MIRA

1167 Words
Bagi Mira Chacha itu adalah sahabat terbaik sepanjang masa, meski ngomongnya sering ngeselin tapi kadang dia banyak benarnya juga. Biasanya memang Mira saja yang telat nyerapnya dan kalau sudah benar-benar kejadian kayak gini, barulah dia nyesel. Itulah kenapa Chacha sering nyebut Mira lemot, karena dia sering gak sadar kalau kebanyakan cowok itu pada suka dekat-dekat sama dia karena kelebihan hormonya.Chacha yakin pasti otak cowok pada langsung kotor. Lagian mau-maunya Mira pura-pura diajakin jalan ke toko buku sama bang Rafly. Ujung-ujungnya itu cowok yang tetap saja mau cari untung. Mira yang polosnya gak ketulungan langsung teriak-teriak kabur dari parkiran yang kebetulan juga sedang ramai karena mau di cium bang Rafly di dalam mobilnya. Habis lari kabur Mira nangis dan gak berani pulang tapi malah balik ke rumah Chacha dengan naik taksi pakai uang sisanya beli buku yang ternyata gak cukup jadi Chacha yang terpaksa nambahin kekuranganya bayar taksi. "Apa aku bilang, jangan sembarangan ngira semua orang itu baiknya kayak pak Karno! " ketus Chacha. Pak Karno itu tukang kebun di sekolah mereka yang suka banget disuruh-suruh beliin es di luar gebang sekolah tanpa pernah mau dikasih imbalan. "Tapi  Mira sudah lama kenal bang Rafly." "Dia itu cuma sok baik karena ada maunya!" Dari awal Chacha memang gak suka sama cowok sok alim anak teman papanya Mira itu.  Pernah Chacha waktu main ke rumah Mira dan kebetulan  Bang Rafly datang karena disuruh ibunya untuk mengantar kue. Kebetulan Chacha yang bukain pintu karena Mira masih mandi dan mamanya Mira masih nyiapin sarapan buat mereka. Karena tahu ada bang Rafly amanya Mira malah ngajakin dia buat ikut sarapan bersama. Nah, saat lagi nunggu itu tiba-tiba bang Rafly mulai tanya-tanya ke Chacha. Mungkin dia gak tahu kalau Chacha itu tidak senaif Mira yang mungkin tidak bakal sadar kalau ada cowok lagi berusaha dekatin dia. Makanya Chacha paling gak suka kalau Mira mau-mau saja diantarin bang Rafly kemana-mana, meski alasannya disuruh sama mamanya. "Cha, malam ini, Mira nginap sini aja ya?" rengek si Mira pas sudah selesai nangisnya gara-gara mau di cium bang Rafly. Mira benar-benar masih syok karena dia memang gakpernah nyangka bang Rafly yang sudah dia anggap seperti kakak laki-lakinya sendiri itu tiba-tiba mengdekatkan bibir untuk di tempel-tempelin. "Ijin dulu sama mamamu nanti ngira kamu di culik lagi kayak kemarin." Mamanya Mira kadang juga agak kelewatan ngejagain Mira makanya miranya gak gede-gede pikiranya.  "Nanti Mira telepon mama."   Mira memang sudah biasa menginap di rumah Chacha kalau lagi akhir pekan, jadi biasanya mama mira juga gak khawatir kalau Mira di rumah Chacha. "Ya udah telepon dulu sana!" "Makasih ya, Cha." Mira pasang senyum meringis walapun baru selesai nangis dan masih agak ingusan. "Asal jangan nyurhatin bang Rafly lagi, telinga Chacha pegel-pegel kalau harus ikut nyimaknya," sewot Chacha, tapi Mira tetap girang-girang aja meski sering di jutekin. Mungkin itulah kenapa persahabatan mereka bisa cocok banget. Malam itu Mira beneran menginap di rumah Chacha, kebetulan mama dan papanya Chaca sedang ke Sukabumi karena ada acara keluarga. Jadi di rumah cuma ada bang Nugie, karena bik Supi juga libur akhir pekan seperti pegawai kantoran. Mira yang biasanya gak bisa bangkong jadi harus ikut terpaksa mengikutin habitatnya Chacha yang suka bangun siang di hari minggu. Kadang Mira juga sering heran bagaimana Chacha masih bisa tidur lagi padahal sinar matahari dari balkon kamarnya sudah terang benderang kayak lampu stadion bola. Karena gak bisa pura-pura ikutan tidur lagi, akhirnya Mira berinisiatif untuk keluar dari kamar. Baru saja melangkah di depan pintu, tiba-tiba dia malah sudah melihat pemandangan bang Nugie yang cuma pakai celana joging pendek, karena kaos basahnya baru saja dia lempar di dekat ranjang. Sepertinya bang Nugie juga gak sadar kalau yang barusan buka pintu kamar Chacha adalah Mira. Bang Nugie memang gak tahu kalau Mira menginap di rumah mereka malam itu, karena biasanya  Chacha ribut minta diantar jemputin Mira kalau sahabatnya itu mau menginap di rumah mereka. "Loh, kapan Mira datang? " tanya bang Nugie sambil mengeringkan sisa keringatnya dengan handuk kecil,  sementara Mira nya masih saja bengong di depan pintu. "Maaf, Bang," cuma itu kata-kata Mira, kemudian buru-buru lagi masuk ke dalam kamar Chacha. Bang Nugie cuma heran, dan sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan dirinya. Padahal di balik pintu yang lain jantung Mira masih berdegup kencang dan bergelepar-gelepar hangat dengan rasa yang aneh. Mira sendiri bukan baru kemarin mengenal bang Nugie, dan sudah tahu jika abangnya Chacha itu agak kelewatan cakepnya. Tapi sama sekali Mira belum pernah sama sekali merasa terganggu sama ketampanan bang Nugie yang dia tahu memang banyak penggemar ceweknya. Sampai tadi pas dia benar-benar melihat bang Nugie nyaris tanpa pakaian dan sama sekali masih tidak sadar sudah bikin Mira panik luar biasa. Pastinya bang Nugie juga masih menganggap Mira itu anak-anak sama kayak adiknya si Chacha, makanya dia gak bakal sadar kalau Mira mungkin merasa terganggu dengan pola-pola persegi diperutnya. Karena masih risi dengan perasaan di dadanya yang tiba-tiba seperti di penuhi gelembung sabun warna-warni dan sedang meletus-letus, akhirnya Mira memutuskan untuk mandi kemudian memilih sendiri pakaian Chacha di lemari. Waktu Chacha bangun, Mira sedang duduk-duduk di kursi balkon sambil baca buku yang baru dibelinya kemarin sama bang Rafly. Chacha sepertinya langsung menyeret tubuh malasnya ke kamar mandi dan baru balik beberapa menit kemudian dengan muka lebih segar dan mengacak rambut basah di kepalanya dengan handuk kecil. "Eh, Cha, siapa itu? " tanya Mira waktu melihat cewek yang baru turun dari mobil dan gak lama bang Nugie keluar buat nyamperin cewek itu.. "Itu kak Nabila, ceweknya bang Nugie," terang Chacha terdengar malas ketika ikut mengintip ke luar kemudian balik lagi jalan buat duduk di tepi ranjang sambil lanjut mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah. "Cantik, ya..." komen Mira trus bengong, persis seperti anak SMP culun yang belum ngerti dandan waktu lihat cewek-cewek kampus yang sudah pada bening-bening. "Kak Nabila sama bang Nugie sudah pacaran sejak SMU." "Oh..." haru Mira sambil meluk Novel yang baru dia baca. Ceweknya bang Nugie memang benar-benar cantik, gak heran kalau mulut Mira sudah seperti huruf O yang di cops lock. Dari balkon kamar Chacha di lantai dua Mira masih bengong melihat ceweknya bang nugie yang sepertinya cuma mampir sebentar  kemudian langsung pergi lagi. Mira juga dengar suara bang Nugie sudah kembali menaiki tangga dan gak lama dia neriakin Chacha. "Kalian pada mau makanan/gak?" "Mau banget, Bang, Chacha laper!" Chacha buru-buru lompat dari kasur buat buka pintu trus langsung menyambar kotak karton yang dikasih abangnya. Mira baru tahu jika tadi ceweknya bang Nugie cuma datang buat nganterin makanan pagi-pagi begini. Sepertinya dia memang tahu kalau mamanya Chacha lagi keluarkota . Menurut Mira kayaknya memang enak banget jadi bang Nugie, punya cewek super cantik plus perhatian pula. Tapi menurut Chacha abangnya yang ganteng itu memang sering banget dapat kiriman makanan dari cewek-cewek penggemarnya. Maksutnya cewek-cewek centil yang biasanya pada suka pura-pura sok baik buat cari perhatian abang gantengnya. Padahal bang Nugie sendiri paling jarang makan makanan mereka, dia lebih suka masakan bik Supi. Tapi bilang Chacha mungkin abangnya takut kena pelet, padahal menurut Mira sebenarnya memang Chacha yang lebih doyan kalau dapat kiriman makanan grais.                                 *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD