Chapter 9

1144 Words
Acara adat istana yang harus dilakukan setelah tukar cincin adalah penyerahan hadiah dari pihak laki-laki kepada Elisa. Acara itu hanya simbolis, namun apa yang Andreas berikan akan benar-benar menjadi milik Elisa. Andreas memberinya sebuah kalung yang terlihat sangat indah. Kalung itu tidak bisa dipakai sekarang karena sebagai simbolis dalam acara ini. Selain itu istana Marchard juga memberikan hadiah kepada Elisa sebagai sambutan karena gadis itu akan mulai tinggal di istana putri dan mempelajari protokol istana. Elisa tahu bahwa Ratu Annetha diam-diam antusias menyambut pernikahan ini. Beliau sudah menjadwal sesi photoshoot prewedding untuk Andreas dan Elisa. Bahkan sudah mempersiapkan banyak hal. Elisa kadang merasa sedikit heran dengan Andreas yang masih tetap menganggap Ratu Annetha sebagai ibu tirinya dan menjaga jarak padahal menurut pandangan Elisa Ratu Annetha benar-benar baik. “Aku akan pergi ke Cleyton dan sepertinya kau akan bekerja keras mempelajari protokol istana.” Anthony mengambil kesempatan untuk berbincang dengan Elisa ketika mereka berdua berada di meja hidangan. “Ah iya. Pangeran Andreas sudah memberitahuku. Ku harap kau kembali dengan membawa gadis.” Elisa benar-benar ingin melihat Anthony memiliki seorang ‘pawang’ yang bisa membuatnya berhenti melakukan hal-hal konyol. “Sudah ada gadis disini, bukan?” goda Anthony. Elisa memutar bola matanya malas. “Omong-omong kenapa kau belum punya pasangan?” tanya Elisa. “Jika ada gadis sepertimu di Eraston pasti aku sudah menikah sejak lama.” “Dan jika saja aku lebih beruntung dengan mendapatkan Mapson, pasti aku tidak akan menunda empat bulan untuk menikahimu, Karen.” Elisa menoleh ke arah Anthony. Ia mendengar sedikit keseriusan dari laki-laki itu namun ia memilih menganggapnya sebuah candaan. Elisa pun memilih menanggapi dengan terkekeh. “Jadi berapa lama kau di Cleyton?” tanya Elisa. Meski Andreas sudah mengatakan bahwa ia tidak tahu kapan ia kembali dari Cleyton, siapa tahu Anthony memiliki informasi yang lebih untuk dapat dibagi. “Belum tahu. Ayah hanya mengatakan kemungkinan berhari-hari. Tapi aku yakin tidak sampai satu minggu.” Elisa menganggukkan kepalanya. Setidaknya Anthony memberikan jawaban yang cukup realistis. “Dan selama para pria pergi. Kau, ibu, dan Emily akan bersenang-senang di istana.” ujar Anthony yang membuat Elisa terkekeh. “Bukankah seharusnya Ratu Annetha akan cukup sibuk selama raja pergi?” tanya Elisa. “Seharusnya begitu. Kau juga akan sangat sibuk di kelas protokol.” ledeknya. “Pastikan kau menjaga dirimu dengan benar. Emily jatuh sakit setelah satu minggu menjalani kelas protokol pertamanya.” Elisa mengangkat satu alisnya. Ia benar-benar penasaran dengan protokol istana. “Elisa..” sebuah rangkulan di pinggang dan panggilan yang lembut itu memotong pembicaraan Anthony dan Elisa. “Yang Mulia..” Anthony berdehem kemudian pamit undur diri untuk mencari Emily atau apa saja agar bisa segera pamit dari pasangan yang baru bertunangan itu. “Kau terlihat cepat akrab dengan Anthony.” “Dia adikmu, Yang Mulia.” “Kau tidak begitu dengan Emily.” “Saya merasa Emily sedikit sinis.” Andreas melirik jam di pergelangan tangannya. Ia lantas menatap para keluarga yang sedang asik menyantap masing-masing hidangan. Sekarang sudah pukul sepuluh. Ia akan berangkat jam satu siang. Setidaknya ia memiliki cukup waktu. “Ikut denganku, Elisa.” “Kemana, Yang Mulia?” tanya Elisa. Andreas sudah melangkah dan menarik tangannya. “Kamarmu.” Saat ini mereka berada di aula istana utama. Butuh sekitar sepuluh menit untuk mencapai istana putri. “Untuk apa?” Elisa ingin menahan langkah Andreas namun sepertinya itu adalah hal yang sia-sia sehingga ia memilih tetap mengikuti kemana Andreas menariknya pergi. “Aku ingin menunjukkan sesuatu yang seharusnya ku tunjukkan padamu kemarin malam.” “Tapi acara di aula utama.” “Aku sudah meminta izin raja dan beliau memberikan waktu sepenuhnya kepada kita untuk menikmati kebersamaan sebelum berpisah cukup lama.” Elisa tidak menanggapi dan memilih dia saja ketika mereka memasuki mobil untuk menuju istana putri. Dengan cepat mereka turun di lobi istana putri kemudian melangkah dengan terburu-buru menuju kamar Elisa. Andreas membuka kamar itu kemudian mengajak Elisa masuk lantas mengunci pintunya. “Kamar ini dulu adalah kamar ibuku.” Elisa mengangguk paham. Ada beberapa kamar disini dan sependengarannya dari para pelayan yang membantu Elisa, Andreas sendiri lah yang meminta Elisa menempati kamar ini. Tiba-tiba Elisa berpikir dimanakah dia dan Andreas akan tinggal setelah menikah nanti. “Setelah menikah, dimanakah seorang pangeran dan pasangannya tinggal, Yang Mulia?” tanya Elisa. “Di istana utama.” “Jika Pangeran Anthony menikah itu artinya istana pangeran akan kosong?” tanya Elisa. Andreas menggelengkan kepalanya. Setelah raja turun tahta maka akan menempati istana pangeran bila semua pangeran telah menikah.” “Jika belum semua pangeran menikah?” “Tetap di istana utama. Semacam pertukaran tempat tinggal antara raja dan pangeran yang menikah terakhir?” “Lalu istana putri akan kosong bila Putri Emily telah menikah?” “Ratu akan tinggal di istana putri selama raja menjalankan tugas keluar istana. Begitu protokol istana yang berlaku.” “Kenapa kalian tidak membuat satu istana saja dan semua tinggal di satu bangunan?” tanya Elisa. “Itu memang lebih mudah tetapi kau akan memahaminya jika telah mempelajari protokol istana.” Andreas melangkah menuju sebuah lukisan besar kemudian melepas lukisan itu dan ternyata ada brankas di baliknya. Elisa memekik terkejut. Setelah Andreas menekan kunci kemudian membuka brankas itu ia lantas mengambil sebuah buku. “Brankas itu berisi uang, emas, dan perhiasan milik ibuku. Sepenuhnya ia wariskan kepada siapa pun perempuan yang nantinya menjadi istriku. Dan ini.” Andreas menyerahkan sebuah buku kepada Elisa. “Buku harian ibuku. Setiap ratu wajib menulis sebuah buku harian. Tidak harus setiap hari tetapi buku ini berisikan masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang ratu. Seharusnya hanya berhak dibaca dari seorang ratu kepada ratu berikutnya ataupun untuk menantunya. Laki-laki tidak boleh membaca ini. Hanya saja karena ibuku sudah meninggal terlebih dahulu, aku membacanya ketika berumur tujuh belas tahun. Bahkan raja bersikeras membaca buku ini tapi aku tidak mengijinkannya.” Elisa menerimanya lantas Andreas menutup brankas itu. “Aku belum bisa memberitahukan kunci brankasnya karena belum waktunya kau mengetahui isi keseluruhan brankas itu. Setidaknya salah satunya adalah kalung yang tadi ku berikan padamu secara simbolis. Saat ini hanya kalung dan buku itu yang bisa ku berikan. Bacalah buku ini selama kau mempelajari protokol istana.” Elisa menganggukkan kepalanya dan berusaha memahami segala sesuatu yang terjadi. “Apa Ratu Annetha juga akan memberikan buku hariannya kepadaku?” “Tergantung. Jika kau menjadi ratu, bisa saja diberikan. Jika tidak, buku itu akan jatuh ke istri Anthony. Yang jelas Emily tidak akan medapatkan buku harian. Karena dia akan menikah dan tidak mungkin selamanya tinggal disini jadi dia tidak memerlukan buku harian turunan dari ratu manapun.” “Lalu mengapa Yang Mulia memberikan buku ini kepadaku? Bukankah seharusnya buku ini juga diberikan untuk ratu Marchard?” Andreas melangkah menuju ranjang Elisa kemudian meminta Elisa untuk mengikutinya. “Kemarilah. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan. Akan lebih nyaman jika berbincang di atas sana.” tunjuk Andreas ke arah ranjang dengan dagunya.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD