5. Beda Kasta

1026 Words
❤️↘️ 15.763 suka Classicaraline Sebagai perempuan berkelas, gue selalu melakukan upaya jaga jarak dengan manusia berbeda kasta Tampilkan semua 17.000 komentar JenoAdrian pulang Lin! Dicari bokap lo! Peninggi.badan peninggi badannya kakak BrisiaCA Ralin main yuk? Bungamelodia cewe gila! Seorang pemuda mengamati postingan beberapa jam lalu dari gadis cantik yang saat ini sedang menjadi perbincangan remaja di seluruh penjuru tanah air. Akting dari Ralin memang tak dapat diragukan. Pembawaan gadis itu sudah seperti artis yang menggeluti dunia hiburan sejak lahir. Nyatanya, Ralin baru bergabung saat usianya 7 tahun. "Apa kau jadi pulang ke Indonesia?" Januar Edward Luminghal, pria tampan berusia 17 tahun yang saat ini tinggal di Manhattan berencana untuk pulang ke Indonesia karena suatu hal. "Tentu. Ada banyak hal yang harus ku urus," jawab Januar. "Baik, aku akan mempersiapkan segala keperluanmu." Sang tangan kanan, Samuel Niko Leopard menunduk hormat. Januar mengibaskan tangannya karena tak ingin waktu bersantai nya diganggu. "Belum waktunya." *** "Aku seneng, lihat cafe ramai kayak gini," ujar Chloe kepada Ralph yang berada di sebelahnya. Ralph mengangguk setuju. "Dengan begini, kita bisa dapet bonus banyak." "Kamu benar, Cleon. Beruntung kita memiliki bos yang baik." "Cleon, kamu tukar dengan Romi, ya?" Bos Andi menghampiri kedua remaja yang tengah mengobrol tersebut. "Iya, Bos. Mana yang mau diantar lagi?" tanya Ralph sopan. “Ini, kamu nunggu makanan yang sedang disiapkan. Nanti antarkan ke ruangan VIP," kata Bos Andi. "Saya mau kembali ke ruangan. Masih banyak tugas yang belum diselesaikan." Lanjutnya memberitahu. "Siap, Bos." "Sana kamu tunggu di deket meja kasir, Cleon. Aku mau lanjutin pekerjaanku." Chloe berpamitan kepada Ralph yang ditanggapi dengan anggukan kecil. Ralph mendorong trolly makanan kedalam ruangan VIP sesuai yang diperintahkan oleh Bos Andi. Dia sangat terkagum dengan desain interior disana. "Selamat menikmati menu dari Mango Resto, semoga Tuan semua menyukai menu kami," ucap Ralph sopan. "Kau pelayan baru disini?" tanya salah satu dari pria berjas tersebut. "Tidak, Tuan. Saya menggantikan shift dari pelayan yang bertugas di ruangan ini," jelas Ralph sopan. Pria itu mengangguk paham. "Kau cukup mumpuni untuk kelas pelayan pengganti. Terima kasih." Ralph menunduk sopan lalu pergi dengan mendorong kembali trolly yang sudah kosong. Nafasnya yang tadi tersendat seketika langsung plong setelah keluar dari sana. "Cleon, makasih udah bantuin gue," kata Romi yang kebetulan sedang ujian dari kampusmya. Bos Andi memang tak terlalu mempermasalahkan pegawai nya yang menempuh pendidikan, asalkan bisa membagi waktu. "Sama-sama, Mas. Gimana ujiannya?" "Alhamdulillah, lancar," seru Romi lega. "Puji Tuhan kalau emang lancar." Mereka berbincang ringan sampai akhirnya kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing. *** Ralin yang baru saja memasuki ruangan dibuat tercengang saat mendapati Mores tertidur di sofa dengan tv yang masih menyala. Matanya menatap ke meja yang terdapat tumpukan sampah bekas makanan Mores. "Pi, ngapain sih tidur diluar?" Mores Sedikit menggeliat saat merasakan guncangan pada badannya. "Alin? Papi kira kamu lupa alamat istana kita," sindir Mores membuat Ralin mencibir. Pria hot itu mendudukkan badan setelah nyawanya terkumpul. "Tumben Papi pulang? Biasanya keasikan sama cewek-cewek gatel diluar sana." "Heh!" Mores menyentil pelan bibir anaknya. "Kamu kira Papi barang obralan?" Pertanyaan itu dibalas kedikkan bahu oleh Ralin. Sebenarnya ia hanya sekedar menggoda pria yang menurutnya sudah tua tersebut. Hingga sebuah pertanyaan membuat Ralin ingin menghilang dari hadapan Papinya. "Apa benar kamu pernah hampir dibegal preman?" "E-eh? Apa maksud Papi?" tanya Ralin balik berusaha tenang. "Jawab, Ralin! Jangan bikin Papi marah," tegas Mores. Mendengar suara tegas itu, Ralin langsung menunduk takut. Meskipun ia gadis yang tinggi hati, tetapi ia tetap patuh dengan orang tuanya. "Kalau Papi sudah tau jawabannya, untuk apa bertanya? Bukankah itu pemborosan kata?" ujar Ralin sarkas. Dalam hati Mores sudah menyumpah serapahi gadis angkuh yang sayangnya berstatus sebagai anaknya tersebut. Entah sifat siapa yang ditiru oleh Ralin, sehingga menjadi gadis yang menyebalkan. "Sepertinya dia tak memiliki sifat seperti Ralin ..." gumam Mores pelan. Samar-samar telinga itu mendengar gumaman Papinya. "Dia siapa?" Mores tersentak kemudian mengerjap polos. "Apanya?" "HAH! Terserahlah ... Lebih baik Alin berendam di dalam bathup daripada harus mendengar ocehan bujang lapuk seperti Papi." Ralin bangkit dari duduknya setelah berucap pedas. Mata Mores membola karena merasa tersinggung dengan sindiran itu. "Kau! Dasar manusia sombong," cecar Mores tak tau diri. Badan Ralin berbalik dengan mata yang menghunus tajam kearah Mores. "Ingat, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Alin sombong, karena didikan Papi!" Sepeninggalan Ralin, Mores langsung mengelus d**a. Ralin, gadis itu sungguh membuat darahnya meninggi. Seakan teringat sesuatu, Mores mengeluarkan ponselnya. "Siapkan yang aku perintahkan besok." Tut Tanpa menunggu jawaban dari orang di sebrang sana, Mores langsung mematikan sambungan telepon nya. Berendam di malam hari bukan hal yang buruk. Apalagi sembari menikmati keindahan Ibukota dari lantai 8 mansion nya. Kekayaan Millano memang tak dapat dinalar oleh manusia pada umumnya. Apalagi Mores merupakan keturunan tunggal dari kedua orang tuanya. Bisa dipastikan jika posisi Ralin saat ini adalah ahli waris satu-satunya karena ia tak memiliki saudara. Ralin memejamkan mata menikmati aroma lavender serta lilin aromaterapi yang menjadi teman bersantainya saat ini. Sekitar satu jam Ralin berada pada fase qtime, kini gadis itu bangkit menuju shower guna membilas badannya agar tak masuk angin. *** Ralph berlarian di koridor rumah sakit setelah mendapat telepon dari Dokter Alex. Perasaannya sedikit gundah karena ia tak mendapatkan jawaban tentang apa yang terjadi pada Mamanya. Cklek! Deg! Kini Ralph tak dapat berkata apa-apa. Lidahnya keluh saat akan mengeluarkan suara karena ia sedikit tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Langkah kakinya mendekat kearah brankar seseorang yang sudah melahirkannya. Air matanya menetes karena ... "Mama ... Ralph kangen ..." Pemuda itu memeluk tubuh ringkih Andara saat melihat wanita itu tersenyum lemah dari tempatnya. Ini seperti mimpi indah buat Ralph. "Anak Mama udah besar ya? Seingat Mama, kamu masih SMP kan?" Seulas senyum terbit dari bibir Ralph. "Ralph sekarang udah SMA, Ma. Itu karena Mama betah banget tidurnya sampai Ralph udah sebesar ini." Andara memegang kepalanya setelah mendengar penjelasan Ralph. Dia berusaha mengingat sesuatu yang mungkin sempat terlupakan. "Adik kamu ... Dimana dia sekarang?" tanya Andara pelan. "Sela udah TK sekarang, Ma. Makanya Mama harus semangat buat sembuh. Kasihan Sela tiap hari nanyain Mama," jelas Ralph lirih. Wanita itu tak dapat menutupi rasa terkejutnya karena ucapan Ralph. "Sela tau Mama?" "Mana mungkin Ralph nutupin tentang adanya Mama. Apalagi, Mama udah berjuang selama ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD