Kemenangan

1151 Words
Gonzales diseret dengan perlahan oleh kedua singa miliknya, ia kehabisan tenaga setelah terkena pukulan dari Riftan. Ia tidak bisa bergerak sama sekali tapi ia juga harus terus bergerak menyelamatkan diri sebelum ia benar-benar mati dan menjadi abu. Singa itu membawanya masuk ke dalam sebuah gua di dalam hutan. Gonzales berbaring dan berusaha menghentikan pendarahannya. Singa-singa itu dengan setia menunggunya di mulut gua dan berjaga-jaga. Pertarungan antara pasukan masih berlangsung, banyak sudah diantara mereka yang meregang nyawa dan menjadi abu yang beterbangan di udara. Aroma amis dan udara yang tampak berkabut karena debu tebal dari vampir-vampir yang mati. Meskipun jumlah pasukan Riftan jauh lebih sedikit dari pasukan Gonzales yang hampir mencapai ribuan, tapi kekuatan mereka hampir seimbang. Para prajurit Riftan dengan kekuatan mereka mampu mengalahkan musuh yang jumlahnya sangat banyak itu, tentu saja dengan bantuan kekuatan sinar biru yang mereka miliki. Perang masih saja berlangsung dengan sengit, meskipun begitu pasukan Riftan juga memiliki keterbatasan, mereka hampir kewalahan karena kalah jumlah. Jika dibiarkan mereka akan benar-benar kalah. Riftan masih di dalam perjalanan, berusaha untuk mencapai lokasi lebih cepat. Namun, pikirannya masih berfokus pada Nayya yang ia tinggalkan hanya dengan pelayan kepercayaannya. Dari jauh kabut gelap sudah terlihat, itu menandakan jika ia sudah tidak jauh lagi dari lokasi. Hal pertama yang ia harus lakukan adalah memusnahkan semua prajurit musuh dan selanjutnya mencari keberadaan Gonzales. Begitu Ia sampai di lokasi pertempuran, ia melihat para prajuritnya masih berusaha bertahan dengan mengunakan seluruh kemampuan yang mereka miliki untuk bertarung. Dengan menggerakkan tangan dan mengarahkan pada prajurit musuh. cahaya biru keluar dari tangan Riftan dan menghanguskan beberapa prajurit yang terkena cahaya. Tubuh mereka berubah menjadi abu dan terbang ke udara. Seketika semangat para prajurit Riftan membara, mengetahui tuan mereka sudah berada diantara mereka, para prajurit itu pun terlihat seperti kembali dipenuhi energi. Dengan penuh semangat dan ambisi, mereka menghajar para prajurit musuh yang tersisa. Riftan terus menggunakan sinar birunya untuk menghabisi mereka. Sampai akhirnya hanya tersisa beberapa. Pada saat mereka akan dihabisi, prajurit –prajurit itu memohon untuk dijadikan tawanan saja dan rela menjadi apa saja asalkan mereka diizinkan untuk tepat hidup. Atas persetujuan Riftan, mereka pun akhirnya dibiarkan hidup dan dijadikan sebagai tawanan perang. Asoka dan putri Adora terlihat masih bertarung melawan musuh-musuh mereka. Asoka melawan seorang pria dan putri Adora melawan seorang wanita. “Kau terlihat sudah kehabisan nafas, putri manja. Wajar saja. Kau kan tidak pernah bertarung sebelumnya, kan?” ucap wanita itu mencemooh. Mendengar itu wajah putri Adora berubah menggelap, tapi ia berusaha mengontrol emosinya. Ia ingat pesan Asoka yaitu tidak boleh terpancing oleh musuh. Lebih baik membuktikan kemampuan dengan bertarung dan membuat musuh bertekuk lutut. “Oh, benarkah? Apa kau yakin dengan ucapanmu itu?aku memang seorang putri mahkota yang terhormat. Tapi jangan pikir aku manja dan lemah.” Putri Adora melompat ke udara dan menyerang lawannya dengan kekuatan cakar panjangnya yang mematikan. Namun meleset, wanita itu rupanya sudah bisa memprediksi gerakan putri Adora, wanita itu dengan cepat menghindari putri Adora dan melesatkan tendangannya yang sukses mengenai perut putri Adora. Putri Adora terpental sejauh beberapa meter, Asoka yang sedang bertarung tiba-tiba merasakan sesak di dadanya. Ia menoleh ke arah putri Adora yang berusaha bangkit. Asoka hanya bisa menatap pasangan jiwanya dan berharap jika ia tidak begitu kesakitan. Karena ia juga sedang berusaha mengalahkan lawannya yang juga cukup tangguh. “Apa yang ku takan itu tidak pernah meleset, apakah kekuatan seorang putri yang punya segala-galanya itu hanya sebatas ini saja. Dasar lemah…!” kembali wanita itu menghinanya. Dengan susah payah putri Adora bangkit dan tegak berdiri. Meskipun harga dirinya terluka karena penghinaan yang ia terima, ia berusaha untuk tidak peduli karena memang benar, hanya sebatas itu saja kemampuan bertarungnya. Namun begitu, ia tidak akan mati sia-sia tanpa bisa menyentuh dan menghajar wanita sombong itu. “Kita lihat saja, siapa yang akan bertekuk lutut dan menjilat ludahnya sendiri sebentar lagi. Kesombonganmu itu akan membuatmu bersujud si kakiku,” ucap putri Adora penuh keyakinan. Rupanya wanita itu tidak bisa menerima penghinaan. Matanya semakin memerah dan gigi taringnya semakin tumbuh memanjang. kukunya yang tadi cantik berwarna merah berubah menjadi panjang dan berwarna hitam. Ia berubah menjadi iblis yang mengerikan. Sampai-sampai putri Adora yang menyaksikan perubahannya itu terkejut bukan main. "Bersiaplah untuk mati...!!!" bahkan suaranya pun berubah mengerikan. “K..kau… berubah menjadi se…setan? Ah….se…tan…!!!” tiba-tiba putri Adora terbang menjauhi wanita itu. Ia sangat takut Melihat wajahnya yang buruk mengerikan itu. Putri Adora terbang menuju arah Asoka yang sedang berusaha menundukkan lawannya. Melawan “Tuan Asoka…! Aku takut, ada setan….!!!” Teriaknya dengan wajah ketakutan. "Apa?! “ Asoka pun terkejut. Sebelum ia benar-benar-benar merespon putri Adora, ia pun dengan cepat menaklukkan musuhnya dengan menghantam kepalanya sampai mengeluarkan darah. Musuhnya pun terkulai lemas tak sadarkan diri. Melihat pasangannya kalah dan kemungkinan sudah mati, wanita yang berubah wujud itu semakin murka. Ia pun dengan sangat agresif menerjang Asoka, berusaha mengakarnya dengan kuku-kukunya yang tajam. Sedangkan putri Adora hanya bersembunyi di balik pohon besar sabil sesekali mengintip Asoka yang sedang melawan wanita mengerikan itu. “GRAAAHHH….!!!” Wanita itu mengeram penuh amarah. Ia mencari-cari keberadaan putri Adora dan saat melihatnya sedang bersembunyi di balik pohon dengan raut wajah ketakutan, wanita itu langsung menerjang putri Adora. Sang putri yang syok tidak mampu bergerak sama sekali hanya menatap wanita itu menuju ke arahnya. Karena gerakan wanita itu sangat cepat, Asoka yang sama sekali tidak menyangka tidak sempat menahannya. “Putri…awaaaass….!!” Hanya teriakan panjang Asoka yang bisa terdengar, akan tetapi putri Adora bagai terhipnotis. Ia sama sekali tidak bisa bergerak karena takut dan terkejut. Ia hanya memeluk erat pohon yang ada di hadapannya itu dan pasrah. “GRAAAAHHH….!!!” Suara eraman panjang terdengar dan wanita mengerikan itu tergeletak dengan tubuh hangus terbakar. Sesaat kemudian tubuh itu berubah menjadi abu dan terbang ke udara. Putri Adora membuka mata dan melihat Riftan berdiri tidak jauh dari hadapannya. Asoka dengan cepat berlari ke arahnya dan memeluknya dengan lembut. “Kalian pulanglah, sudah cukup. Perang sudah berakhir. Asoka, tolong periksa kondisi Nayya, aku akan mencari Gonzales,” ucap Riftan. “Baiklah,” ucap Asoka. Mereka pun terbang meninggalkan Riftan yang masih berdiri menatap sekelilingnya. Ia terbang ke arah hutan untuk mencari keberadaan Gonzales. Sementara itu, kondisi Gonzales semakin lemah. Ia kehabisan banyak darah, karena ternyata ia gagal menghentikan pendarahan yang terjadi akibat banyaknya energi yang sudah terkuras. “Vandelmor…!” lirihnya memanggil singa kesayangannya. Singa setia itu berjalan ke arahnya. “Aku ingi darahmu sekarang juga,”ucap Gonzales dengan suara lemah. Singa itu mengeram lirih lalu mendekatkan lehernya ke arah Gonzales. Gonzales pun menusukkan taringnya ke leher singa itu dan menghisap darahnya. Singa itu mengaum menahan sakit sampai Gonzales melepasnya. Tepat pada saat itu, suara auman singa yang ada di depan goa terdengar. Gonzales yang masih berusaha memulihkan kondisinya terkejut, ia harus bersembunyi dulu. Jangan sampai Riftan menemukannya dalam kondisi seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD