Kembali Kuliah

1040 Words
Riftan membuka mata, rupanya ia tertidur lelap setelah menikmati darah nikmat Nayya, tubuhnya juga terasa jauh lebih segar dan bertenaga. Ia menatap bintang biru yang kembali bercahaya di dadanya. Lain kali ia tidak akan mencoba kemampuannya jika kondisi tubuhnya belum siap hingga berakhir dengan tersedotnya seluruh kekuatan dan masuk ke dalam tubuh yang seharusnya ia keluarkan secara berkala, mengingat tubuhnya belum mampu menampung luapan demi luapan kekuatan yang berasal dari bintang di dadanya itu. Ia bangkit lalu masuk ke kamar mandi, menyegarkan tubuhnya. Tidak beberapa lama, ia keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk kecil yang melilit tubuhnya. Otot sixpack sempurna dengan tubuhnya tinggi kekar. Riftan berdiri di depan cermin besar. Di lihatnya tubuh tinggi sempurnanya. Riftan menghela nafas dalam. Tanda bintang di dadanya kembali mengeluarkan cahaya. Ia menyentuhnya, merasakan hawa panas dari sana. Ingatan itu kembali lagi, sat di mana ia kehilangan cahaya bintang dan seluruh kekuatannya. Waktu itu, dunia seakan runtuh, melihat tubuh pasangan jiwanya terbujur kaku tak bernyawa. Tubuh wanita yang sangat ia cintai terpaksa harus di bakar karena kutukan iblis yang menggerogoti sehingga Adelia tidak bisa berubah menjadi Vampir seutuhnya. Kekejaman Gonzales telah menghancurkan hidupnya hingga berkeping-keping. Dendam yang tertanam ribuan tahun akan ia balas. Ia hanya menunggu beberapa waktu lagi hingga seluruh kekuatan bintang menyerap sempurna kedalam tubuhnya. Kematian Adelia haru di bayar. Orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya akan mendapatkan ganjaran setimpal, hukuman yang akan membuat orang-orang itu memohon untuk di bunuh. Gonzales Vladimir, tunggu saja waktumu. Keesokan paginya, Nayya sudah bersiap ke kampus. Sudah seminggu ia tidak melihat cahaya luar. Selama seminggu ini ia hanya menatap matahari dari dalam kamarnya dan itu sangat membosankan. Nayya sudah merindukan Sonia, salaam di kastil, Riftan tidak memperbolehkan memiliki ponsel. Jika ia ingin menghubungi ibu ya, ia perlu melapor kepada pelayan dan memberikannya telepon. Itu saja yang bisa ia lakukan. Menanyakan kabar sang ibu dan adik-adiknya, selebihnya tidaklah penting. Sehingga hari ini, ia terlihat sangat bersemangat. Ia benar-benar akan keluar dan bertemu dengan orang-orang yang ia rindukan. Begitu keluar dari kastil, Asyaq sudah menunggunya di atas mobil. ia juga yang akan menyetir untuk mengantar Nayya, mengawal dan menjaganya. “Nayya menatap kearah jendela yang ada di tingkat tertinggi kastil. ia berharap Riftan menatap dirinya dari atas sana. Ia tersenyum lalu masuk ke dalam mobil. Riftan menatap mobil Nayya yang sudah melaju menjauh. Menghela nafas dalam lalu kembali ke meja kerjanya. Sesampainya di kampus, Nayya keluar dari mobil. Asyaq memarkirkan mobilnya dan mengikuti langkah Nayya dari belakang. Sesuai perjanjian, ia tidak boleh ketahuan jika dirinya adalah pengawal Nayya. Sehingga ia pun harus berpura-pura menjadi mahasiswa dan satu ruangan dengan Nayya. “Nayya….!” Nayya menoleh dan melihat Sonia berlari ke arahnya. ia langsung memeluk erat tubuh Nayya dengan penuh kerinduan. “Udah dong Sonia, aku gak bisa bernafas ini,” protes Nayya saat Sonia tidak berniat untuk melepasnya. Baru setelah cukup puas menyiksa dan melampiaskan kerinduan sekaligus kekesalannya dengan sahabatnya ini, Sonia akhirnya melepas Nayya. “itu balasan karena sudah membuatku khawatir selama seminggu ini. Astag Nayya, kamu kemana saja sih, aku mencarimu ke mana-mana, aku bahkan berulang kali datang ke rumahmu hanya untuk memastikan kau sudah pulang atau belum, tapi jawaban mamamu tetap sama. Nayya belum pulang dari suatu tempat. Jadi kau punya banyak hutang penjelasan kepadaku.” Tutur Sonia. Nayya hanya tersenyum, ia mengangguk. “iya deh aku janji akan menceritakan semuanya padamu. tapi kau harus percaya ucapanku nanti, oke?” ucap Nayya. “Iyalah, aku akan mempercayaimu. Kau tahu, aku sekarang tidak bisa tidur nyenyak karena ulah anehmu itu.” Sonia mencubit perut sahabatnya, membuat Nayya terpekik geli. “Ya udalah, yuk kita masuk kelas dulu.” Ajak Nayya sambil merangkul sahabatnya dan berjalan menuju kelas. Reno yang melihatnya hanya berdiri dari kejauhan. Matanya fokus menatap Nayya, ia menyeringai dan terlihatlah kedua taring Reno yang tumbuh perlahan. Setelah perkuliahan selesai, Nayya dan Sonia terlihat sedang menikmati makanan di kantin. “Sekarang aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mendengar ceritamu. Ayo ceritakan semuanya padaku.,” tuntut Sonia setelah beberapa saat terdiam. Nayya menatap sahabatnya dengan tatap serius. “Apa kau bisa mempercayai aku? karena apa yang akan aku ceritakan ini bukan sesuatu yang bisa di ukur oleh logika realistis kita sebagai manusia.” Papar Nayya. Kening Sonia berkerut tidak mengerti. “Apa maksudmu, kenapa kau tiba-tiba berbicara layaknya seorang cendikiawan.?” ucap Sonia. “JIka kau ingin aku menceritakan semuanya padamu,. kau harus berjanji dulu akan mempercayai semua ucapanku,” ucap Nayya. “Baiklah baiklah, aku akan mempercayaimu. Sekarang ceritakan padaku, apa yang terjadi,” “Sonia, aku bertemu dengan vampir penghisap darah sepeti yang kita tulis di makalah.” Nayya memulai ucapannya samba menatap sahabatnya penuh selidik. Hening, Mata Sonia berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tertawa. Nayya sudah menduga hal itu akan terjadi, ia hanya menghela nafas panjang dan menunggu sampai tawa Sonia berhenti. Kau pasti kebanyakan menghayal tentang vampir, sampai kau mimpi bertemu dengan vampire. Jangan bilang vampire itu sudah menghisap darahmu juga dan mengubahmu menjadi vampire. Nayya aku minta kau jangan kebanyakan berpikiran yang bukan-bukan tentang makhluk itu,” sanggah Sonia sambil menahan tawa. “Makanya itu aku memintamu untuk berjanji, tapi ternyata kalau tidak mempercayaiku. Sudahlah, percuma juga kau ceritakan semuanya padamu,” ucap Nayya sambil mengunyah makanannya. Sonia menatap Nayya dengan seksama, ia bertanya-tanya dalam hati, kenapa sahabatnya ini bisa berpikiran hal konyol sepeti itu. ia bertemu dengan vampire? Yang benar saja. “Nayya, aku benar-benar tidak bisa mempercayaimu. Maaf,” ucap Sonia. “Ya sudah, aku tidak memaksa.” sahut Nayya sambil terus mengunyah makanannya sampai habis. Mereka pun banyak terdiam, Sonia tidak lagi benyak bertanya karena pasti Nayya akan menjawab seperti tadi. Bercerita omong kosong tentang keberadaan vampire di dunia ini. lebih baik bicarakan yang lain saja. “Nayy…” panggilnya pelan. “Apa?” “Semenjak kau menghilang seminggu, Reno mencarimu ke mana-mana. Ia bahkan seperti orang gila. Tapi beberapa hari ini dia menghilang tanpa jejak. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi,” ucap Sonia. “Oya, memangnya dia kemana?” tanya Nayya sedikit acuh tak acuh. “Ya mana aku tahu,” ucap Sonia. Dari jauh tampak seorang pria berjalan ke arah mereka, “Hai, lama tidak bertemu, Nayya. Aku sudah sangat merindukanmu.” Keduanya mengangkat kepala dan melihat Reno sedang tersenyum lebar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD