bc

RANJANG PANAS DOSEN KILLER

book_age16+
1.1K
FOLLOW
10.1K
READ
HE
teacherxstudent
age gap
heir/heiress
sweet
bxg
lighthearted
kicking
campus
city
office/work place
professor
wild
like
intro-logo
Blurb

Bagi Paulina Angelica (23), kuliah bukanlah panggilan hidup—itu hanya rutinitas membosankan yang dihadapinya dengan setengah hati. Bolos kelas, mengabaikan peringatan kampus, hingga nyaris mengulang semester bukan lagi hal baru. Namun, dunia Paulina terguncang saat seorang dekan baru, Jagapathi Baskara Wiryodiningrat*(35), hadir dengan aura otoritas yang dingin dan memikat. Tegas, tak tergoyahkan, dan tanpa kompromi, Jagapathi memberi Paulina ultimatum: ubah sikap atau keluar.

Dengan niat licik untuk menundukkan sang dekan melalui kecantikannya, Paulina malah membuat kesalahan besar. Secangkir kopi hitam panas yang dia senggol tumpah, membakar selangkanganJagapathi. Sebuah insiden memalukan yang hanya mempertegas ancaman sang dekan untuk mengeluarkannya dari kampus.

Namun, malam itu segalanya berubah. Saat Paulina mencoba melupakan masalahnya di klub malam, seseorang menyelipkan obat perangsang ke dalam minumannya. Kini, dalam keadaan setengah sadar dan penuh gairah tak terkendali, Paulina tersesat di tengah malam. Dia hanya mampu meraih satu sosok untuk meminta tolong… dan pria itu ternyata adalah Jagapathi.

Apakah sang dekan yang penuh kendali akan menyelamatkan Paulina, atau justru terperangkap dalam godaan liar yang tak terelakkan?

chap-preview
Free preview
PROLOG
“Permisi, Bu, mau ketemu Pak Dekan,” ujar perempuan berambut cokelat pada sekretaris Pak Dekan. “Ada keperluan apa?” “Saya… diminta prodi menghadap Pak Dekan. Saya mahasiswa Angkatan 2019.” “Walah.” Wajah wanita itu langsung berubah tampak mengejek. “Mahasiswa abadi yang bikin pusing Pak Dekan ya? Masuk aja langsung.” Paulina Angelica mendengus pelan. Tidak, dia bukan mahasiswa abadi, hanya mahasiswa yang tertinggal kelas dan menetap di semester 3 disaat teman-temannya sedang menyusun skripsi sekarang. Bukan tanpa alasan, Paulina sejak awal memang tidak tertarik dengan jurusan Hukum, jadi sulit untuknya mencerna Pelajaran. Papanya yang ingin Paulina jadi pengacara, tapi pria itu sibuk sampai Paulina enjoy saja walaupun harus mengulang kelas. Terlebih lagi dua bulan lalu dirinya baru saja putus dengan sang kekasih yang ketahuan selingkuh. Hingga Jagapathi Baskara Wiryodiningrat menjadi dekan, semua ketentuan berubah. Desas desus yang didengar, Jagapathi ini dosen killer yang tidak memberi ampun bagi mahasiswa yang tidak menguasasi mata kuliahnya. Itu sebabnya dia terpilih menjadi dekan sekarang. Dan Paulina yang hanya pernah melihat Jagapathi sekilas itu, dia tampak….cupu, dengan kacamata dan pakaian formal dan rambut terlampau rapi. Jadi rencana Paulina adalah…. Menggodanya. “Permisi, Bapak,” panggilnya mendayu. Pria yang tengah duduk memeriksa lembaran dokumen itu hanya melirik sekilas. “Masuk.” “Bapak lagi sibuk ya? Maaf kalau ganggu, saya kesininya nanti aja biar bisa ngobrol san-” “Kamu gak budeg ‘kan? Masuk.” Buset dah, gue udah kasih tone suara paling merdu juga. “Maaf, bapak,” ucap Paulina segera masuk, duduk di kursi berhadapan dengan Jaga yang masih sibuk dengan dokumen. “Saya diminta prodi menghadap bapak, katanya ad-” “Benar, kamu terancam dikeluarkan kalau masih malas-malasan seperti itu. Angkatan kamu sudah pada Menyusun skripsi, dan kamu masih semester tiga.” Tahan, Paulina… tahan…. Jangan banting kepalanya. “Maaf, Pak, itu karena sebenarnya tidak terlalu menguasai jurusan Hukum, datang kesini adalah pilihan Papa saya yang me-” “Gak usah jual cerita sedih, kamu masuk ke kampus ini maka artinya harus siap mengikuti segala ketentuan.” Dokumen disimpan, kali ini mata tajamnya menatap Paulina. “Kamu masuk juga jalur administrasi dekan sebelumnya ‘kan? Bayangkan berapa banyak uang Papa kamu yang sia-sia hanya karena kamu gak mau berusaha.” “Bukannya saya gak berusaha, Bapak, tap-” “Intinya saya memanggil kamu untuk memberikan peringatan. Segera temui dosen-dosen bersangkutan dan tanyakan teknis supaya kamu bisa mengejar teman-teman kamu. Jika dalam waktu satu tahun tidak ada perubahan, saya tidak mau mempertahankan mahasiswa bodoh seperti kamu.” Badjingannnnnn! Kuliah normal saja masih tidak dipahami oleh Paulina, ini dia disuruh menyelesaikan kelas dalam waktu 1 tahun? “Kamu boleh keluar.” “Baik, bapak.” Paulina menghela napas manja. “Yayasan sekarang keras aturannya ya, Pak? Apalagi bapak yang harus menanggung banyak hal dari kesalahan dekan sebelumnya.” “Iya, termasuk kamu yang masuk jalur illegal.” Paulina tersentak. “Berada disini adalah Impian Papa say-” “Keluar sekarang.” “Bapak…., mau saya bantuin gak? Dokumennya berantakan.” Jagapathi menatap Paulina. “Gak usah, sana keluar.” “Eh? Itu di dasi bapak ada kepik deh.” Tubuh Paulina condong, membuat belahan bajunya tampak rendah hingga belahan d**a terlihat. Jagapathi kaget, refleks dia menepis tangan Paulina sebelum menyentuh dasinya. BRAK! CRAI! “ARRGHHHH!” “Ya ampun, bapak! Maaf, Pak! Bapak!” Tangan Paulina yang ditepis mengenai kopi panas, kemudian jatuh tepat ke s**********n Jagapathi. *** “Hiks…. Gue niatnya mau goda dia, biar dikasih dispensasi… hiks… siapa sangka malah begini?” “Udah, Pau, lu udah minum banyak,” ucap Layla merebut gelas alkohol di tangan sahabatnya. “Heh, minuman gue! Lu udah janji traktir gue!” “Tapi gak sebanyak ini juga kali, Pau.” “Hancur hidup gue…. pacar selingkuh, bokap usahanya hampir bangkrut, kuliah mau dikeluarin, dan Pak Dekan? Kayaknya gak lama lagi gue dapet surat DO,” gumamnya sembari melirik Layla yang kini sibuk menelpon. “Dan sekarang sahabat gue cuekin gue? Hik…. Udahlah… gue gak ada harapan hidup.” “Pau, gue diminta pulang. Adek gue masuk RS, gue anterin lu ke apartemen sekarang ya?” Tentu saja Paulina menolak, dia belum puas dan belum merasa senang. “Gak.” “Pau, please…” “Lu pulang aja, tapi jangan lupa bayarin dulu. Sama siapin taksi buat gue… hik… ya?” Layla tahu, memaksa Paulina sama saja dengan memaksa tembok. Dia menyerah membujuk, akhirnya membayarkan dulu untuk minum dan menyiapkan taksi. Tidak lupa memberikan nasihat pada sang sahabat. “Denger gak? Kalau dikasih minum sama orang lain jangan diterima, itu di meja ujung banyak cowok liatin lu. Gue khawatir ini.” “Iye… hik… udah sana, adek lu keburu sekarat… hik…” “Sialan. Gue balik ya, Pau. Sorry banget.” Dan Paulina harusnya tahu firasat Layla tidak pernah salah, hanya saja situasinya sekarang membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Ketika ada waiter datang memberikan minuman, “Mbak, ini dari meja di ujung sana. Salam kenal katanya.” Paulina menerimanya, bahkan tanpa berfikir panjang meminumnya juga. Sambil sesekali melihat ke arah kumpulan pria yang memberikannya minuman, memberikan senyuman manis dan menggoda sedikit. Sampai akhirnya Paulina sadar, Sial! Tubuhnya terasa panas! Rasa panik pun melanda, apalagi salah satu pria itu mulai berdiri hendak menuju arahnya. Paulina berjalan menjauh dengan tergesa, beberapa kali hampir jatuh. “Fokus… focus…,” gumamnya dengan tatapan mata sayu. Namun efek alkohol dan obat perangsang membuatnya kacau, Paulina malah pergi ke parkiran alih-alih ke depan tempat para sopir. “Ahhh… panas… duh Anjirrr… hiks… lubang gue basah banget… hiks… Ahh… kenapa gue desah terus… tolonglah ini.” Paulina meracau, mulai kacau saat melangkah diantara mobil-mobil dengan penerangan yang remang. Disisi parkiran lain, di waktu yang sama, suara tawa masih menggema di sekitar pria berkacamata yang tengah berjalan menuju mobilnya. “Diem lu pada, nyesel gue cerita.” “Hahahahaah! Gua khawatir jadi pepes belut, Jag, liat napa,” ucap salah satu teman Jagapathi, Zurech namanya. “Jangan homo, mentang-mentang gak punya pacar.” Jedidah, temannya yang lain menanggapi. “Kagak ya, g****k! Gue dokter, dan sebagai sahabat yang baik, gue mau liat Totongnya si Jaga memastikan udah mateng atau belum.” Zurech beralibi, membuat tawa kembali menguar. Prabu, teman yang lebih pendiam ikut angkat bicara. “Udah, gak takut karma lu pada?” “Gak asyik lu, Prab. Mentang-mentang sesama Dekan, belain mulu si Jaga.” “Tingkah lu gak mencerminkan seorang dokter ya, Zurech.” Prabu membalas. Belum sempat menjawab, suara benturan lebih dulu menarik perhatian mereka berempat, disusul dengan suara alarm mobil. “Anjirrr! Mobil gue,” ucap Zurech berlari lebih dulu diikuti ketiga temannya. “Goblog, ada l***e nabrakin diri ke mobil gue.” “Loh… dia…” Jagapathi menunduk, menyingkirkan anak rambut si perempuan hingga manik mereka bertatapan. “Bapak? Bapak…. gimana keadaan otongnya? Bapak... hhhh.… saya sayang… bapak….. hhhh….” Paulina langsung memeluk kaki Jaga. Seketika ketiga temannya langsung melongo. “Jagapathi?" Prabu bersuara. “Dia mahasiswa yang gue omongin, si pulu-pulu yang bikin kopi gue tumpah.” “Wah…. Hahahaha, asli, Bro? Dunia sempit banget.” Zurech menunduk. “Bau Aphrodisiac, anjir! Mahasiswa lu…” “Serius lu? Bantu gue bawa dia ke rumah sakit.” “Jangan.” Prabu, sesama dekan menahan. “Universitas lu lagi krisis kan? nanti rawan bikin fakultas lu jelek juga.” “Ya terus kita harus gimana ini?” Jagapathi semakin panik merasakan Paulina menggesek-gesek paha dalamnya pada kakinya. “Tolongin gue, b*****t. Ini anak gimanain?” “Lu urus deh, kan mahasiswa lu. Pacar gue mendadak dateng ke apart nih,” ujar Jedidah, yang lebih dulu menjauh menuju mobilnya. “Rech?” Jagapathi menatap teman yang berprofesi sebagai dokter. “Bener sih kata Prabu, Universitas lu lagi disorot, apalagi fakultas hukum. Lu gak mau makin keruh kan sama berita ‘Mahasiswa sange diantar dekan ke Rumah Sakit?’ atau ‘Mahasiswa Universitas Bumi Pratama Nusantara ditemukan sagne dipinggir jalan?’, mending lu bawa pulang deh. Lu juga tau apa yang harus dilakuin, atau sabi kali ambil kesempatan.” “Prab, bantuin gue.” Prabu malah sibuk dengan ponselnya. “Bener kata Zurech, bawa ke apart lu aja. Lebih aman gak ada wartawan, gue percaya lu gak akan ngapa-ngapain nih anak. Sorry, gue cabut duluan.” “Prab! Prab!” “Hahahaha.” Kini tinggalan Zurech, yang masuk ke mobilnya. “Bawa pulang aja, kasihan udah gesek ke kaki lu. Kerasa becek nggak?” “Badjingan! Bantuin gue, Zurech!” “Lu gak jelek-jelek amat kok, Jag. Nih anak cantik, sabi kali lu ambil kesempatan. Bye!” “Dia cewek yang paling gue benci! Lu semua tega ninggalin gue sama pulu-pulu ini?!” Namun teriakan Jagapathi diabaikan. Pri aitu menunduk frustasi, baru juga tadi siang dia mengalami masalah dengan pulu-pulu satu ini, dan hari sialnya ternyata belum usai. “Ahhh… ahhh… enak… bapak…. Kaki bapak enak…” Paulina terus menggesekan selangkangannya ke kaki Jagapathi. Sialannn!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.3K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
145.9K
bc

TERNODA

read
190.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook