Berdalih

1239 Words
“Apa?! a..apa yang kau katakan itu, Riftan? kau ingin mengembalikanku ke istana dan membiarkan diriku mati tanpamu di sana?! Kenapa kau sangat tega padaku? selama ini aku selalu menuruti kemauanmu dengan patuh tanpa mengeluh sedikitpun. Tapi tetap saja kau tidak pernah memperlakukanku dengan semestinya, kau tidak pernah memberikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang pasangan. Kau tidak pernah mempedulikan aku, kau…” “Putri Adora, sudah cukup. Kalau begini terus kau yang akan sedih. Riftan, lain kali saja kau lanjutkan interogasinya. Aku mohon,” Asoka akhirnya tidak bisa menahan diri, rasa kasihannya terhadap pasangan jiwanya itu membuatnya lupa jika ia tidak semestinya ikut campur karena hal ini memang harus segera di selesaikan. Kepeduliannya terhadap putri Adora membuatnya tidak mampu membedakan mana seuatu yang harus disikapi dengan tegas dan mana yang harus melibatkan perasaan. Dalam kasus ini, putri Adora memang bersalah, untuk itu ia harus mendapatkan hukuman. Akan tetapi, meskipun hatinya merasa sakit, tetap saja ia selalu berakhir dengan memberi putri Adora perlindungan. Riftan menghela nafas panjang, ia merasa serba salah jika sudah begini. Di satu sisi, ia ingin sekali menyelesaikan ini secepat mungkin dan mengembalikan putri mahkota itu ke istana, tapi di sisi lain, ternyata ada seseorang yang akan tersiksa karena keputusan itu. sahabat yang rela mengorbankan jiwanya untuk ditukar saat itu. Asoka yang tersiksa dan berkorban perasaan bahkan sampai sekarang. Jika putri Adora kembali ke istana, mereka berdua akan kesakitan karena jarak yang jauh. Kemungkinan Asoka tidak akan bisa konsentrasi dalam pekerjaannya karena terganggu dengan kegelisahan dan rasa tidak nyaman, tapi jika putri Adora dibiarkan, tidak menutup kemungkinan ia akan melakukan tindakan yang lebih buruk akibatnya dari ini. Apalagi jika ia mengetahui kalau Nayya ternyata adalah pasangan jiwanya. Riftan menatap Asoka yang sedang menenangkan putri Adora. Jelas sekali terlihat Asoka sangat menyayangi putri Adora. Tapi, sampai sekarang putri mahkota itu belum membuka mata hatinya untuk Asoka. Meskipun ia sadar atau tidak, ia sendiri tidak bisa bertahan jika tanpa Asoka. “Putri Adora, aku masih ingin bertanya padamu satu hal,” ucap Riftan. “Riftan, aku mohon tolong hentikan ini sekarang juga.” Asoka tiba-tiba menahannya. Sahabatnya ini jelas tidak menyukai cara Riftan memaksa putri Adora dan membuatnya bersedih. “Asoka, aku masih ingin bertanya satu hal padanya. Kenapa kau bertindak seakan kaulah yang berkuasa di sini? aku perintahkan kau untuk meninggalkan tempat ini dan tunggu saja di luar, kau tahu kalau kau hanya seorang pengawal? Jadi bersikaplah seperti seorang pengawal. Karena aku tidak suka dengan sikapmu itu, kau mengerti?!” Riftan mulai menampakkan sikap tegasnya, apalagi ia mengetahui jika putri Adora hanya ingin mengalihkan perhatian dengan kesedihan yang ia buat-buat. Asoka menatap Riftan dengan tatapan tajam, “Baiklah, ketua…” ucap Asoka lalu beranjak dari duduknya dan meninggalkan mereka berdua. “Sekarang kau puas telah melihat kami berselisih pahan karena dirimu, kan?” ucap Riftan. Putri Adora semakin terisak mendengar ucapan dingin Riftan. “Kenapa kau selalu bersikap seperti ini padaku, Riftan? Bukankah kau adalah pasangan jiwaku, katakan padaku kenapa kau tidak pernah bersikap semestinya padaku? kau bahkan membiarkan Asoka yang mengurus diriku sampai-sampai aku terbiasa dengannya dan sangat bergantung padanya,” ucap putri Adora. “Putri, apakah kau benar-benar merasa kalau aku adalah pasangan jiwamu?” tanya Riftan. “Ya tentu saja, bukankah sudah jelas? Kau yang duduk di sampingku dan menyetujui semua kesapakatan itu, kenapa kau malah mempertanyakannya?” ucap putri Adora. Riftan menatap putri Adora dengan dalam, “Apa kau yakin, jika aku menyentuhmu seperti ini, kau bisa merasakan sesuatu?” Riftan menyentuh tangan putri Adora, wajah putri Adora memerah tapi ia tidak bisa merasakan sengatan apa-apa. Sentuhan itu hajya berasa hambar,selain tangan dingin yang menyentuhnya. Putri Adora menggeleng. “Seharusnya dengan begitu saja kau sudah tahu kalau aku bukan pasangan jiwamu yang sebenarnya,” ucap Riftan mulai membongkar sedikit demi sedikit kebohongannya selama ini. “Apa maksudmu?” tanya putri Adora bingung. Ia bahkan tidak mengerti apa yang sedang Riftan bicarakan.emurutjya, itu hal.yang wajar karena sentuhan itu untuk pertama kalinya setelah ritual. Penyatuan jiwa mereka. Riftan menghela nafas dalam. Gadis ini sama sekali belum menyadari maksudnya. Apakah ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya? “Begini saja, mari kita kembali ke permasalahan awal. Aku tahu kau berbohong, aku sudah mengetahui segalanya. Aku menginginkan kejujuran darimu tapi sampai sekarang pun kau masih tidak mau berkata jujur. Aku beri waktu sampai besok untuk berpikir apakah kau akan terus berbohong hingga akhir, atau kau akan berkata jujur.” Riftan memberikan keputusan. Putri Adora terdiam. “Asoka tidak akan mengawalmu seperti dulu. Ia akan bekerja di tempat yang jauh. Kau tidak akan melihatnya lagi karena aku sudah menggantinya dengan orang lain,” ucap Riftan lalu beranjak dari tempat duduknya. Mendengar ucapan Riftan, tubuh putri Adora bergetar. Hatinya sangat syok mendengar jika dirinya akan terpisah dengan Asoka dan tidak akan melihatnya lagi. Ia hanya terpaku di tempatnya sambil berdiri perlahan. Perasaan terasa remuk, nafasnya sesak, ia bahkan tiba-tiba kesusahan untuk menghirup nafas dan akhirnya tubuhnya ambruk ke lantai. “Brukk…!” Riftan yang masih berada di depan pintu menoleh saat mendengar suara benda jatuh, tapi ia terkejut saat melihat putri Adora di lantai. “Asoka…!!” teriaknya sambil menghampiri putri Adora. Asoka muncul dan sangat terkejut melihat putri Adora tidak sadarkan diri. Ia dengan cepat membopong tubuh putri Adora ke atas ranjang dan membaringkannya. “Apa yang telah kau lakukan padanya? kenapa ia bisa pinsang begini? sudah ku bilang hentikan saja dulu interogasimu, tapi kau malah terus melanjutkannya,” Asoka mulai menggerutu. Ia kemudian menyiapkan ramuan untuk segera menyadarkan putri Adora. Sedangkan Riftan hanya terdiam melihat betapa sahabatnya itu begitu perhatian dengan gadia yang ada di hadapannya ini. “Asoka, apa kau memiliki perasaan terhadap putri Adora?” tiba-tiba Riftan bertanya. Asoka menghentikan gerakannya. “Apa yang tanyakan itu? dari mana kau nisa memiliki kesimpulan seperti itu?” ucap Asoka. “Aku melihatnya sekarang, Asoka. Kau melakukan semua ini bukan hanya sekedar kau adalah pasangan jiwanya tapi, sudah ada perasaan yang terlibat di sini. Kau jangan menyangkal lagi karean aku juga sedang jatuh cinta. Sikapmu terhadapnya ini persis seperti sikapku terhadap Nayya, kau tahu..?” ucap Riftan. “Apa yang kau bicarakan itu, bukankah sudah sewajarnya aku bersikap seperti ini padanya, aku kan pasangannya.” Asoka masih menyanggah perasaannya. “Dari pada itu, kenapa putri mahkota pingsan begini?” imbuh Asoka kemudian. “Aku mengatakan jika kau tidak akan bertemu lagi dengannya karena sudah digantikan oleh orang lain, lalu aku pergi. Tapi tiba-tiba dia pingsan,” jawab Riftan. “Kenapa kau mengatakan itu padanya? dia pasti merasa sesak dan tidak bisa bernafas. Pantas saja dadaku sempat merasa sakit tepat sebelum kau berteriak memanggilku,” ucap Asoka. “Aku hanya mau memberinya sedikit pelajaran karena dia terus saja berbohong. Tidak di sangka reaksinya akan seperti ini saat aku mengatakan untuk memisahkanmu dengannya. Hah… kalian memang sudah menyatu tapi masih belum menyadari perasaan masing-masing. Kalau begitu aku akan lebih memaksanya mengakui perasaannya padamu,” ucap Riftan sambil menyeringai. “Apa? kau jangan melakukan hal bodoh itu, Riftan!kalau tidak aku akan…” Asoka menjadi panik. “Kalau tidak kau mau apa? aku tidak tahan melihatmu terus aja menekan perasaan sementara putri Adora tidak menyadari siapa yang ia butuhkan. Jadi kau terima hasilnya saja, kawan kalau tidak, aku benar-benar akan mengembalikannya ke istana dan membiarkan kalian menderita,” ucap Riftan lalu pergi meninggalkan Asoka. “Riftan, dengarkan aku, Riftaaaan….!!” Asoka berusaha menahan Riftan tapi pria itu sudah lenyap dari pandangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD