Bagian 10 - Pertarungan Dua Murid

1194 Words
Askalafos memanggil Amfiaraus. Mereka sedang berbicara tentang pertarungan antara muridnya dengan murid Amfiaraus. Itu dilakukan setelah Frike selesai bertanding melawan Askalafos. Mereka akan melakukan pertandingan di arena pertandingan luar di bagian teater. s*****a yang akan dipakai oleh Askalafos dan Frike adalah s*****a api.  Sebelum bertanding, Frike tampak ketakutan. Ia berkali-kali tidak bisa menahan berat tubuhnya karena kakinya yang gemetaran. Kakaknya, Fonoi juga bingung cara menyingkapinya. Ia masih tidak percaya bahwa adiknya yang terpilih dari banyaknya murid Askalafos yang hebat. Tidak bisa lagi untuk mundur. Fonoi masih menyakinkan adinya untuk bertarung sesuai dengan latihan mereka. Jika ia sudah terpilih,  berarti memang ada sesuatu dalam dirinya yang hebat yang dilihat oleh Askalafos. Askalafos memanggil Frike. Ia menyuruhnya untuk memilih s*****a api yang akan dipakainya, begitupun dengan Askalafos. Frike melihat kakaknya ke belakang. Ia tidak tahu harus memilih s*****a apa. Fonoi berteriak, “Terserah, pilih yang mana saja! Kau pasti bisa!”  Amfiaraus melihat pertandingan itu dengan Ponos. Ia menyuruh Ponos untuk memahami strategi bertarung mereka dan mencoba memenangkan pertandingan nantinya dengan murid Askalafos. Semua tampak tegang. Suasana terasa mencekam. Tak ada suara yang terdengar. Mereka penasaran s*****a apa yang akan dipilih oleh Frike.  “Aku memilih Grenade Launcher!” Ucap Frike. Fonoi memegang kepalanya kuat. Ia merasa pilihan s*****a adiknya itu sangat riskan. s*****a itu hanya memiliki lima granat. Itu berarti kesempatannya untuk menembak hanya lima kali. Fonoi berharap ia mengetahui hal tersebut. Lalu Askalafos memilih menggunakan Machine g*n. Kelemahan s*****a itu adalah ia tidak bisa menggunakannya saat musuh berada dalam jarak dekat dan tidak bisa bebas menggunakannya kemana-mana karena ada kaki yang menopang s*****a tersebut. Kelebihannya adalah memiliki damage yang besar dan juga magazine yang banyak. Tak perlu berlama-lama lagi. Askalafos sudah berada di tempatnya. Sebelum pertandingan ia memberikan nasihat kepada Frike. “Perhatikan emosimu saat melakukan tembakan. Tentukan arah yang tepat dan tembak.” Teriaknya. Frike gemeteran. Ia mengambil Grenade Launcher nya yang sangat berat. Ia melihat bahwa peluru s*****a itu hanya lima. Memang kalau pertandingan asli, peluru yang diberikan pasti terbatas. Tapi, karena ini hanya pengujian saja, mereka hanya memberikan batas peluru pada s*****a yang akan digunakan.  Suara terompet terdengar. Pertandingan dimulai. Frike tak bisa main-main lagi. Ia menarik napas dalam-dalam dan menatap Askalafos. Ia mencoba memahami gerak-gerik gurunya. Askalafos mulai menembakkan pelurunya yang banyak ke arah Frike. Ia bergelinding ke kanan berupaya menghindari peluru tersebut. Peluru dari Askalafos berhenti. Tubuhnya yang masih mengudara di atas langsung menembakkan granat ke atas menuju Askalafos. Askalafos tidak bisa kemana-mana. Terlalu sulit baginya untuk menghindari granat tersebut. Ia berlari dan mencoba membawa senjatanya, tetapi granat dari Frike mengenai dirinya.  Askalafos tak tinggal diam. Wajahnya memerah yang menandakan emosinya berganti. Ia mengambil senjatanya, dan tatapan matanya tampak lebih serius dibandingkan sebelumnya. Ia menembakkan pelurunya berkali-kali hingga Frike tidak bisa kemana-mana. Frike harus menghentikan s*****a tersebut. Ia berdiri di depan Askalafos dengan cepat sebelum pelurunya datang dan mengadu granatnya dengan peluru Askalafos. Serangan tersebut berhasil menghentikan Askalafos menembak. Ia mendorong senjatanya mendekat lalu menembaki Frike lagi tanpa henti. Ia harus berlari dengan kencang dan mencoba untuk mencari celah dari tembakannya tersebut. Ia berlari sekuat tenaga untuk bisa berada di belakang Askalafos. Ketika kabut tebal mengudara, ia memanfaatkan itu untuk berlari dengan kuat.  Ia mencoba menembak Askalafos dari belakang, terutama ke arah s*****a Askalafos. Tembakannya berhasil. s*****a tersebut tercampak dan kakinya rusak. Askalafos berhasil menghindar dari granat tersebut. Ledakan granat Frike tak main-main. Satu granatnya seperti puluhan tembakan dari Askalafos. Jika ia tidak berhati-hati, s*****a itu bisa membuatnya terluka juga.  “Kau cukup hebat!” Kata Askalafos memuji muridnya. Dalam hati Frike mengatakan, ‘Peluruku tinggal dua. Bagaimana caraku memenangkan pertandingan?’ Askalafos sudah siap dengan kekuatannya. Emosinya berubah dan warna wajahnya berubah juga menjadi hijau. Ia terlihat lebih lambat, tetapi sekarang tembakannya lebih akurat. s*****a Frike terlepas dari genggamannya. Askalafos memanfaatkan hal tersebut. Dengan mudahnya ia menembakkan peluru dahsyat dari Machine g*n miliknya. Peluru yang ditembakkan sedikit lebih besar. Lalu peluru tersebut mengudara dan mengenai kontak. Ledakan besar terjadi, dan Grenade Launcher milik Frike hancur. Pertandingan selesai. Semua teman-temannya bertepuk tangan. Kakak Frike berlari dan memeluknya. “Aku tidak melihat ketakutan tadi!”  Frike bingung. “Mengapa tidak melihatnya? Aku berlari dan menghindari s*****a itu karena ketakutan!” Ucapnya polos. Fonoi tertawa mendengarnya. Ada benarnya juga yang dikatakan oleh Frike adiknya. Ia jadi tahu bahwa ketakutan juga merupakan bagian dari kekuatan. Askalafos tidak salah pilih. Ternyata pilihannya benar. Instingnya dalam memilih Frike tak salah. Sebelum ia menggunakan tes pertanyaan tersebut, ia juga ragu tentang Frike. Tapi, sekarang ia sudah membuktikannya, bahwa ia bisa sebagai penguji s*****a terbaik. “Sekarang, kau harus melawan dia!” Tunjuk Askalafos kepada murid Amfiaraus, Ponos. Amfiaraus memuji muridnya. “Pertandingan yang bagus!”  “Aku harap muridmu juga punya bakat yang sama!” Kata Askalafos bercanda. Ia bukannya ingin menimbulkan semangat bersaing. Itu hanya kata-kata candaan saja. Ponos masuk ke arena membawa pedang bermata dua yang besar dan panjang, melebihi tinggi dirinya. Sedangkan Frike memilih Shotgun. Shogun yang dipilihnya memiliki moncong yang panjang dan keras. Bahan yang dipakai sangat kuat sehingga bisa membantunya menghindari tebasan dari Ponos nantinya. Suara terompet terdengar di kota itu. Pertandingan dimulai. Kaki Frike bergetar. Ia ingin lari tapi kesulitan. Matanya berfokus pada mata Ponos yang tajam setajam pedangnya. Ia mencoba mengendalikan emosinya. Ia mengangkat senjatanya karena ia tidak bisa lari dan menembakkan pelurunya. Ponos masih bisa berjalan. Ia menebas semua peluru yang ditembakkan padanya. Ia mendekat ke arah Frike dan memainkan pedang besarnya. Ia mengayunkan pedangnya ke arah Frike yang kakinya sedang kram. Frike menghentikan serangannya. Emosi nya berganti dengan kepercayaan diri yang tinggi hingga Ponos bisa merasakannya. Ia berputar lalu bergerak cepat untuk menghindari tebasan Ponos. Ia menggunakan moncong s*****a nya, dan mereka bertarung jarak dekat. Frike mendorong dengan kuat Ponos sehingga ia terlempar ke belakang. Lalu ia mengayunkan senjatanya dan menembak pedang Ponos. Pedang Ponos terkena serangan dan sompel.  Ponos melihat senjatanya ternyata hampir rusak. Ia mengejar kekalahan. Ia menggunakan kelincahannya. Ia mengayunkan pedangnya ke kanan dan kiri sesuai irama tubuhnya. Ia berputar, melompat dan memukul keras s*****a Frike. Frike hanya bisa menahan serangan. Tidak ada sedikitpun kesempatan yang diberi oleh Ponos untuk menyerang. Ia melihat s*****a shotgun milik Frike sudah mulai rusak. Ia mengayunkan senjatanya ke atas dan melemparkan s*****a Frike ke atas hingga terlepas, lalu ia melompat dan menebas s*****a tersebut menjadi dua. Serangan Ponos mengenai peluru dari gunshot dan letakan terjadi.  Frike tersungkur ke tanah.  Semua bertepuk tangan. Mereka sangat gembira melihat cara bertarung mereka yang hebat.  Amfiaraus tak ingin Frike kecil hati. Ia menepuk -nepuk punggungnya dan memujinya. Meski bukan muridnya, ia tampak bangga pada Frike. Ia berkata, “Kekalahan seorang penguji s*****a bukan pada pengujinya, tapi, pada senjatanya. Seorang penguji s*****a tidak pernah kalah!” Ucapnya.  Frike merasa terhibur mendengar ucapan dari Amfiaraus.  Askalafos mendatangi Frike setelah ia selesai berbicara dengan Amfiaraus.Lalu ia memeluknya memeluknya. Ia memiliki ide di kepalanya untuk Frike.  Saat akan masuk kelas, Askalafos berkata kepada Frike, “Aku akan kirimkan mu kepada juri penguji s*****a. Tapi, sebelum itu terjadi, aku ingin kau berlatih dengan kakakmu, dan kalian berdua akan ku kirimkan bersama-sama. Aku juga ingin ada penguji s*****a yang kembar nantinya. Kalian bisa bekerja sama sebagai penguji s*****a. Tampak sangat menjanjikan!”  Mereka pun kembali ke dalam kelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD