Emi menatap ngeri pada para pengunjung yang terlihat menyeramkan, dia tak bisa membayangkan akan ditawar dan di booking oleh orang-orang berwajah garang itu demi apapun juga. “Lebih baik aku mati daripada harus jadi p*****r lagi!” tekadnya. “Sst! Emi!” Emi menoleh mendengar bisikan dari arah samping panggung, dilihatnya April melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang. “Ngapain bengong? Nyanyi!” hardik April dengan menekan suaranya, giginya menggertak gemas melihat gadis andalannya malah diam saja. Emi mengerjap, dia lalu mengalihkan pandangannya lagi ke para pengunjung yang terdiam menunggunya. “Oke, musik!” serunya. Sontak saja semua bertepuk tangan riuh, tak sabar ingin segera mendengar suara merdu Emi. Tapi di sisi lain, banyak juga yang hanya menunggu akhir lagi itu untuk se