"Bu Reksa panas!" Langkah Klarisa yang hampir saja membuka pintu, tertahan dan membuat Braga menatapnya penuh tanya. Perempuan itu bertumpu pada dinding tembok dengan helaan napas dalam. "Dia udah dikasih obat panas?" tanya Klarisa pada seseorang di balik telpon sana.
"Sudah, bu. Awalnya turun, kemudian panas lagi, dan ini menurutku panasnya hampir 40 derajat, aku cemas sekali."
"Ok, kamu segera telpon ambulan ya, aku segera pulang. Kamu terus kabari aku, kalian di mana ya?"
"Iya, bu." Telpon terputus. Klarisa segera menyeruak masuk diikuti oleh Baraga. Pikiran Klarisa sungguh sedang kalut hari ini. Ia bahkan belum sempat sarapan dari rumahnya, karena pikirannya terlalu terporsil. Lalu sampai ke pabrik ia dihadapkan dengan barang barang rijek yang dikembalikan dari assemblyng. Kemudian
