Terselamatkan

1129 Words
Sosok berhoodi itu menghampiri putri Adora dan menatapnya dengan seksama tanpa berbicara sepatah kata. Luka di tubuh putri Adora berangsur mengering dan sembuh seperti sedia kala. “Apa kau tidak apa-apa?” akhirnya pria itu berbicara. Putri Adora bangkit dan melihat seorang pria sedang tersenyum kepadanya. “Kau siapa?” tanya putri Adora dengan sikap waspada, pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah puri Adora. “Perkenalkan, namaku Albin,” jawab pria itu. Senyumnya yang ramah terus menghiasi wajahnya membuat putri Adora ikut tersenyum kecil. Apalagi, pria ini sudah menolongnya yang hampir celaka. Putri Adora menyambut uluran tangannya. “Aku putri Adora. Oh iya, terima kasih telah menyelamatkanku,” ucap putri Adora. “Tidak perlu meminta maaf, aku hanya mengusir hewan-hewan itu,” sanggah Albin. “Itu sama saja, aku selamat karena kau mengusir mereka, berarti kau lah yang menolongku,” ucap putri Adora tidak mau kalah. “Baiklah, terserah padamu saja. Dengarkan, aku kemari atas perintah seseorang dan sebentar lagi ia akan datang,” ucap Albin. “Apa? kau suruhan seseorang? Siapa?” Tiba-tiba sosok berjubah merah panjang muncul. “Gonzales?” ucap putri Adora. “Selamat malam putri Mahkota, senang melihatmu wilayahku,” sapa Gonzales sambil mengangguk kecil sebagai penghormatan. “Wilayahmu?” tanya putri Adora mengulang ucapan Gonzales. “Iya, putri. Dan singa yang menyerangmu itu adalah binatang peliharaanku. Mereka hanya patuh terhadapku,” ucap Gonzales. Putri Adora hanya terdiam, ia tidak menyangka ia telah pergi sejauh itu, dan lagi singa-singa itu adalah binatang peliharaannya. Bagaimana mungkin? “Aku melihat kau yang mengusik singa-singa ku lebih dulu, apakah yang aku lihat itu salah?” tanya Riftan. Putri Adora menatap Gonzales tanpa kedip lalu mengalihkan pandangannya. “Aku tidak tahu kalau ini wilayahmu dan juga aku pikir singa-singa itu liar. Aku ingin merasakan darah singa jantan,” ucap putri Adora. “Apa kau masih menginginkan darah dari singa jantan?” tanya Gonzales. “Apa?” putri Adora tidak percaya dengan pendengarannya. “Aku bilang apakah kau masih ingin meminum darah singa jantan itu?” kembali Gonzales mengulang tawarannya dengan menatap putri Adora dengan seksama. “Kau benar-benar menawarkannya padaku?” tanya putri Adora. Gonzales tersenyum, ia terlihat menjentikkan jarinya tiga kali. Tidak lama, suara auman singa terdengar di susul munculnya seekor singa jantan yang putri Adora berusaha untuk taklukkan. Singa itu masih terlihat pincang, binatang itu berjalan ke arah Gonzales. Mata putri Adora tidak berkedip menatap binatang gagah besar itu. Ia tidak percaya jika dirinya baru saja hampir menaklukkannya seandainya saja para singa betina itu tidak muncul. Gonzales mengelus kepala singa jantan itu dengan lembut, singa itu pun terlihat sangat penurut. Binatang itu menggesekkan kepalanya di tubuh Gonzales. “Dia adalah Vandelmor, pemimpin para singa yang ada di kawasan wilayah hutan ini. Ada sangat banyak singa yang hidup di hutan ini, aku sengaja memelihara mereka untuk kepentingan tertentu.” Gonzales menjeda kalimatnya dan meminta singa itu untuk duduk di sampingnya. Singa itu pun dengan tenang menuruti perintah Gonzales. “Aku cukup terkejut kau hampir mengalahkan dia dengan cara yang cerdik. Vandelmor memang tidak pernah jauh dari para betinanya karena mereka adalah sumber kekuatannya. Vandelmor adalah kesayanganku, tapi jika kau menginginkan darahnya, aku bisa memberikanmu,” ucap Gonzales tanpa ragu. Putri Adora menatap Gonzales dengan curiga, ia tahu pria licik ini punya maksud tersembunyi. Ia tidak akan memberikan sesuatu secara cuma-cuma. “Apa tawaranmu ini sebanding dengan yang apa yang kau pikirkan itu?” ucapnya. “Ha..ha…ha…! ternyata kau cukup peka juga,” Gonzales menyeringai. “Padahal aku hanya menebak,” ucap putri Adora. “Aku tidak mudah berbaik hati terhadap orang lain, tapi untukmu, itu adalah pengecualian,” jawab Gonzales. “Aku bukan orang yang suka diajak bekerja sama, lagi pula aku bisa memiliki apapun yang aku inginkan. Bukankah begitu?” ucap putri Adora mengingatkan Gonzales jika posisinya lebih tinggi dari pria itu. “Penawaranku ini bukan hanya akan menguntungkan kita berdua saja, tapi kau akan mendapatkan semua yang ingin kau ketahui tentang kehidupan Riftan. Bukankah kau ingin tahu kenapa Riftan selalu menghindarimu?” Putri Adora menatapnya dengan tajam, rupanya pancingan Gonzales berhasil. “Kau tidak tahu kan jika Riftan memiliki seseorang yang ia sukai dan alasan itulah ia menghindarimu,” ucap Gonzales dengan senyum seringainya. “Bagaimana kau bisa tahu sejauh itu? bukankah kau tidak pernah bisa menembus pertahanan Riftan?” putri Adora tidak percaya. “Aku juga tahu kalau mereka memiliki hubungan yang sangat dekat.” “Siapa dia?” putri Adora mulai terpancing. Darahnya seketika mendidih mendengar ada wanita lain yang bisa merebut hati Riftan sedangkan dirinya yang sudah jelas-jelas merupakan pasangan jiwanya tidak bisa menyentuhnya sedikitpun. “Tapi aku tidak ingin gegabah memberitahu siapa wanita itu, aku tidak ingin wanita itu celaka karenamu putri. Aku juga menginginkannya,” ucap Gonzales. “Tapi aku tidak akan membiarkan Riftan menyukai wanita lain, karena aku adalah pasangan jiwanya,” ucap putri Adora berapi-api. “Apa kau yakin, kaulah pasangan jiwanya? Apa kau tidak merasa hubungan kalian hanya dimanfaatkan oleh Riftan untuk kepentingannya?” ucap Gonzales. “Jaga bicaramu Gonzales. Kau jangan bicara omong kosong!” putri Adora semakin kesal. “Baiklah…baiklah, anggap saja ucapanku ini adalah omong kosong, tapi jika kau masih membutuhkan informasi mengenai siapa wanita yang ku maksud itu, aku butuh jaminan,” ucap Gonzales, ia tidak ingin memperpanjang ucapannya. Ia sangat yakin jika ucapannya itu sudah membekas di benak putri Adora. Tinggal menunggu waktu saja. Putri Adora terdiam, ia hanya menatap kosong. Benarkan apa yang di ucapkan Gonzales tentang hubungannya dengan Riftan. Siapa wanita yang ia maksudkan itu? Gonzales tersenyum, ia memberi isyarat kepada pelayannya untuk membawakan belati perak. Sang pelayan dengan cepat menyarahkan benda itu kepada Gonzales. “Akan aku beri darah Vandelmor untukmu, anggap saja ini sebagai sambutan kerja sama awal kita,” ucap Gonzales lalu mengiris pergelangan tangan singa itu. Singa itu mengaum namun tetap terdiam di tempatnya, darah mengalir ke dalam mangkuk perak. Setelah mangkuk itu terisi penuh darah sang singa, Gonzales menyerahkan mangkuk itu kepada putri Adora. “Bagaimana? Apa kau mau menerima tawaranku?” ucapnya. Putri Adora menatap darah segar yang ada di dalam mangkuk, ia menelan liurnya saat aroma darah menusuk penciumannya. Perlahan tangan putri Adora bergerak dan menerima semangkuk darah singa jantan yang selama ini ia inginkan. Ia mulai meneguk darah segar itu masuk ke dalam tenggorokannya. Seketika matanya berubah total merah. Ia terus meneguk darah itu sampai habis. Putri Adora meletakkan mangkuk kosong di atas meja, dan menjilat bekas darah yang masih menempel di bibirnya dengan lidahnya yang panjang. “Bagaimana, apakah darahnya sesuai dengan yang kau harapkan?” tanya Gonzales. “Darah ini sungguh luar biasa,” ucap putri Adora dengan mata berbinar. “Kau akan mendapatkannya sesukamu jika kau berjanji akan membantuku mendapatkan wanita itu dengan jaminan kau tidak akan menyentuhnya sedikitpun,” ucap Gonzales.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD