Sebuah Rencana

1162 Words
Sementara itu, Nayya terlihat sedang mengunyah buah apel di atas ranjangnya. 2 minggu sudah ia di kurung di kamar bersama Ganna. Ia tampak biasa-biasa saja. Setelah buah apelnya habis, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan mata. Terlihat serigala putih berjalan mengendap di ke arahnya dan perlahan naik ke atas kasur. Nayya membuka mata dan melihat serigala itu sudah mengendus tubuhnya. Nayya tersenyum dan memeluk leher serigala itu lalu mendorongnya hingga tubuh sang serigala terbaring di kasur. Tidak sampai di situ, Nayya lalu menggelitik tubuh serigala itu hingga sang serigala menggeliat kegelian. “Hentikan….geli…ampun…!” teriak serigala putih itu sambil berusaha bangkit tapi Nayya malah menempatkan tubuhnya di atas serigala itu sehingga sang serigala tidak bisa bergerak. Mereka terlihat sangat dekat. “Tidak mau! Kau selalu saja menggangguku. Padahal aku sedang memikirkan bagiamana agar secepatnya keluar dari sini,” ucap Nayya sambil merebahkan tubuhnya di bulu halus serigala putih itu. “Masih ada dua minggu lagi, bersabar saja. Tuan Riftan itu orangnya sangat keras kepala. Jika menghukum seseorang, ia tidak memiliki belas kasihan,” ucap Ganna. “Tapi aku ingin kuliah, dan bertemu sahabatku, Sonia. Dia pasti sudah diperdaya oleh Reno. Aku ingin menyelamatkannya sebelum semuanya terlambat,” ucap Nayya. “Andai saja aku bisa membantumu,” sesal Ganna. Nayya tersenyum, ia menatap serigala itu dengan tatapan sendu. Sejak awal bertemu dengannya, Nayya sangat takut bukan kepalang, akan tetapi, tidak membutuhkan waktu lama sampai ia bisa mempercayai Ganna. “Kau bersikap baik padaku di tempat ini pun, sudah sangat membantuku. Aku pikir Riftan akan membunuhku dengan membiarkanku di dalam sini bersamamu, tapi ternyata aku sangat bersyukur aku bisa mengenalmu,” ucap Nayya sambil mengelus lembut bulu halus Ganna. “Aku juga senang memiliki teman sepertimu, aku jadi teringat nona Adelia. Dia sama persisi denganmu. Kami juga bersahabat dekat hingga akhir hayatnya. Aku masih ingat ucapannya jika ia ingin terus bersamaku selamanya, walaupun harus menghilang, ia pasti akan kembali lagi. Dan aku masih menunggunya sampai sekarang, ucap Ganna dengan wajah sedih. “Kau tidak perlu bersedih lagi, karena aku sudah berada di sini dan menggantikan kehadirannya, iya kan? Ah, aku ingin sekali membantumu untuk bisa keluar dari kamar ini dan menikmati matahari luar,” ucap Nayya. “Iya, aku ingin sekali, tapi, bulu putihku akan terbakar dan akan berubah menjadi warna cokelat seperti serigala biasa. Aku juga akan kembali menjadi serigala umumnya yang akan haus dan lapar. Aku sangat menyukai bulu putih ini, berkatnya aku tidak akan pernah merasa haus dan kelaparan lagi, aku jadi tidak perlu khawatir akan melukai siapapun,” ucap sang serigala. “Kenapa kau memilih untuk tidak lapar? Kau kan jadi tidak bisa memakan makanan enak,” tanya Nayya. “Aku takut membunuh orang yang aku sayangi seperti dulu. Sudahlah, aku tidak ingin membahas itu.” “Iya, maaf jika pertanyaanku menyinggungmu. Aku hanya bisa mendukung pilihanmu. Masalahku sekarang ini adalah, aku sangat merindukan pria jahat itu. Aku ingin sekali melihatnya walau hanya sebentar, tapi dia itu sama sekali tidak tertarik padaku, dia selalu saja Maran kalau aku muncul di hadapannya tanpa persetujuannya, ” keluh Nayya. Keduanya pun terdiam, sebelum Ganna kembali berbicara. “Aku bisa membantumu untuk mendekati Riftan tanpa membuatnya kesal,” ucap Ganna. Wajah Nayya berubah ceria, matanya berbinar. “Wah, benarkah?!” Ganna menganggukkan kepalanya. “Kau harus membutanya merasa bersalah terlebih dahulu, jika ia sudah menyesali perbuatannya. Ia pun akan melakukan apa pun yang kau inginkan,” ucap Ganna menjelaskan. “Bagaimana caranya?” tanya Nayya tidak sabaran. *** Sonia dan Reno terlihat semakin dekat, mereka selalu berdua dan bersama di setiap kesempatan. Reno yang sudah tidak tinggal besama orang tuanya lagi, melainkan di sebuah apartemen miliknya membuat mereka bisa dengan leluasa bertemu. Sonia terlihat sangat jatuh cita kepada Reno. Ia seakan sudah melupakan Nayya yang sudah tidak pernah lagi ada kabarnya. Sonia sudah benar-benar menjadi sumber makanan pokok untuk Reno, hal itu membuat Reno tidak perlu lagi bekerja keras untuk mendapatkan asupan darah selama dirinya memulihkan kekuatannya. Namun, mulai malam ini, ia akan bertugas membunuh orang-orang dan menyuntikkan bakteri ke dalam setiap korbannya agar setiap orang yang mati akan menjadi vampire seperti dirinya. Oleh karena itu, selama tugasnya itu, fungsi Sonia sebagai sumber makanannya sudah tidak ada lagi. “Sonia, aku pikir mulai malam ini, kau tidak perlu lagi bertemu denganku dulu. Aku harus menjalankan perintah tuanku dan untuk sementara ini aku tidak membutuhkan darahmu,” ucap Reno sambil menyiapkan segala keperluannya. “Apa maksudmu tidak bertemu denganmu? apakah kau berniat pergi jauh?” tanya Sonia mulai tidak tenang, ia tidak ingin berpisah dengan Reno. Tidak di saat hubungan mereka mulai semakin dekat. “Aku akan pergi ke luar kota beberapa waktu untuk menjalankan tugas, tapi jangan khawatir, aku akan kembali untuk menemuimu jika tugas ini selesai,” ucap Reno sambil menatap Sonia. “Jadi, kau benar-benar akan pergi? Lalu begemana denganku? Bukankah baru kemarin malam kita menghabiskan malam berdua, aku masih ingin bersamamu lebih lama? bisakah kau tidak pergi?” Sonia mulai menuntut, hal itu membuat Reno kesal. “Ini tugas dari atasanku, dan aku sebagai bawahannya harus melaksanakan semua perintahnya. Aku minta kau jangan menghalangiku,” ucap Reno. “Kalau soal perkejaan dan uang, aku bisa memberimu sebanyak yang kau mau, asal kau jangan pergi meninggalkanku, Reno. Aku tidak akan bisa hidup tanpamu,” Sonia memeluk tubuh Reno dengan erat. “Aku akan kembali,” Reno berusaha bersabar. “Tapi kapan? Kau tidak bisa menentukannya, kan? Kau jangan pergi meninggalkanku!” Sonia semakin menunjukkan sikap egoisnya dan itu membuat Reno semakin kesal. “Sonia, aku bilang aku akan menjalankan tugas, itu berarti aku harus pergi. Dan siapapun tidak akan bisa menghalangiku, meskipun itu kau sekalipun, kau mengerti? Sebaiknya kau singkirkan tanganmu dari tubuhku dan jangan membuat aku emosi.” Sonia membeku, ia terkejut saat mendengar ucapan Reno yang dingin. Selama mereka berhubungan, Reno selalu lembut padanya, ia tidak pernah mengucapkan perkataan dingin. Akan tetapi sekarang, Reno seakan kembali ke sifat aslinya lagi. “Apa kau baru saja sama marah? sikapmu dingin sekali padahal aku hanya memintamu untuk tidak meninggalkanku. Kau mencintaiku, sudah seharusnya kau tidak Meningglkanku dan tetap hidup bersamaku. Bukannya malah ingin pergi!” Sonia menjawab dengan penuh penegasan. Reno menatap tajam Sonia, ia menyeringai dengan tatapan berkilat. “Apa kau pikir aku akan terus menyanjungmu jika kau bersikap egois seperti itu? aku kira kau adalah teman baik yang bisa mengerti dengan situasiku, tapi kau tidak lebih dari seorang wanita kesepian yang tidak bisa membuat pasangannya bahagia,” ucap Reno dengan pedas. “Aku wanita egois katamu? Jika bukan karena darahku, kau sudah menjadi vampir kelaparan di tengah jalan dan menjadi gembel. Kau yang membutuhkanku, tapi sekarang setelah puas dengan apa yang kau inginkan, kau malah mencampakkan aku. Kau jahat, Reno…!” Sonia berlari meninggalkan tempat itu dan berlari menjauh. Reno hanya bisa menghela nafas dalam. “Aku akan membiarkannya dulu, lagipula tugas ini harus diselesaikan dulu,” gumannya. Tapi tiba-tiba… “Aaaaaaakhhhh…..!!!” suara jeritan Sonia terdengar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD