"Sesuai rencana, Dafin, ikuti aku di jarak lima puluh meter. Roy, kamu ijuti aku di jarak lima ratus meter, dengan membawa teropong dan senapan jarak jauh, seperti biasa. Cari gedung yang aman yang bisa kamu jadikan persembunyian. Leo kamu masuk ke ruangannya Wen Lee, cek semua dokumen penting. Yasa, kamu berada di pan pintu agar tidak ada orang yang masuk ketika Leo sengan mengambil dokumen. Dan Sinta, kamu segera hack semua saluran CCTV, lalu matikan selama sepuluh menit." Lelaki yang memakai ear bluethoot itu berbicara seraya langkah jenjangnya mengayun. Kedua mata bak elang yang memabukan tidak berhenti siaga, meski ia sedang berbicara. Dari jarak jauh pun ia tahu kalau orang orangnya akan melakukan apa yang dia perintahkan. Dia lah Alexiathan Abraham. Lelaki misterius yang akan memporak porandakan kedudukan Wen Lee jika waktunya telah tiba. Selesai memberi intruksi, Ethan segera menghampiri Wen Lee dan Klarisa yang akan berangkat ke pabrik benang bersama dengannya.
"Bertiga?" Terdengar suara perempuan yang saat ini sedang mati matian Ethan perjuangkan. Pasalnya Klarisa terus saja menghindarinya. Tentu saja hal itu membuat Ethan merasa resah.
"Iya, Pak Abraham akan ikut bersama kita." sahut Wen Lee dengan lembut, bak buaya buntung. Sejujurnya Ethan benci mendengar laki laki itu begitu memanjakan Klarisanya.
Klarisa menghela napas dalam. "Dia ngapain ikut?" Tuh kan, perempuan itu begitu tega dengan tanpa mau mendengarkan semua penjelasannya, dia begitu membenci Ethan. Padahal Ethan memiliki banyak sekali alasan, kenapa laki laki itu sampai meninggalkan Klarisa.
"karena saya memiliki 50 % saham di sini." jawab Ethan dengan santai. Ia tersenyum manis, membuat Klarisa mengalihkan tatapannya ke arah lain jutek.
"Ayo masuk." Wen Lee mengajak perempuan kesayangan Ethan itu masuk ke dalam mobil di bagian belakang. Sedangkan Ethan duduk di depan bersama sopir.
Ethan tahu kalau Klarisa tidak menyukainya berada di sini. Namun Ethan tidak akan pernah menyerah. Ia akan tetap memperjuangkan Klarisa, karena gadis itu adalah miliknya.
Kemudian mereka berangkat. Ethan melirik ke kaca spion mendapati mobil lain yang mengikuti mereka. Ia tersenyum dengan tipis, tidak ada satu pun yang mengetahuinya.
"Pak sepertinya ada yang sedang mengikuti kita!" ujar sopir, membuat Ethan menahan napasnya, namun ia berhasil menyembunyikannya dengan hebat.
Wen Lee menoleh. "Iya. Aku akan menyuruh orangku untuk menghalanginya." Wen Lee menelpon seseorang lewat earbluetooth yang dipakainya. "Ada mobil hitam di jarak sepuluh meter, singkirkan dia!" perintah Wen Lee hanya menunggu beberapa detik saja. Karena setelah itu mobil yang dikendarai Dafin terguling ke samping, akibat sebuah mobil besar yang sengaja menabraknya. Kemudian mobil hitam itu pun ke samping jalan dengan posisi terbalik. Klarisa meringis dan menutup kedua telinganya takut.
"Kamu tidak apa apa?" Wen Lee mengusap pucuk kepala Klarisa. "Itu hanya terbalik, orang di dalamnya tidak akan kenapa napa. Saya tidak pernah membunuh orang. Saya lakukan itu, agar dia tidak macam macam." ujar Wen Lee lembut pada Klarisa. Membuat Ethan menghela napas dalam pelan. Ia benci melihat perempuannya di sayang laki laki lain. Apalagi orang itu manusia berbahaya seperti Wen Lee. Lelaki keturuna cina yang bermuka dua.
"Tapi bagaimana kalau orang itu memang penumpang biasa seperti kita?" tanya Klarisa panik dan merasa bersalah.
"Aku tidak meragukan Yuta, dia memiliki mata yang jeli." Wen Lee menatap sopir di depannya dengan sangat kagum.
"Terima kasih pak." Yuta tersenyum di balik kemudinya.
"Sialan! mobilku terguling!" teriak Dafin di balik earbluetoothnya Ethan. Membuat Ethan segera memutuskan hubungan setelah sebelumnya ia berdeham. Menandakan kalau Dafin harus menjauh dan menambah jarak sampai seratus meter. Lalu setelah itu ia terdiam santai, seolah tidak pernah terjadi apa apa. Sedangkan Dafin di sana keluar dari mobilnya yang berasap. Dia segera menunggu motor yang memang sudah di sediakan bawahannya yang lain, yang sengaja mengikutinya takut takut kalau terjadi hal seperti barusan. Kemudian motor sport itu pun ia naiki, dan seseorang yang mengantarkannya harus mencari taksi. Dafin kembali mengejar mobil yang dikendarai Ethan dan berjarak 100 meter, seperti intruksinya.
"Pak Ethan butuh minum?" tanya Wen Lee ketika mendengar Ethan berdeham.
"Boleh." jawab Ethan santai.
"Yuta ada air kan?" tanya Wen Lee.
Tangan kiri Yuta memberikan pelastik berisi air mineral. "Silakan pak." ujarnya.
Ethan tersenyum dan meraih botol air mineral itu. Setelah sebelumnya ia melirik pada Yuta, yang ternyata orang itu memang bukanlah orang yang sembarangan. Dia akan menyelidiki Yuta, ketika ia kembali dari pabrik benang.
Ethan meminum air itu dengan santai. Ia tahu kalau seandainya ia pingsan di sini, maka Klarisa akan melindunginya. Ethan bukannya mengambil resiko dengan meminum air itu. Ia hanya ingin agar Yuta dan Wen Lee tidak curiga padanya. Ethan juga bukannya tidak tahu kalau air itu ada obat penenangnya. Ethan bisa membedakannya. Hanya saja .... demi sebuah misi yang lebih hebat lagi. Maka bairlah kali ini Ethan mengorbankan dirinya. Ia pun meminum air itu sampai habis setengahnya. Dan benar saja, sepuluh detik kemudian Ethan tertidur. Yuta trsenyum. "Dia hanya seorang Abraham ..." gumamnya. Dan meski Ethan tertidur, ia jelas mendengar kalau Yuta tidak akan lagi mencurigainya, maka di sini boleh dipertanyakan siapakah yang masuk perangkap sebenarnya ... dan di tampan itu pun tertidur dengan senyuman.
Di tempat lain, misi mulai dilakukan seperti perintahnya Ethan. Sinta mulai menghack semua saluran CCTV sehingga menjadi mati. Lalu yang lainnya mulai bekerja dan berada di tampatnya masing masing. Sinta berteriak pelan di ruangannya "Cepat, kita hanya punya waktu sepuluh menit." geramnya.
"Siap Bu cantik" goda Leo dan Yasa.
Sinta berdecak dan tangannya mulai bekerja di atas keyboard. Ya ... dia Sinta yang menjadi manager assemblyng itu adalah kaki tangannya Ethan. Dia bekerja untuk Ethan selama enam lima tahun ini. Dan tentu saja gadis hecker itu memiliki gajih yang tidak murah dari Ethan. Selain itu juga dia memiliki gajih pokok dari Wen Lee sebagai manager hebat di assemblyng. Yang bisa menangani para karyawan lelaki yang memang sipatnya lebih pembangkang dan menyebalkan. Mereka kerja selalu mengeluh dan banyak nolaknya. Banyak manager yang memundurkan diri di assemblyng. Hanya karena tidak tahan dengan para karyawan laki laki yang selalu melawan dan menyebalkan. Assemblyng memang seratus persen penghuninya karyawan laki laki. Mengingat pekerjaannya yang lebih berat. Harus berhadapan dengan kimia, seperti lem dan alkohol lainnya. selain itu, assemblyng memiliki cetakan sepatu yang beratnya tiga kilo untuk sebelah sepatu. Jadi itulah kenapa assemblyng diperuntukan untuk para lelaki. Berbeda dengan sewing, cutting, bupping, dan finishing. Di keempat proses itu, campur. Bisa laki laki atau pun perempuan. Tapi lebih banyak perempuan karena pekerjaannya yang termasuk tidak berat.
"Waktu tinggal tinggal tiga puluh detik. Aku akan nyalakan CCTV." intruksi Sinta lagi.
"Mission complete sayang!" goda Yasa. Dan Sinta menjatuhkan dirinya ke kursi kebesarannya, dengan helaan napas dalam.
Sementara itu Ethan menggeleng gelengkan kepala karena merasa pusing. Ia tertidur sendirian di mobil. Rupanya Wen Lee meninggalkannya. Ethan tersenyum dan segera menyalakan ponselnya kembali.
"Misi?" tanya Ethan pada semuanya.
"Mission complete bos." ujar Yasa.
"Good. Roy, where are you?"
"Aku di atas gedung berjarak lima ratus meter dari pabrik."
"Kamu bisa meliahat saya?" tanya Ethan.
"Iya, Tuan tertidur di dalam mobil, dan Wen Lee meninggalkan anda ke dalam pabrik." Ethan terkekeh mendengarkan pembicaraan Roy di sana.
"Dafin?"
"Aku enggak bisa masuk pabrik bos. Aku berada di depan gerbang." lapornya.
"Ok, guys. Aku harus seger menyusul Wen Lee."
"Aku di sini Pak." ujar Roy.
Ethan tersenyum dan mematikan saluran telpon. Ia hampir saja mengumpat ketika seseorang berdiri di samping jendela.
"Kamu ngapain di sini sayang?" tanya Ethan, pada Klarisa yang membawa air mineral.
"Kamu kenapa minum airnya wen lee?" tanya Klarisa panik. Ia tahu kalau Wen Lee bukanlah orang se santai itu.
Ethan terkekeh."Kamu khawatir, huh?"
Klarisa menghela napas dalam. "Stop ikutin aku! dan jangan bodoh!"
Ethan kembali tersenyum. "Yang bodoh siapa sayang ..." Ethan meraih air mineral dan meminumnya. Ia tahu airnya Klarisa sangtlah aman. "Terima kasih." bisik Ethan berbisik di telingan nya, setelah ia selesai menelan habis air itu. Membuat Klarisa menjauhkan diri, namun sayang, Ethan lebih cepat menarik pinggangnya dan mencium bibir itu dalam hitungan detik.
"Sial!" Roy yang sedang melihat itu menjauhkan teropongnya. Bos Ethan m***m!