Berusaha Dekat

1113 Words
Asyaq berjalan di lorong kastil menuju kamarnya, ia baru saja berpatroli di sekitar wilayah tugasnya. Tapi tanpa sengaja ia melihat putri Adora sedang berkeliaran di sekitar gedung barat tempat Nayya tinggal. Sejak kapan vampire wanita itu diberi izin untuk berkunjung di tempat itu? apalagi ini daerah yang orang lain tidak boleh masuk yang selain Riftan dan dirinya sendiri sebagai pengawal pribadi Nayya. Asyaq yang awalnya ingin beristirahat di kamarnya kini jadi mengikuti pergerakan putri Adora. Ia kemudian mengirim telepati kepada Asoka. “Kenapa kau biarkan putri Adora beradi di sekitar tempat tinggal Nayya?” Asoka tidak membalas telepatinya, Asyaq pun kembali mengikuti putri Adora yang duduk di sebuah taman terlihat menunggu seseorang. “Kenapa dia seperti sedang menunggu seseorang? Jangan…jangan…” Asyaq melihta Nayya keluar dari kamarnya dan bejalan menuju putri Adora berada, Asyaq terkejut saat melihat Nayya tersenyum ke arah putri Adora. Mereka seakan sudah berjanji untuk bertemu di tempat itu. “Mereka mau kemana? Kenapa Nayya tidak berkata apa-apa padaku? wah, ini tidak bisa dibiarkan,” guman Asyaq lalu mengikuti mereka dari jauh. Tidak lupa ia menaburkan sesuatu di telapak tangannya dan meniupnya hingga sesuatu yang mirip dengan bubuk putih itu bertebaran seperti debu di hadapannya, sebelum kemudian mengikuti mereka berdua. “Putri Adora sudah meminta izin untuk bertemu dengan Nayya, memangnya ada apa?” tanya Asoka membalas telepatinya. “Kenapa kau biarkan mereka bertemu? Kau sudah lupa kalau putri itu bisa saja mencelakai Nayya?” Asyaq berbicara sendiri seperti orag tidak waras sambil bengendap mengikuti mereka berdua. “Tidak, aku hanya mengikuti kemauannya saja. Lagipula dia tidak tahu kalau Nayya itu adalah pasangan Riftan yang sebenarnya. Aku juga mengikutinya, kok jadi kau tidak perlu terlalu khawatir,” ucap Asoka kembali membalas telepatinya. “Kau sudah tidak waras, ya. Kalau tuan Riftan tau, bagaimana?” Asyaq masih tampak mengkhawatirkan Nayya. “Justru Riftan sudah aku beritahu saat putri Adora meminta bertemu dengan Nayya dan dia mengizinkan,” ucap Asoka tanpa ada rasa cemas sedikitpun. “Apa? Rifan juga mengizinkan? Ada dengan kalian ini? seharusnya kalian lebih berhati-hati dengan putri Adora. Dia adalah vampire yang cukup agresif, tidakkah kau merasa khawatir sedikitpun?Nayya akan berada dalam bahaya jika terus berada di sekitar putri Adora.” Asyaq masih tidak bisa tenang. “Kau ini jangan terlalu berburuk sangka kepada putri Adora, kau lupa kalau dia adalah pasangan jiwaku meskipun dia belum menyadarinya. Dia juga tidak pernah berbuat sesuatu seperti yang kau cemaskan itu. Lagipula, kenapa kau baru mempermasalahkan sekarang? padahal mereka sudah mulai dekat sejak 3 hari yang lalu, tapi kau tidak berkata-apa-apa. Aku pikir kau juga tidak keberatan dengan ini,” ucap Asoka membela putri Adora. “Apa? mereka sudah bersama sejak tiga hari yang lalu?” Asyaq bingung, bagaimana bisa ia tidak mengetahui hal itu padahal ia terus mengawasi Nayya. Tapi kenapa baru kali ini ia menyadarinya? Berbeda dengan Asoka yang sama sekali tidak memiliki rasa curiga terhadap putri Adora, Asyaq merasa ada yang ganjil dengan permintaan putri Adora yang tiba-tiba itu. Kenapa putri itu ingin dekat dengan Nayya, bukankah dia tidak menyukai Nayya sebelumnya? Pertanyaan itu terus berputar di benak Asyaq sampai melihat keduanya masuk ke sebuah restoran. *** “Kau mau pesan apa,” tanya putri Adora. Ia bersikap seperti seorang teman akrab kepada Nayya. Ia juga tersenyum penuh keramahan. Sejak tiga hari yang lalu, ia sudah berusaha mendekatkan diri denagn Nayya. Tidak ada yang ia khawatirkan. Asoka dan Riftan tampak tidak menaruh curiga sama sekali. lagi pula, Asoka tidak akan menolaknya keinginannya, apalagi ia tahu kalau pengawalnya itu tampak sangat menyukai dirinya. Sehingga tentu saja, apapun yang ia minta, akan ia dapatkan. “Aku mau pesan ini saja.” Nayya menunjuk menu steak daging dan jus alpukat kesukaannya. Putri Adora juga memilih makanannya. Pelayan dengan sabar mencatat semua menu yang mereka inginkan sebelum meninggalkan mereka untuk menyiapkan pesanan. “Terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan ke tempat ini, putri,” ucap Nayya dengan senyumnya yang polos. “Tidak masalah, Nayya. Aku juga senang kau mau menemaniku ke sini. Apalagi semenjak resmi menjadi pasangan jiwa Riftan, aku merasa kesepian di kamar. Jadi aku pikir, kenapa aku tidak berteman denganmu saja, iya kan?” ucap putri Adora terdengar tulus. Nayya hanya tersenyum dan mengangguk, dalam hati ia juga merasa tidak enak karena telah berbohong kepada putri Adora. Tapi mau bagaimana lagi, Nayya juga tidak akan pernah membagi Riftan dengan perempuan mana pun. Terlebih mereka sudah melakukan penyatuan jiwa yang membuatnya kewalahan menghadapi kegilaan Riftan terhadapnya. Mengingat itu, wajah Nayya menjadi memerah. “Loh, kenapa wajahmu jadi memerah begitu?” Nayya tersentak mendengar suara putri Adora. “Oh, tidak apa-apa,” dengan cepat Nayya membuang bayangan wajah m***m Riftan dari pikirannya. Hampr saja ia ketahuan berpikiran aneh. Untungnya pesanan mereka datang sehingga Nayya tidak perlu bersusah payah mengalihkan perhatian putri Adora. Meskipun di dalam hati ia masih merasa ada yang ganjil dengan sikap putri Adora terhadapnya, ia berusaha untuk bersikap normal selama tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Apalagi ia yakin Asyaq juga mengawasinya sehingga ia tidak begitu cemas. “Ayo. Sekarang kita makan dulu,” ucap putri Adora. “Nayya tersenyum dan mengangguk. Mereka pun menikmati hidangan di hadapan mereka dengan penuh minat. “Oh ya, aku jadi penasaran kenapa manusia sepertimu bisa dijadikan sumber makanan oleh Riftan. Padahal yang aku tahu, kelompok Riftan hanya meminum darah hewan herbivora saja.” Nayyamenghentikan kunyahan yang ada dimulutnya dan minun air putih. Ia cukup terkejut karena putri Adora tiba-tiba menanyakan hal itu. “Ah, aku juga tidak tahu. Yang aku ingat saat itu aku diminta ikut ke kastil dan diberi tempat tinggal di sana dengan bayaran harus memberi tuan Riftan darah sebulan sekali,” jawab Nayya. Ia berusaha untuk tidak terlalu berbicara banyak. “Oh begitu ya. Aku melihat kau sudah cukup akrab dengan Riftan. saat itu kau bahkan dengan berani memerintah Riftan sampai-sampai aku merasa kesal dengan sikpamu itu, maaf ya, aku mungkin sedikit posesif kepada pasanganku, jadi aku akan merasa sangat marah dan tidak bisa mengendalikan diriku saat melihatmu bersikap seperti itu kepada pasanganku,” ucap putri Adora. “Iya, putri. Aku juga meminta maaf kalau putri merasa tersiggung. Tapi jangan khawatir, aku tidak berani lagi seperti itu karena tuan Riftan sudah menegurku,” ucap Nayya beralasan. Putri Asora tersenyum mendengar pengakuan Nayya. ‘Sudah seharusnya Riftan menegurmu gadis bodoh. Kalau tidak, aku yang akan menghabisimu jika melihat kau memperlakukan Riftan seenaknya lagi,' ucapnya dalam hati. Melihat reaksi putri Adora, Nayya merasa jika ia telah menyakinkan putri itu. “Oh ya Nayya, apa kau mau aku ajak jalan-jalan sekitar sini. Kau sudah tahu kan kalau aku adalah seorang vampire? Tapi tidak usah khawatir, aku tidak akan menghisap darahmu karena aku hanya meminum darah singa. Aku hanya ingin kau melihtaku menaklukkan singa. Bagaimana?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD