Teriakan Klaris membuat Erlangga tersenyum. "Katakan, siapa pemimpim mereka?" "Aku tidak tahu ..." "Lalu siapa yang membawamu?" "Aku juga tidak tahu, karena yang aku pingsan, lalu setelah sadar, aku berada di sana. Aku sungguh enggak tahu. Orang orang itu melindungiku secara serempak dan aku enggak tahu siapa yang menyuruhnya." tetap tidak mau mengatakan kebenarannya, meski mungkin ia sampai mati di sana, ia tetap tidak akan pernah mau mengatakannya. "Itu mustahil ..." Erlangga merasa percuma sudah membuat perempuan itu takut. Karena nyatanya dia sama sekali tidak mau membuka mulutnya. Erlangga kesal, sehingga ia mengangkat tubuh perempuan itu ke atas dan menatap Klarisa dengan penuh rasa bersalah. "Kenapa kamu harus terlibat, huh!" Erlangga sungguh tidak mau perempuan itu terlibat ap