besok dan Andreas justru memintanta untuk berkunjung ke kamar laki-laki itu. Pergi ke istana pangeran? Anthony juga tinggal di istana pangeran bahkan kamar mereka bersebrangan. Apa yang akan Anthony katakan jika melihat Elisa masuk ke dalam kamar laki-laki itu. Demi Tuhan Elisa sudah benar-benar melanggar banyak norma kesopanan.   --------   Keesokan harinya Elisa pergi menuju istana Marchard bersama ayah dan ibunya. William Binnet dan sang istri akan menginap di istana dan ikut serta dalam acara pertunangan. Kemudian akan kembali sore harinya mengingat tidak ada pesta besar yang wajib diikuti dan juga ada Mapson yang tidak bisa ditinggal terlalu lama. Makan malam bersama di istana akan dilakukan oleh dua keluarga itu malam ini dan itu dirasa telah cukup sebagai ajang silahturahmi dua keluarga yang akan disatukan oleh pernikahan putra-putri mereka. Acara pertunangan akan dilangsungkan pagi hari dan siang harinya acara benar-benar dianggap selesai. Mengingat pertunangan berlangsung sederhana, setelah acara tukar cincin mereka akan melakukan acara adat istana Marchard setelah itu pertunangan mereka baru dianggap resmi. Elisa tiba di istana sebelum senja dan menuju istana putri. Beberapa pelayan membantunya membereskan barang-barang sementara ayah dan ibunya sedang berbincang dengan raja dan ratu. “Seharusnya kau mengabulkan permintaanku, Elisa.” Suara itu membuat Elisa yang sedang memindahkan pakaiannya menoleh. Para pelayan yang membantunya pun membungkuk hormat ketika Andreas datang memasuki kamar. “Tinggalkan kami.” Para pelayan pamit undur diri dan meninggalkan Andreas serta Elisa. Kini mereka hanya berdua di kamar. “Saya tidak mungkin pergi ke istana pangeran. Ayah dan ibu ada disini serta ada banyak barang yang harus saya rapikan, Yang Mulia.” Andreas melangkah mendekati Elisa yang mematung di depan lemari. Setelah jarak mereka benar-benar dekat, Andreas menarik pinggang Elisa kemudian memeluk gadis itu dan menyandarkan kepalanya di pundak Elisa seraya menghirup ceruk leher perempuan itu. “Yang Mulia.” Elisa cukup terkejut akan apa yang Andreas lakukan. Ia melatakkan kedua tanganny di pundak Andreas dan berniat mendorong laki-laki itu. “Percayalah, aku baru saja melewati hal yang berat di Gundemir.” dan Elisa pun memindahkan satu tangannya ke kepala pria itu. Mengelus rambutnya dengan lembut. Seolah ingin mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD