Bagian 12 - Petarungan Empusa dan Amfiaraus

1081 Words
Pertandingan Empusa dan Amfiaraus sedang dipersiapkan. Murid-muridnya menyiapkan tempat pertandingan untuk mereka. Pertandingan akan berlangsung di arena milik Empusa. Arena tersebut dipenuhi oleh air, dan batu-batu besar membentuk daratan menyebar di dalam kolam. Petarung tidak boleh terkena air dan hanya bisa berdiri di batu kecil yang hanya bisa untuk satu orang petarung saja. Pertandingan mereka sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang di teater tempat arena mereka. Erebus masuk ke dalam ruangan kelas Empusa. Ia heran mengapa ada keributan.  “Apa yang terjadi?” Tanya Erebus yang membelah kerumunan di ruangan tersebut. “Empusa dan Amfiaraus akan bertanding!” Ucap Ladon menjelaskan. Erebus kembali melihat arena pertandingan. Ia bingung mengapa teman-temannya bertanding. Ia merupakan salah satu dari delapan penguji elit. Ia berdiri di depan sambil menyilangkan tangan di dadanya.   Bunyi terompet terdengar, tanda pertandingan akan dimulai. Empusa dan Amfiaraus sudah memilih s*****a untuk mereka. Empusa memilih pistol kecil di kanan dan kirinya. Pistol tersebut sangat kecil dan peluru yang ditembakkan terkadang tidak terlihat karena sangat cepat dan juga kecil. Amfiaraus memilih s*****a panah dengan ujung yang runcing. Ujungnya yang runcing bisa mengeluarkan anak panah lain yang lebih kecil yang berjumlah sepuluh buah. Di dalam jarum panah tersebut terdapat racun mematikan yang dicampur dengan ledakan yang besar. Anak jarum tersebut akan melompat kesana kemari ke segala arah.  Mata tajam Amfiaraus langsung menusuk ke arah Empusa. Ia tahu bahwa arena ini adalah kekuatan dari Empusa. Ia harus berhati-hati agar tidak tersudutkan Empusa di awal pertandingan.  Empusa melancarkan serangan. Ia berkata, “Penyambutan kepada tamu!” Ia melompat dan menembak peluru kecilnya lalu menggunakan teleportasi di tempat lain dan menembakkan peluru lagi berkali-kali. Ia berpindah lagi menggunakan teleportasinya ke batu lain lalu menembakkan pelurunya dari sudut yang berbeda. Ia melakukan hal yang sama hingga berhasil menembakkan peluru di sekeliling Amfiaraus. Peluru-peluru yang dikeluarkannya sangat cepat dan tak terlihat dan mengarah ke tempat Amfiaraus berada. Peluru-peluru datang mengelilinginya. Amfiaraus merasa terjepit.  Amfiaraus harus menggunakan kekuatannya. Ia menggunakan kelincahannya untuk bisa menghindari peluru-peluru tersebut dan s*****a yang dipakainya tidak terkena peluru itu. Meski dalam posisi pijakan pada batu yang kecil, ia bergerak cepat menghindari peluru-peluru yang datang kepadanya. Ia menundukkan kepalanya, bergeser ke kanan, mengangkat kaki kanannya, memajukan langkahnya, jongkok, melompat, mengangkat tangannya dan juga salto. Ia menggunakan banyak gerakan di dalam satu batu di arena Empusa agar bisa menghindari peluru tersebut. Ia berhasil menghindari serangan s*****a tersebut meski ia tidak bisa bergerak kemana-mana selain pijakannya yang sekarang. Amfiaraus tak mau kalah. Ia menembakkan senjatanya ke kanannya dan kirinya. Lalu panah utama keluar. Saat panah sudah mencapai tiga meter ke samping, panah-panah kecil menyebar dari ujung panah yang lain. Satu panah menyebarkan panah kecil seratus delapan puluh derajat. Panah-panah yang datang menyebar ke seluruh ruangan tersebut menjangkau setiap daerah. Amfiaraus mengamati Empusa yang mencoba untuk lari. Ia melihat ke kanan dan kiri mencari batu yang tepat untuk menghindari serangan tersebut.  Ia menembak batu-batu di sekitarnya hingga melambung ke atas menjadi batu-batu kecil, lalu beberapa batu besar ditendangnya dengan menggunakan teleportasi yang cepat dan menghantam panah-panah yang mengarah padanya. Batu-batu yang besar ia terbangkan ke atas lalu berlindung dibalik batu tersebut agar tidak terkena panah yang menyebar. Panah-panah yang kecil milik Amfiaraus sangat kuat. Panah yang mengenai batu tersebut meledak menghancurkan batu menjadi berkeping-keping. Empusa tak memperkirakan ledakan yang terjadi hingga ia tercampak. Dirinya akan masuk ke dalam air. Empusa cepat-cepat menggunakan teleportasinya dan berdiri di batu yang lain. Ia bisa menggunakan teleportasi dalam keadaan terdesak. Saat akan berdiri di batu lain, ia tergelincir dan hampir jatuh.  Empusa membolangkan matanya. “Kuat juga!” Ucapnya pelan. Suara tersebut tidak terdengar oleh Amfiaraus.  Empusa langsung bergerak menyerang. Belum lagi selesai panah-panah tersebut meledak semua, ia menembakkan peluru pistolnya di tengah ledakan. Ia ingin mengalihkan perhatian Amfiaraus agar lengah dan tidak bisa menghindar. Tetapi, Amfiaraus melihat peluru muncul dari asap ledakan. Asap yang tebal membuat peluru kecil dan tak terlihatnya menjadi bisa dikenali. Ia pergi melompat menuju batu lain. Ia melompat beberapa batu hingga jangkauan dari peluru tidak mengenai-nya lagi.  Amfiaraus melompat tinggi dan menyerang Empusa. Ia memanah Empusa yang tampak kebingungan karena serangannya yang tidak berhasil. Ia berpikir keras mengapa serangannya tidak bisa bergerak dengan sempurna. Amfiaraus langsung bergerak cepat dan menembakkan double anak panahnya. Ia juga menembakkan pelurunya ke atas agar Empusa tidak bisa lari.  Empusa menembakkan pistolnya ke arah anak panah yang belum mengembang. Ia harus cepat memusnahkannya sebelum benar-benar menjadi masalah. Tiga anak panah berhasil dipatahkannya, tetapi satu lagi tidak berhasil. Lalu s*****a pistolnya terkena anak panah terebut dan salah satu pistolnya tercampak ke dalam kolam. Senjatanya kini tinggal satu. Hanya tangan kirinya saja yang memiliki pistol. Ia menatap dengan geram ke arah air kolam yang secara perlahan menelan pistolnya.  Empusa harus mengejar ketinggalan. Ia berpikir bahwa senjatanya memang tampak kalah jauh dari pilihan panah Amfiaraus. Tapi, ia harus mencoba menggunakan s*****a tersebut semaksimal mungkin, karena itulah tujuan dari penguji s*****a.  Ia menggunakan teleportasinya, tapi kali ini lebih cepat dari biasanya. Ia berpindah-pindah tempat, dari batu ke batu, sambil me-ngeker Amfiaraus. Kecepatannya bukan main. Ia berhenti dan terlihat ngos ngosan karena kecepatannya sendiri. Amfiaraus merasa bahwa kelincahan adalah keahliannya. Ia tidak ingin kalah dari Empusa. Dengan kelincahan dewanya, ia bergerak memanah peluru-peluru yang sangat cepat tersebut hingga seperti tidak terlihat dan memanfaatkan panah-panah kecil di mata panah untuk meledakkan peluru-peluru di sekitarnya. Peluru-peluru itu dapat diatasi di awal. Tapi, karena begitu banyaknya, Amfiaraus terkena peluru tersebut dan panahnya rusak.  Ia melihat panahnya dan memastikan apakah panah tersebut masih bisa digunakan. Ia mencoba menembakkan panahnya, tetapi malah tertahan dan senjatanya meledak. Ia buru-buru mencampakkan s*****a tersebut ke dalam air. Pertandingan pun dimenangkan oleh Empusa.  Semua teriakan bersorak keras melihat hasil tersebut. Empusa sudah sempat khawatir akan kalah di depan murid-muridnya. Tapi, tidak lagi. Ia berhasil mengambil perhatian murid-muridnya lagi dan mengembangkan kepercayaan mereka. “Kau hebat!” Kata Amfiaraus yang telah keluar dari arena. Ia menjabat tangan Empusa lalu memeluk tubuhnya setengah.  “Kau juga hebat. Terima kasih telah memberiku kemenangan!” Kata Empusa. “Kau tidak diberi. Tapi, kau sedang beruntung!” Kata Amfiaraus bercanda. “Itu juga boleh!” Erebus menyamperi mereka. Ia menyambut mereka dengan hangat dan mengomentari pertandingan mereka. Ia kemudian mengundang mereka ke rumahnya. “Bisakah kalian datang ke rumahku? Aku khusus mendukung kalian dan ini sangat istimewa” Kata Erebus kepada dua temannya itu sambil memegang tangan mereka dan menghantukkan tubuhnya kepada Amfiaraus. “Apakah itu penting?” Tanya Amfiaraus. “Tentu!” “Apakah itu rahasia?” Tanya Empusa dengan kerutan di dahi. Mereka berdua sedang berusaha menebak. “Tentu!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD