Mencari Alasan

1352 Words
“Apa maksudmu?” tanya Asoka tidak mengerti. “Kau kan sudah membantuku, kali ini aku yang akan membuat putri Adora bisa menyadari jika jiwanya terikat padamu,” ucap Riftan. Asoka hanya bisa menatap Riftan dengan senyum lemahnya, lalu menghela nafas panjang. “Sebaiknya kita pulang saja,” ucap Riftan kemudian. “Terserah kau saja.” Sementara itu setelah raja berbincang, ia langsung mencari keberadaan Riftan. Putri Adora pun tidak terlihat. Apa jangan-jangan mereka… raja tersenyum-senyum sendiri saat memikirkan sesuatu. Tapi senyumnya berhenti saat melihat Riftan dan Asoka berjalan ke arahnya. “Selamat malam Yang Mulia.” Keduanya menyapa sambil membungkuk hormat. “Selamat malam, aku sedang mencari putri Adora. Aku pikir aku bersamanya,” ucap sang raja kepada Riftan. “Tidak, Yang Mulia. Setelah ritual tadi, putri meninggalkan tempat. Apakah ia belum kembali juga?” ucap Riftan sambil melihat sekeliling. “Belum,” ucap raja mulai cemas. “Oh, tadi aku melihatnya di taman sedang menyendiri,” sahut Asoka. “Oh, mungkin dia masih di sana,” ucap raja. “Baik, biar aku yang memastikannya lagi,” ucap Asoka. Riftan melihat Asoka beranjak dengan terburu, sahabatnya itu kelihatan cemas. Kemungkinan ia benar-benar memiliki perasaan terhadap putri mahkota. “Ah, sebaiknya aku juga pergi memastikannya,” ucapnya setelah merasa dirinya di tatap oleh raja. *** “Putri Adora…!” seru Asoka saat tidak melihat lagi keberadaan putri Adora ditempat tadi. “Putri….!” Teriaknya sekali lagi sambil berjalan menyusuri taman istana yang luas. Meskipun taman ini di penuhi oleh cahaya lampu yang terang benderang, namun karena malam hari, cahaya tidak bisa menangkup semua lokasi. “Sreekkk…sreeekkk…!” Terdengar suara gresek di balik semak belukar, bau darah juga seketika tercium. Asoka berjalan menghampiri sumber suara itu. Pada saat membuka rerimbunan semak, matanya terbelalak karena melihat putri Adora sedang menghisap darah seekor singa betina. Yang mengejutkan adalah, putri Adora juga terlihat berdarah dan penampilannya berantakan. Kemungkinan singa betina itu melakukan perlawanan sebelum benar-benar kalah. “Putri…?!” Mata Adora yang merah menatapnya tajam dan terlihat bengis. Asoka sedikit terkejut melihat sisi lain dari putri mahkota. Gadis yang selama ini terkenal lembut dan anggun, cantik bagai bidadari, ternyata memiliki sisi yang seperti ini. Putri Adora terlihat tidak mempedulikan Asoka yang menatapnya tanpa kedip ke arahnya. Ia terus menghisap darah singa itu sampai puas. Setelah beberapa lama, Adora melepas gigitannya dari leher binatang itu lalu membersihkan mulutnya yang sudah berlumuran darah dengan lidahnya yang panjang. Ia menghampiri Asoka yang masih mematung di tempatnya. “Tuan Asoka, pengawal tuan Riftan?” ucap putri Adora. “I…iya putri,” d**a Asoka berdebar. Baru kali ini ia disapa oleh putri Adora. Sebelumnya jika mereka bertemu, putri ini hanya melempar senyum ke arahnya. “Ah, tolong maafkan saya karena telah melihat sisi buasku seperti ini. Aku hanya suntuk saja di pesta, jadi aku pergi berburu dan menyenangkan diri,” ucap putri Adora menjelaskan. “Oh, tidak perlu sungkan, Putri. Aku juga biasa melakukannya. Tapi baru kali ini aku melihat seorang vampir wanita cukup berani melawan singa dan melumpuhkannya,” puji Asoka. “Benarkah? Apa aku tidak berlebihan?” tanya putri Adora senang. ‘Dia bisa sesenang itu hanya kerena dipuji biasa, sungguh menggemaskan.’ Pikir Asoka. “Iya, aku menganggap wanita seperti itu adalah pemberani dan kuat.” Asoka menambahkan. “Ah, terima kasih. Tapi mungkin Riftan tidak akan mau menerima kelakuanku yang seperti ini.” Asoka terdiam, memang benar, Riftan tidak menyukai wanita yang liar. Tapi apakah aku harus memuji Riftan di hadapannya? Lebih baik jujur saja. Pikir Asoka. “Eh, Iya. Riftan memang tidak suka. Ia hanya menyukai wanita yang lembut dan sedikit lemah. Ia menyukai sosok wanita yang hanya membutuhkan pertolongannya,” ucap Asoka.” “Ah…” wajah Adora terlihat murung. “Apa aku salah bicara?” pikir Asoka panik. “Maaf putri, bukan itu maksudku” “Tidak apa tuan Asoka, sejak awal memang aku yang memilih Riftan dan sepertinya saya juga terburu-buru. Masih sangat banyak yang harus aku sesuaikan dengannya. Penolakan dan sikap canggungnya terhadapku membuktikan jika aku harus lebih sabar. Ah, maaf, aku jadi menceritakan kegelisahanku pada Anda. Seharusnya saya bisa menyelesaikannya sendiri. Oh ya kalau begitu aku pergi dulu, terima kasih telah memberitahu tentang kesukaan Riftan, aku akan berusaha menjadi wanita seperti yang ia inginkan,”ucap putri Adora lalu melompat dan lenyap di kegelapan malam. *** Riftan melihat Asoka berjalan ke arahnya, tatapannya kosong. “Asoka, apa yang terjadi, apa kau menemukan putri?” tanyanya. “Ia, tampaknya dia sudah kembali ke istana. Sebaiknya kita pulang,” ucap Asoka tampak tidak bersemangat. “Baiklah, kita langsung pulang saja. Aku tadi juga sudah berpamitan dengan raja.” Keduanya pun bergegas keluar dari ruangan, akan tetapi, tiba-tiba putri Adora sudah berada di hadapan mereka. “Putri Adora?” ucap mereka bersamaan. Wajah Riftan berubah tegang, jangan sampai putri ini ikut dan menyebabkan kekacauan di kastil. Nayya akan benar-benar kesusahan jika… “Riftan, apakah kau ingin pergi begitu saja tanpa mengajak pasanganmu ini?” ucap putri Adora dengan wajah sedih. Riftan dan Asoka saling pandang, keduanya semakin tegang. “Eh, memangnya putri sudah memutuskan untuk ikut bersamaku ke kastil?” “Kenapa kau harus bertanya seperti itu? tentu saja aku akan ikut kemana kau pergi. Aku kan pasanganmu, jadi aku harus bersamamu, iya kan?” ucap putri Adora. Riftan menghela nafas panjang, ia menatap putri Adora dengan serius. “Tapi di kastil tidak semewah istana, aku khawatir kau akan kesusahan berada di sana.” Riftan mencoba menahan keinginan sang putri. “Aku tidak peduli, bahkan jika aku harus tinggal di goa sekalipun selama bersamamu, aku akan melakukannya.” Riftan semakin gusar, sedangkan Asoka hanya bisa menahan sesak di dadanya. “Hah… baiklah, jika kau memilih untuk ikut. Tapi dengan catatan, selama di sana, kau akan terus di kawal oleh Asoka. Apa pun yang kau inginkan, kau harus meminta izin darinya karena di kastilku, dialah penanggung jawabnya,” ucap Riftan menegaskan. Mendengar itu Asoka menatap Riftan, perasaan sedikit senang mendengar jika dirinya yang akan bertanggung jawab untuk putri. “Baiklah, apapun keinginanmu. Tapi aku juga ingin meminta satu hal darimu,” ucap putri Adora. “Apa itu?”e “Aku minta kau jangan menolak jika aku ingin mendekatimu.” Ucapan itu sontak membuat keduanya terkejut. Terutama Riftan. Bagiamana bisa ia membiarkan perempuan ini mendekatinya sementara akan ada dua orang yang tersakiti. Bukan hanya 2 orang saja, bahkan mereka berempat akan merasakan dampaknya. Riftan menatap ke arah Asoka dan Asoka mengangguk padanya. “Baiklah, tapi aku harap putri jangan melewati batasan. Aku rasa aku sudah menjelaskan padamu,” ucap Riftan. “Iya aku mengerti,” balas putri Adora. Mereka pun meninggalkan istana menuju kastil. *** Nayya mendengar Riftan dan Asoka akan segera datang, ia harus menyambutnya. Meskipun kepergian mereka hanya semalam saja, tapi kerinduannya kepada Riftan sungguh sudah tidak terbendung. Apakah kekasihnya itu sudah menyelesaikan urusannya dengan putri Adora? Ia benar-benar sudah tidak sabar. Ia sengaja keluar dari kamar dan menunggu kedatangan Riftan di pintu gerbang kastil. Meskipun Asyaq sudah memintanya untuk menunggu Riftan di kamar saja, tapi Nayya dengan keras kepala ingin menyambut Riftan di halaman kastil. Saat sebuah kereta berhenti, senyum Nayya mengembang. Ia melihat Asoka turun dari kereta. Asoka yang melihat Nayya berdiri dengan senyum mengembang berlari ke arahnya terkejut bukan kepalang, ia panik, terlebih saat melihat putri Adora memegang erat tangan Riftan sekarang. Ia juga sudah tidak punya waktu untuk mengulur dan menahan Nayya agar tidak langsung menyerbu masuk. Karena Nayya sudah berada tepat di hadapannya sekarang. “Tuan Asoka, Riftan di mana? Aku ingin menemuinya.” "Ah, nona Nayya sebentar, mungkin sebaiknya Nona menunggu Riftan di kamar saja. Sekarang ia sedang mempersiapkan sesuatu untukmu. Kalau kau bertemu dia sekarang, kejutannya tidak akan menjadi sesuatu yang mengejutkan lagi.” Asoka berusaha untuk menahan Nayya agar tidak menerobos masuk ke dalam kereta. Riftan yang mendengar suara Nayya di luar kereta menjadi panik. Bagaimana caranya agar Nayya tidak melihatnya bersama Adora. Apalagi sekarang, Adora sedang bergelayut manja di lengannya. Dunia akan hancur jika Nayya melihat posisi mereka sekarang. Tidak sebelum ia menjelaskan kepada Nayya tentang masalah yang terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD