28. Kenapa Harus Benci?

1219 Words
Zigo terdiam di tempatnya. Lebih tepatnya, ia tak berminat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gadis sombong tersebut. Bagi Zigo, ia tak rugi jika harus bermusuhan dengan Ralin sekalipun gadis itu anak dari pengusaha terkenal sekalipun. “Zig?” Ralph kembali berseru, membuat lamunan Zigo buyar. “Gue gak harus kasih alasan kan?” cetus Zigo balik. Helaan nafas lelah keluar dari bibir Ralph. Pemuda itu melirik Chloe yang sedang membaca buku pelajaran. “Chloe, sorry gue tadi ninggalin lo di depan sekolah.” Merasa diajak berbicara, Chloe mengalihkan pandangannya dari buku pelajaran kepada Ralph. Gadis itu tersenyum lucu kemudian menganggukkan kepalanya. “Santai aja Cleon. Ralin tanggung jawab kamu, kan? Kamu dipercaya orang tuanya untuk menjaga anaknya. Bukan aku.” Ucapan itu membuat Zigo tak suka. Pemuda itu segera menyela perbincangan. “Gak usah ngomong gitu, Chloe. Tanggung jawab Ralph sekarang ada di lo. Cewek sombong itu yang bikin lo celaka kan? Jadi Ralph udah gak perlu sibuk ngurusin dia lagi!” Semakin pusing dengan ucapan Zigo yang terkesan ngawur, Ralph akhirnya memilih untuk duduk di tempatnya. Namun itu tak berlangsung lama karena ada sosok lain yang kembali mengganggunya. “Hai, Ralph.” Suara centil itu tak hanya membuat Ralph sebal, melainkan Zigo yang sedang bermain game juga turut sebal mendengarnya. Merasa tak ada sahutan dari orang yang dipanggil, gadis yang tadi memanggil kembali berseru. “Ralph ... Kamu denger gak sih?” rengek gadis itu. Mata Ralph memutar jengah kemudian menatap Cindy dengan sebelah alis terangkat. Cindy yang mendapat respon langsung tersenyum cerah. Gadis itu menghampiri Ralph di tempatnya. “Ish, ganteng banget sih!” Cindy masih menatap Ralph dengan senyuman yang tak luntur. “Apaan sih?” tepis Ralph risih kala Cindy tiba-tiba saja bergelayut pada lengannya. Chloe yang melihat itu hanya bisa menggeleng tak habis pikir. Gadis itu jadi berpikir mengenai perempuan-perempuan yang mengejar pria dengan cara tak tau malu seperti ini. “Apa kamu gak malu, ngejar cowok seperti ini?” celetuk Chloe tiba-tiba. Baik Ralph, Cindy, maupun Zigo menoleh karena mendengar pertanyaan yang terkesan sarkas namun masih bisa dikategorikan sopan itu. Mata Cindy membulat karena kaget dengan perkataan murid baru di kelasnya. Gadis dengan make up tebal itu melirik Chloe dari atas sampai bawah kemudian tersenyum mengejek. Kedua tangannya bersidekap d**a seraya menggeleng pelan. “Lo ngomong gitu ... apa udah ngaca?” Tak tersinggung dengan pertanyaan yang dilontarkan Cindy, Chloe justru tersenyum dengan tulus. “Aku bukannya mau menggurui kamu ... Tapi sebagai sesama perempuan, aku gak mau kamu sakit hati karena mengejar seseorang yang bahkan gak pernah ngelirik kamu.” Cindy semakin marah dengan penuturan Chloe. Gadis itu menatap tajam gadis berpenampilan sederhana di depannya kemudian berujar, “Banyak bacot lo!” Setelah itu Cindy berlalu ke tempat duduknya karena malas mendengar ocehan Chloe yang menurutnya terlalu sok tau itu. Selepas Cindy berlalu, Zigo menatap Chloe kagum sembari mengacungkan kedua jempolnya. “Keren lo!” *** “Ralin tau gak? Tadi pagi waktu Brisia Dateng ... Brisia lihat besalus juga berangkat pagi.” Ralin yang tadinya sibuk mendengarkan guru mengajar langsung menoleh karena penasaran. Perihal Ralph yang lama menjemput ditambah kotak makan berwarna biru membuat Ralin semakin yakin jika pacarnya itu menyembunyikan sesuatu. “Terus?” Mendapati sahutan dari sahabatnya, Brisia seketika menyunggingkan senyuman cerahnya. Gadis cerewet itu kembali membuka suara karena akan menceritakan apa yang terjadi tadi pagi. Sesuai apa yang ia lihat tanpa melebih-lebihkan. “Besalus tadi pagi berangkat sama cewek yang kemarin jatuh di kamar mandi.” Deg! Detak jantung Ralin berpacu sangat cepat. Gadis itu sejak tadi berusaha menyingkirkan segala pikiran negatifnya meskipun ia membaca sebuah nama di kotak makan yang tadi dibawa oleh Ralph. Chloecghasa. Nama tersebut dibentuk dengan ukiran yang cantik, persis seperti gadis sederhana itu meskipun dengan penampilan yang biasa saja. Ralin tak terlalu peduli perihal kecantikan Chloe karena ia juga sesama perempuan, otomatis dia juga cantik. “Ralin sedih?” Pertanyaan polos dari Brisia berhasil membuat atensi Ralin teralihkan. Gadis itu menggeleng pelan sebagai jawaban. Yang ia sedihkan bukan karena Ralph berangkat dengan Chloe, melainkan kejujuran Ralph yang semakin minim. “Kalau gak –” Ucapan Brisia terpotong karena ada seseorang yang menginterupsi. Gadis cerewet itu langsung menatap sinis sosok yang dianggapnya sebagai pengganggu itu. “Ralin, apa ini kotak makan milikmu?” Januar tiba-tiba saja bergabung dengan tangan kanan yang mengangkat kotak makan berwarna putih. Kening Ralin mengerut karena seingatnya, kotak tersebut berada dalam tasnya. “Kok ada di lo?” Januar tersenyum kemudian menyerahkan kotak tersebut kepada pemiliknya. “Aku menemukan itu di kursi belakang.” Katanya seraya menunjuk kursi yang saat ini ditempati oleh teman sekelasnya, Danu. “Buat lo aja,” kata Ralin kembali mengulurkan kotak tersebut kepada Januar yang tentu saja disambut tatapan bingung pemuda tampan itu. “Kenapa kamu memberikan kotak itu untukku?” “Buka aja,” ucap Ralin.  Januar yang penasaran langsung membuka kotak itu. Bibirnya membuka lebar dengan mata yang mengedip beberapa kali mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Untukku?” tanya Januar meyakinkan. Dari kejauhan, Samuel sebisa mungkin untuk tidak tertawa setelah melihat isi dari kotak berwarna putih tersebut. Bukan karena isinya hancur berantakan, melainkan bentuk dari makanan di dalamnya yang terlihat cute. Nasi goreng berbentuk kepala Hello Kitty dengan hiasan telur mata sapi yang diberi potongan tomat. Sangat tidak cocok dengan kepribadian Januar sebagai seorang Alpha! Merasa diperhatikan begitu intens, Januar segera mengerling dan mendapati jika Beta kepercayaannya tengah tertawa. Samuel langsung merapatkan bibir karena merasa dipergoki oleh Alpha-nya. “Iya. Lo gak suka?” Januar segera menggeleng saat mendapati wajah tak percaya diri yang diperlihatkan oleh Ralin. “Aku suka. Bentuk ini sangat cantik seperti yang memasak.” Alis Ralin menukik kemudian berujar, “Tapi itu buatan tukang kebun gue.” Dan jawaban itu benar-benar membuat seisi kelas dengan beraninya tertawa. Bahkan ada yang sampai memukul meja karena melihat wajah Januar merona. Salah satunya Samuel yang dengan berani juga turut tertawa kencang. *** Bel istirahat sudah berbunyi nyaring di SMA Bengawan. Para murid yang sejak tadi sibuk mendengarkan guru mengajar mulai berhamburan. Ada yang langsung menuju kantin, ada juga yang masih menyempatkan diri untuk bergosip. Salah satunya yang bersiap untuk pergi ke kantin adalah Ralph. Pemuda itu sudah bangkit dari duduknya setelah merapikan peralatan sekolahnya. Di sebelahnya Zigo juga ikut bangkit dengan mata menatap Chloe. “Chloe, ayo kantin.” Mendengar ajakan Zigo untuk gadis yang menjadi tanggung jawabnya, Ralph segera menepuk kening saat mengingat sesuatu. Tangannya mengambil kotak makan pemberian Chloe yang ia letakkan di laci meja. “Lo gak ke kantin? Gue mau ke kantin sekalian makan.” Ralph berujar seraya menunjukkan bekal yang diberikan oleh Chloe. Kepala Chloe mendongak kemudian menyunggingkan senyuman yang manis. “Apa aku boleh ikut?” “Tentu, lo harus ikut.” Bukan Ralph yang menjawab begitu semangat, melainkan Zigo yang menatap interaksi keduanya. “Oke deh. Aku juga mau beli makanan di kantin,” ujar Chloe sembari menata bukunya yang berserakan. “Ayo.” Gadis itu bangkit kemudian mereka bertiga beriringan menuju kantin. Sesama besalus cocok banget Udah dapet artis, eh milih Upik abu Kayaknya si anak beasiswa itu kurang bersyukur dapet Ralin Kalau dia gak mau, gue gebet aja tuh ceweknya Bisikan demi bisikan membuat Zigo menggeleng heran. Murid-murid di sekolahnya itu terlalu senang menghina tanpa mengaca. “LO UDAH SEMAKIN NGELUNJAK, YA!” Ketiga orang itu berhenti saat mendengar seruan dari belakangnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD