Memikirkan Nilam

1075 Words
Nayya yang baru saja turun dari mobil terkejut ketika Sonia tiba-tiba menghambur memeluknya. “Sonia tolong aku, aku takut sekali…” Sonia terlihat sangat ketakutan. Tubuhnya sampai gemetar. “Hei.. kau kenapa? Sini…sini kita duduk dulu,” ucap Nayya khawatir. Mereka duduk di kursi taman di bawah pohon, Sonia tampak menggenggam erat tangan Nayya, ia terlihat gelisah dan tidak tenang. Matanya sesekali melirik ke sana kemari dengan cemas. “Sonia, sebenarnya ada apa? coba cerita padaku. Kenapa kau ketakutan seperti ini?” kembali Nayya bertanya. “Nayya, ada seseorang yang selalu mengikutiku. Aku takut sekali. Kata Reno dia adalah vampire yang menginginkan darah,” ucap Sonia. “Apa?” Nayya terkejut, ia pun tanpa sadar menatap sekitarnya dengan gelisah, tapi setelah melihat Asyaq yang sejak tadi berjaga, hatinya kembali tenang. “Oke, kau tenang dulu, ceritakan pelan-pelan,” ucap Nayya. Setelah menenangkan perasaannya, Sonia pun mulai menceritakan semuanya. Mulai dari Reno yang telah menjadi seorang vampire, kedekatan mereka berdua dan kepergian Reno menjalankan tugas dan meninggalkannya sendiri, sampai kejadian yang baru saja ia alami sebelum bertemu Nayya. “Jadi kau dan Reno menjalin hubungan dan dia sudah beberapa kali menghisap darahmu?” tanya Nayya. Sonia pun mengangguk. “Reno juga bilang kalau aku harus meminta perlindungan dengan pemilikmu. Katanya kau punya seorang vampir yang sangat kuat. Nayya, sebenarnya ada apa dengan dunia ini? aku tidak menyangka ternyata apa yang sering bicarakan itu benar-benar terjadi, kenapa bisa ada makhluk seperti itu di dunia nyata?” ucap Sonia. “Iya, aku juga tidak habis pikir, tapi kenyataannya itulah yang terjadi. Rupanya, Reno sudah menyadari semua, baiklah. Jangan khawatir, aku akan bicara dengan Riftan, untuk sementara ini kau bisa ikut denganku,” ucap Nayya. “Tapi aku tidak ingin meninggalkan orang tuaku, Nayya. Aku takut mereka akan celaka,” tolak Sonia. Nayya tampak berpikir kemudian menatap Sonia dengan serius. “Begini saja, untuk sementara ini kau jangan tinggalkan rumah tanpa pengawalan. Nanti aku akan meminta Riftan mengirim prajuritnya untuk mengawasi rumahmu,” jelas Nayya. “Benarkah? Terima kasih banyak, Nayya. Aku pikir kau akan marah karena Reno dan aku kini menjalin hubungan tanpa sepengetahuanmu. Aku minta maaf telah menyembunyikan perasaanku terhadap Reno selama ini,” ucap Sonia dengan penuh penyesalan. “Loh, kenapa tiba-tiba membahas itu sih? Aku tidak apa-apa, kok. Aku justru merasa senang kalian berdua akhirnya menyadari perasaan masing-masing. Hanya saja yang aku sesalkan, Reno telah menjadi vampir dan menjadikanmu sumber makanan utamanya. Tapi sekarang itu bukan hal penting lagi, yang harus dipikirkan adalah bagaimana supaya kita tetap aman dari para pemburu darah itu,” ucap Nayya. Sonia memeluk Nayya, hatinya menjadi tenang setelah mendengar semua ucapan Nayya. “Oke, baiklah. Kita tidak bisa berlama-lama di sini. Aku takut para vampir itu berkeliaran mencari mangsa. Aku antar kau pulang saja, ya. Nanti salah satu orang Riftan akan menjaga di sekitar rumahmu. Kau juga jangan lupa kalau ada hal yang mencurigakan. Cepat hubungi aku,” jelas Nayya. “Iya, aku mengerti.” Mereka pun meninggalkan tempat itu dan langsung mengantar Sonia pulang ke rumahnya. Setelah memastikan keselamatan Sonia dan keluarganya, Asyaq mengantar Nayya ke rumah ibunya. Sudah lama sejak Nayya kembali ke kastil, ia belum sekalipun bertemu dengan orang tuanya. Tentu saja Nayya sangat merindukan ibunya. Asyaq membuka pintu mobil untuk Nayya. Gadis itu dengan tidak sabaran turun dari mobil dan berlari menuju pintu lalu membukanya. Asyaq hanya menunggu di luar sembari berjalan di sekitar. Ada beberapa prajurit khusus dan serigala yang mengawasi wilayah ini. sehingga bisa di pastikan jika keselamatan ibu dan saudara-saudara Nayya akan terjamin. Sungai kecil yang jernih, mengalir sampai bermuara ke lembah sana. Taman bunga mawar putih juga menghiasi tempat itu. Pemandangan asri dan indah membuat Asyaq tanpa sadar mengulurkan tangannya ingin memetik bunga mawar putih itu. “Paman tidak boleh memetik bungan milik mama!” suara seorang anak kecil tiba-tiba terdengar. Asyaq menghentikan gerakannya dan menoleh. Ia melihat gadis yang pernah di lihatnya saat itu. “Nilam..?” tanpa sadar Asyaq menyebut namanya. Ia jadi bingung sendiri, kenapa nama Nilam bisa begitu saja keluar dari mulutnya. Gadis kecil itu melangkah ke arahnya, dengan wajah yang serius tapi terlihat imut dan polos. “Kita bertemu lagi, paman. Tapi aku tidak suka tanaman mama di petik oleh orang lain,” ucap Nilam sambil menyentuh bunga mawar yang hendak di petik Asyaq. “Oh, kalau begitu, Paman minta maaf, kedepannya paman tidak akan berani memetik apa pun tanpa izin dari Nilam atau mama Nilam? Apa tindakan Paman sudah benar, Nilam?” entah kenapa Asyaq tiba-tiba ingin dekat dengan anak kecil ini. Jiwanya yang kering itu tiba-tiba terasa segar bagai tersiram air dingin yang menyegarkan. Ia merasa Nilam memiliki sesuatu yang membuat jiwanya terasa hidup. Perasaan yang aneh namun menenangkan dirasakan Asyaq setiap kali melihat Nilam. Nilam tersenyum mendengar ucapan Asyaq. “Iya, itu sudah benar, paman. Kalau begitu Nilam masuk dulu, ya. sampai jumpa lagi paman,” ucap Nilam lalu berjalan masuk ke rumah. Asyaq mengikuti Nilam dari belakang, ia juga tidak mengerti kenapa tubuhnya seakan ingin terus berada di dekat Nilam. Begitu ia sampai di depan pintu dan hendak menyusul anak kecil itu ke dalam, ia seakan tersadar. “Ah, ada apa denganku? Kenapa tubuhku tidak terkendali saat melihat anak kecil itu? jangan bilang kalau aku menyukainya? Yang benar saja, aku tidak mungkin memiliki perasaan seperti itu dengan seorang anak kecil. Ini tidak masuk akal!” gumannya gusar. Asyaq pun kembali ke dalam mobil dan menunggu Nayya di sana. Ia terus memikirkan tingkahnya tadi, bagiamana ia merasa sangat senang melihat Nilam. Kenapa hanya kepada Nilam saja ia bersikap aneh seperti itu? padahal ia tidak pernah sekalipun menyukai anak-anak. Menurutnya anak-anak terlalu berisik dan nakal. “Aku harus bicara dengan Asoka mengenai ini, mungin dia ada mantra untuk menghentikan tingkah anehku pada Nilam,” gumannya lagi. “Tuan Asyaq, kau dengar aku?” Asyaq tersentak saat mendengar suara Nayya yang tiba-tiba sudah ada di dalam mobil. “Oh, Nona sudah datang?” tanyanya canggung karena ketahuan melamun. “Aku sudah sejak tadi masuk mobil dan bercerita, tapi sepertinya kau memikirkan sesuatu sampai-sampai kau tidak mendengarkan aku bicara,” ucap Nayya sedikit heran. Tidak biasanya Asyaq bersikap aneh seperti itu. Pria yang selalu teliti ini, sekarang seakan kehilangan fokus. Nayya bahkan mulai sedikit khawatir, terjadi sesuatu tehadap Asyaq, karena kejadian saat itu.. “Tuan Asyaq, apa semuanya baik-baik saja?” tanya Nayya memastikan “Oh, tentu saja, Nona. Saya tidak apa-apa, Nona. Jangan khawatir. Oh ya, Nona, apakah Nilam masih memiliki orang tua?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD