Ingin Bicara Serius.

1167 Words
Ethan POV. "Hancurkan Wenlee, bukankah itu janjimu!" suara seseorang yang di sana membuat Ethan menghela napas lelah. Bagaimana bisa ia menghancurkan Wenlee, sementara di dalam Global ada Klarissa perempuan yang enam tahun lalu ia tinggalkan dengan terpaksa, karena ia harus mendapatkan hukuman dari apa yang pernah ia lakukan pada Ana dan Rama. Kemudian ia mengasingkan diri dan kembali dengan lagi lagi sebuah perjanjian konyol karena ia harus menghancurkan Wenlee. Awalnya kedatangannya itu memang untuk menghancurkan Wenlee. Namun niatnya tiba tiba menguap ketika ia melihat Klarissa di sana. "Apa aku boleh meminta waktu dulu, paman?" ujar Ethan. Saat ini ethan memang sedang berbicara dengan pamannya itu. "Tidak ada waktu Ethan. Kalau kamu tidak bisa membuat Wenlee keluar dari Global secepatnya, maka WenLee lah yang akan menghancurkan mu." "Aku masih belum bisa menemukan kelemahannya." "Banyak sekali jalan menuju roma. Kamu cari siapa perempuan yang disukai Wenlee. Dekati perempuan itu, lalu hancurkan dia." Ethan menggeleng pelan. Bagaimana bisa ia menghancurkan Klarissa, itu sungguh tidak akan pernah ia lakukan seumur hidupnya. "kenapa diam saja Ethan?" "Baiklah, paman. Akan aku usahakan." "Ingat, Ethan. Global itu milik kamu sebenarnya. Ayahnya Wen Lee mengambilnya dari kita. Seharusnya kamu lah yang berada di kursi itu. Bukan lah Wen Lee." "Aku tahu." "Lalu kenapa kamu masih saja bertele tele." "Aku sedang menunggu waktu yang tepat." "Kapan Ethan?" "Paman, aku ini baru saja lolos dari hukuman dua tahun yang lalu. Jangan sampai aku kembali menjadi bulan bulanan pihak berwajib hanya karena mengambil langkah yang salah. Aku harus memikirkan ini dengan sangat matang bukan?" "Iya, tapi kamu itu bisa berpikir sangat cepat, kan? kamu bahkan pernah melakukan penyerangan pada Arjuna Group hanya dengan waktu semalam. Tidak ada yang bisa mengalahkan mu Ethan. Kamu prajurit terhebat, satu satunya keturuna mafia yang enggak ada lawannya. Ayahmu adalah sejarah yang tidak bisa terbantahkan." "Aku paham paman." "Baiklah, paman hanya ingin mengingatkan kamu, bahwa paman dan ayahmu lah, yang telah berjuang mendirikan Global. Namun tiba tiba Jay Lee datang dan membuat semua dewan direksi memundurkan jabatan Ayahmu. Itu sangat menyakiti hati paman. Jay Lee, adalah manusia biadab yang harus dimusnahkan." "Di mana Jay Lee sekarang?" "Dia struk dan di rawat di rumahnya. Andai saja, aku bisa masuk ke dalam rumah besar itu. Maka aku sendiri lah yang akan membunuh nya." "Jangan gegabah paman." "Makanya kamu yang muda cepat bergerak." "Intinya kita harus mengambil keputusan yang benar benar matang. Jangan sampai salah jalan, seperti aku melakukan penyerangan pada Rama." "Itu salahmu sendiri. Kamu yang telah jatuh cinta pada istri orang lain. Sehingga kamu malah menyelamatkan mereka, dan bukan malah membunuhnya dalam waktu semalam." "Aku ini memang seorang mafia dan seorang pembunuh. Tapi aku tidak akan menghianati sahabat ku sendiri." Bagi Ethan, sampai saat ini, Rama adalah sahabatnya. Meski mungkin Rama sudah sangat membencinya. Begitu pun Ana. Perempuan yang dulu pernah ia cintai dengan sepenuh hati. "Tidak ada sahabat bagi seorang mafia seperti kita. Semuanya adalah musuh." "Dan aku sudah mengakhiri semuanya, paman." "Maksud kamu?" "Aku sudah tidak lagi bekerja untuk Black Egle. Aku adalah Ethan, hanya Ethan saja." "Terserah kamu. Tapi Global, harus kamu dapatkan." sambungan telpon terputus, membuat Ethan menghela napas lega, dengan memijat keningnya yang terasa begitu berdenyut. *** Memikirkan cara, agar ia bisa terus dekat dengan Klarissa sungguh tidak lah mudah. Selain akan menghancurkan WenLee, kini Ethan memiliki misi khusus, yaitu membuat Klarissa kembali pada jangkauannya, juga membuktikan bahwa Reksa adalah miliknya. Di sinilah Ethan berada, di pabrik dan masih melihat semua proses produksinya. Kali ini Ethan tidak lagi ditemani oleh orang Global. Ia melihat setiap detail proses dengan sesekali melihat ke arah perempuan yang saat ini sedang berjalan masuk ke pabrik sembari berbicara dengan tiga puluh lider sewing. Ethan suka bagaimana penampilan Klarissa pagi ini. Dia memakai rok selutut berwarna merah maroon, dengan kemeja berwarna putih tulang di gulung ke siku. Masih dengan heel yang membungkus kedua kaki indahnya, membuat Ethan sungguh ingin mencium kaki yang terbungkus itu, sampai ke paha dan ... Dia mengalihkan tatapannya ke arah lain, ketika si cantik sepertinya mulai menemukan keberadaan dirinya. Berpura pura melihat bagaimana pergerakan para bagian pabrik itu dengan sesekali memegang bahan sepatu yang masih bertumpuk. Dirasa si cantik kembali sibuk dengan para lider itu, Ethan kembali menatap pada pemilik tubuh langsing itu. Ethan memikirkan bagaimana perut langsing itu bisa melindungi Reksa waktu kecil, dan sama sekali tidak ada bekas. Semua tetap langsing dan sangat indah. Ethan ingin sekali kembali berada pada masa di mana ia dan perempuan itu berada di dalam kamar yang sama dan b******u mesra. Sial! kemana dia? Ethan mencari keberadaan perempuan hebat itu. Ia mengedarkan tatapannya ke seluruh penjuru, namun ia tidak menemukannya. Sampai ia melihat perempuan itu tengah berbicara serius dengan seorang mekanik. Ethan kembali terpana dan begitu menyukai bagaimana ia bisa membuat orang orang yang ada di pabrik ini begitu menghormatinya. Merasa sangat penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Ethan pun mendekat dengan pelan. "Gajih mekanik naikin dong, bu. Enggak cukup kalau cuma segitu. Kan kita punya istri dan anak di rumah." terdengar keluhan seorang mekanik sedang curhat. "Mm ... itu harus dilakukan setelah meeting dengan Pak Wenlee ya. Nanti saya ajukan." "Terima kasih, bu. Saya sudah senang meski ibu baru saja akan mengajukannya." "BTW, kita ikut lembur kan? kalau mau ekspor?" "Iya, tentu. Tapi kita pilih yang bener bener kerjanya udah ok, ya. Karena kalau masih belum menguasai, itu cuma buang buang dana lembur." "Jiaah, si ibu, bisa aja. Kalau dipilih gitu, nanti anak anak pada iri lah." "Ya, kamu sebagai lider mekanik harus ajarin mereka lebih pinter ya. Jangan sampe mekanik banyak. Tapi yang dicari cuma lidernya, karena anak buah kamu belum bisa kerja." Waw! Tidak ada Klarissa yang cengengesan yang pernah Ethan kenal dulu. Tidak ada juga Klarissa yang suka tersenyum manis seperti yang ia kenal dulu. Sekarang yang Ethan lihat hanya ada Klarissa yang tegas, dingin dan menawan. Tidak heran jika diantara para mekanik itu ada yang terang terangan menatap wajah cantiknya. Dia tentu saja terpseona pada seorang Klarissa. "Iya, bu. Janji bakal ngajarin mereka lebih tegas lagi." "Iya lah." Kemudian Klarissa pun berlalu dengan asistennya yang ternyata seorang lelaki tampan. Sialnya Ethan tidak suka melihat itu. Terus membuntuti perempuan itu yang berjalan ke line line, namun tiba tiba heel nya nyangkut di tali sepatu yang tergulung di sudut ruangan, Klarissa ditahan oleh asistennya. Dia terkekeh dan manis sekali. Lalu Asisten itu pun tersenyum, kemudian berjongkok dan membenarkan heel perempuan itu dengan penuh hormat. "Hati hati Bu." ujar asistennya itu. "Ayo segera ke ruangan, kalau Pak Wen tau aku pake heel, dia pasti marah marah lagi." kekehnya. "Lah, ibu masih pake heel kenapa?" "Aku gerah kalau pake sepatu tuh. " keluhnya, kemudian kembali berjalan cepat seperti sedang dikejar sesuatu. Yang jelas, Ethan tahu dia menangkap keberadaannya, dan ingin menghindar. Ethan tersenyum kecil, sepertinya ia memiliki sebuah ide brilan untuk mengejutkan perempuan angkuh itu. Jadi inilah yang Ethan lakukan, dia masuk ke dalam ruangannya Klarissa secara diam diam, dan membuat perempuan jelita itu terperangkap di dalam kedua lengan kokohnya. "Et-ethan ..." Kedua bibir manis itu gemetar. "Boleh kita bicara secara serius?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD