Kecewa

1151 Words
Mobil berbelok di sebuah rumah besar masuk ke dalam pekarangan luas. Satu persatu mereka keluar dari mobil. Seorang pelayan berlari ke arah mobil dan membawa tas dan boneka masuk ke dalam rumah. “Ayo sayang, kita masuk,” ucap sang ibu angkat. Nilam dengan ragu melangkah mengikuti kedua suami istri itu. Yuda menggenggam tangan Nilam dengan erat dan tersenyum. Nilam yang sejak tadi terlihat murung hanya menatap Yuda dan berjalan masuk dengan langkah ragu. Asyaq yang berada di atas sebuah dahan pohon besar melihat mereka. Ia mengikuti Nilam hingga ke rumah barunya. Tidak terasa malam sudah menyelimuti hari, Nilam terlihat memeluk boneka beruang itu. Pintu di ketuk dan ibu angkat masuk ke dalam. Minum susunya lalu tidur sayang, besok pagi kau akan masuk ke sekolah barumu bersama Yuda,” ucap sang ibu angkat. “Iya, tante,” ucap Nilam sambil mengangguk. “Loh, kok masih panggil tante sih?” “I..iya Ma..Mama,” ulang Nilam dengan ragu-ragu. “Nah, begitu dong. Ya sudah, Mama keluar, ya. Selamat malam, tidur nyenyak sayang…” ucap ibu angkat Nilam sambil mencium kening Nilam dengan penuh kasih sayang. Nilam kembali termenung. Ia menatap boneka beruang itu lalu memeluknya. Menghabiskan s**u yang ibu angkatnya bawa dan merebahkan tubuhnya. “Selamat malam boneka beruang,” ucapnya lalu memejamkan mata. Asyaq masuk melewati jendela kamar Nilam. Gadis kecil itu terlihat tidur dengan nyenyak. Asyaq menghampiri dan membelai rambutnya. “Tidur nyenyak Nilam,” ucap Asyaq. “Hmm, paman…” Nilam berguman. Asyaq tersenyum. “Gadis kecil menggemaskan,” gumannya. *** Pagi pagi sekali Nayya sudah berlari-lari kecil dan melakukan olah raga ringan seperti yang biasa ia lakukan di setiap hari minggu. Ketika ia melewati taman menuju pintu masuk utama. Ia melihat seorang gadis cantik sedang duduk di kursi taman dan memandangi bunga-bunga yang bermekaran dengan indah. Langkah Nayya terhenti, ia memandangi gadis itu. “Dia pasti putri Adora, apa aku sapa saja, ya? tapi aku mau bicara apa? tidak mungkin kan, kalau aku mengaku sebagai kekasih pak dosen? Ah, yang penting aku menyapanya dulu, nanti jawab seadanya saja kalau ia menanyakan tentang keberadaannku di tempat ini,” gumannya sambil melangkah menghampirinya. Akan tetapi, baru beberapa langkah Nayya berjalan, ia melihat putri Adora beranjak dari duduknya dan berlari ke arah suatu tempat. Pandangan Nayya mengikuti kemana arah puri Adora pergi. Dadanya seketika terasa sesak ketika ia melihat putri itu memeluk Riftan. Meskipun ia mempercayai Riftan tapi kenyataan yang ia lihat saat ini adalah hal yang sangat menyakitkan. Pria yang sangat ia cintai di sentuh oleh perempuan lain. Ia melihat betapa manjanya putri Adora bergelayut di lengan Riftan. Meskipun Riftan terlihat rishi di perlakukan seperti itu, tetap saja putri mahkota itu berusaha untuk dekat dengan Riftan. Rasa sedih Nayya semakin menjadi, ia pun berusaha untuk mengabaikan perasaannya, akan tetapi ia malah melihat putri itu semakin berusaha menggoda Riftan, membuat rasa sedihnya berubah menjadi kesal, apalagi melihat Riftan tidak berusaha untuk melepaskan diri dari perempuan itu. Nayya memicingkan mata dan menatap keduanya dengan kesal, ia harus melakukan sesuatu untuk memisahkan mereka. Ia lalu melangkah menghampiri keduanya. “Selamat pagi tuan Riftan… !” Nayya sengaja menyapa Riftan dan mengabaikan putri mahkota. Sebenarnya ia berusaha untuk lebih memahami situasi Riftan tapi melihat perempuan itu, ia tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. Riftan terkejut mendengar suara Nayya. Wajah Riftan semakin tegang melihat keberadaan Nayya di hadapannya. Apalagi, putri Adora masih bergelayut manja di lengannya sambil menyandarkan kepalanya. “Se…selamat pagi, Nayya. A..apa yang membuatmu datang ke mari?” Riftan mencoba menutupi perasaan gugupnya, meskipun suaranya terbata karena tegang. “Oh, iya tuan. Sebenarnya ada hal penting yang harus tuan selesaikan pagi ini. Tapi mungkin saya akan datang lain kali saja,” ucap Nayya sambil berbalik dan melangkah. ‘Tahan aku…tahan aku…’ harap Nayya dalam hati. “Oh, tunggu. Sebaiknya aku selesaikan saja pekerjaan pagi ini, karena siang nanti aku ada pertemuan penting,” ucap Riftan beralasan. Langkah Nayya terhenti dan membalik tubuhnya. “Keputusan tepat, Pak,” ucap Nayya. “Riftan , dia siapa?” tanya putri Adora. “Oh, perkenalkan. Dia adalah sekretarisku. Nayya, ini putri Adora, putri, ini adalah Nayya,” ucap Riftan memperkenalkan. “Halo, selamat pagi putri. Saya Nayya,” ucap Nayya dengan ramah sambil mengulurkan tangannya. Tidak di sangka, putri Adora hanya menatap sinis Nayya dari ujung kaki sampai ujung rambut. “Ternyata sekretarismu cantik juga. Aku khawatir kau tertarik padanya, Riftan,” ucap putri Adora, mengabaikan uluran tangan Nayya dan semakin mengeratkan lengannya di tangan Riftan. Nayya menatap tajam putri Adora, sedangkan Riftan tidak bisa berkata apa-apa. Merasa diabaikan, putri Adora kembali menuntut jawaban Riftan. “Kenapa kau tidak berkata apa-apa? apakah yang aku ucapkan itu benar?” “Ah, oh.. ti…tidak putri. Ma..mana mungkin aku menyukainya. Dia kan hanya sekretarisku,” ucap Riftan. Nayya menatap Riftan dengan tajam, meskipun ia melihat tatapan memohon Riftan ke arahnya, ia tidak bisa mengabaikan perasaan sakit yang tertusuk dai hatinya dan dadanya karena Riftan tidak mengakuinya. “Sebaiknya saya harus pergi, Baiklah kalau begitu, Tuan. Tapi jangan terlalu lama menunda pekerjaan pagi ini. Setelah kemesraan tuan berakhir, tolong luangkan waktu Anda sedikit untuk memeriksa dokumen pentingnya,” ucap Nayya. “I..iya.. aku akan me…” “Hei kau! Aku tidak suka caramu bicara kepada atasanmu. Apalagi dia adalah pasanganku, dan Sepertinya darahmu nikmat. Kau terlihat bisa dengan berani mendikte pasanganku. Aku peringatkan padamu, jika kau berani memerintah Riftan lagi, aku akan menghisap darahmu sampai kering. Camkan itu…!” ucap putri Adora geram. Nayya mematung mendengar ucapan putri Adora. Ia melirik Rifan yang juga semakin tegang. Tapi kekasihnya itu sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untuk membelanya. Ia tahu posisi Riftan sedang terjepit, tapi kenapa ia tidak bisa membelanya walau hanya sedikit saja? apakah kekuasaan putri sombong itu sebegitu tingginya, sampai vampir terkuat seperti Riftan bisa tunduk dan tidak berkutik di hadapannya? Ataui karena memang Riftan sudah memiliki perasaan pada putri itu? Tanpa berkata apa-apa, Nayya meninggalkan tempat itu. Air matanya meleleh. Ia dengan kasar mengusap air matanya yang tidak mau berhenti keluar. Ia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu dengan geram. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur sambil terus menangis. “Kau jahat Riftan, aku tidak menyangka kau bisa tunduk dengan perempuan sombong itu. Aku pikir putri itu ramah dan baik, tapi ternyata dia sangat posesif dan beringas. Ia juga sadar kalau dirinya sama sekali tidak bisa melawan vampir wanita itu. Yang ia ketahui tentang seorang vampir wanita adalah mereka sangat posesif terhadap pasangannya. Dan kenyataan jika Riftan tidak bisa berbuat apa-apa, membuat Nayya semakin gusar. Ia lalu mencoba memejamkan mata dan melupakan kejadian tadi, tapi gagal. “Ah sebaiknya aku keluar cari angin,” gumannya sambil beranjak dari tempatnya. Nayya berjalan menyusuri jalan setapak di sekitar taman. Ada banyak orang yang berkunjung di taman itu sehingga meskipun Asyaq tidak ikut serta mengawalnya, ia tidak khawatir. Akan tetapi, tiba-tiba, ia melihat sekelebat bayangan melintas di hadapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD