Balas Dendam

1121 Words
Riftan terbang dengan sangat cepat, ia tidak boleh terlambat menangani kondisi Nayya, keadaan pasangan jiwanya sekarang sangat kritis, terlambat sedikit saja, akan berbahaya. Apalagi Riftan mencium adanya hal aneh pada Nayya, ia merasa kondisinya sengaja di perparah dengan sihir. Akan tetapi di tengah kemalut perasaannya, tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat dan mengejar mereka. Riftan tahu kalau bayangan itu adalah Gonzales, dan bukan hanya itu saja, juga ada beberapa binatang mengikutinya. Riftan berusaha mempercepat gerakannya, ia terbang dan melayang. Melompat dari dahan pohon ke pohon lain. Ia tidak ingin bertarung dalam kondisi Nayya seperti sekarang, semakin lama Nayya dibiarkan akan semakin fatal akibatnya. Gonzales yang mengejarnya juga melakukan hal yang sama. Ia tidak ingin melepas musuhnya lagi. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk membunuh saudara sekaligus musuhnya itu. Ketidakadilan yang selama ini ia rasakan atas tindakan diskiriminasi dari orang tua mereka akan ia balas malam ini. Jika dulu ia masih bermurah hati tidak melenyapkannya, maka malam ini ia benar-benar akan menjadikannya abu. Tapi jika mereka hanya saling mengejar tenaganya akan terkuras. Gonzales menggerakkan jari kelingkingnya, mengaitkan satu sama lain. disaat yang sama, Nayya tiba-tiba batuk parah dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Riftan tentu saja panik, ia dengan cepat terbang ke arah sebuah pohon yang sukup besar dan meletakkan tubuh lemas Nayya di atas dahan. “Hei, pasanganmu itu tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi,” ucap Gonzales saat. Riftan yang sedang memeriksa kondisi Nayya menoleh ke arah suara. Matanya yang berkilat marah memancarkan emosi yang mendalam. Ia memejamkan mata dan mengirim telepati kepada Asyaq agar segera menggerakkan prajuritnya secara sembunyi-sembunyi. Riftan bangkit dan menghampiri Gonzales yang menyeringai. “Kau rupanya tidak pernah puas dengan apa yang kau miliki sekarang, ya. Kau selalu saja ingin mengambil bagianku dan membuatku kesusahan, dari sejak kita masih bersama sebagai keluarga hingga sekarang. Kau selalu saja merampas apa yang telah ibu bagikan. Kau merasa jika ibu tidak adil dan sengaja memihak ku, padahal kenyataanya adalah kaulah yang sangat dimanjakan oleh ibu sehingga sikapmu sampai sekarang tidak berubah. Tapi sekarang, aku tidak akan membiarkan kau semakin meraja lela. Kau sudah sangat menyusahkan ku,” ungkap Riftan dengan menahan semua kesedihan dan amarahnya. “Kau jangan bersikap seolah-oleh kaulah yang menjadi korbannya di sini. Aku memang ingin melenyapkan semua orang yang telah berbuat tidak adil padaku. Kau pikir ibu bersikap adil padaku? tidak! dia bahkan tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan. Kastil yang sudah sejak lama aku impikan pada akhirnya ia berikan kepadamu sebagai hadiahnya sedangkan aku hanya diberikan lahan kering dan membuat bangunan lain. Kau tahu kenapa ibu sakit setelah itu? karena aku memasukkan buah Kailamu di dalam air minumnya tanpa senagaja. Oh, awalnya aku memang berniat, tapi setelah aku pikir-pikir, aku masih menyayanginya dan hanya terhanyut emosi kenapa aku melakukan itu, tapi tidak disangka, ibu sudah terlanjur meminum airnya dan buah kecil itu ikut ia minum. Sejak saat itulah aku semakin bertekad ingin menghabisi orang-orang yang berani menentangku, hanya aku yang berhak atas kastil itu, tapi walau setelah aku melemahkanmu, kau masih tetap mempertahankan tempat itu,” ucap Gonzales. “A…apa katamu?!” Riftan terkejut bukan main, ia tidak menyangka akan mendengar ungkapan Gonzales. Darahnya terasa panas membakar tubuhnya, emosinya meledak. Ia menerjang Gonzales dengan kekuatan penuh, tendangannya yang kuat langsung mengarah pada perut Gonzales, tapi pria itu menghindar. Riftan sudah dipenuhi emosi yang membara tidak peduli apapun lagi. Yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah melenyapkan Gonzales. Selama ini ia berpikir jika ibunya meninggal karena suatu penyakit yang menyerang bagian pencernaannya, tapi ternyata apa yang ibunya alami, penderitaan merasakan penyakit yang sangat lama itu karena anak yang selalu ia manja. Anak yang tidak tahu diri seperti Gonzales. Hari ini ia akan membuatnya merasakan penderitaan yang ia alami. “Aku akui kau semakin lama semakin kuat saja, tapi aku tidak yakin itu akan berlangsung lama, apalagi melihat kondisi pasanganmu yang tidak berdaya dan hampir mati itu. Kau tahu, aku sudah menggenggam jiwa pasanganmu itu. Sedikit saja jari kelingkingku bergerak, maka dia akan merasakan sakit yang luar biasa. Untuk itu, sebelum bertarung denganmu, aku akan membunuh pasangan jiwamu terlebih dahu….” “GONZALES….! k*****t…!!!!” Riftan kembali menerjang dengan penuh emosi, ia melayangkan tinjunya ke arah wajah Gonzales , tidak membiarkan pria itu melakukan apa yang ia katakan itu. Jika Nayya celaka ia akan benar-benar tidak bisa berkutik. Riftan terus menyerbu Gonzales degan serangan-serangannya yang mematikan. Tapi Gonzales selalu berhasil menghindar. Dengan seringai, Gonzales sengaja memperlihatkan gerakan jari kelingkingnya . Kembali mengaitkannya dengan satu sama lain. tak ayal, Nayya yang tadinya hanya terdiam lemas, kembali mengeluarkan darah segar dari mulutnya. “Hentikan k*****t…!!!” Riftan berteriak penuh emosi, ia melihat Nayya semkin lemas dan tidak berdaya. Darah yang terus mengalir juga membuatnya semakin tidak berdaya. “Lihat, kan? aku bisa dengan mudah membunuh siapa saja yang menjadi penghalang ku. Mata Riftan semakin memerah dan berkaca-kaca penuh emosi yang bergejolak. Ia kembali menyerangnya, tapi kali ini Gonzales tidak menghindar lagi. Ia menangkis serangan-serangan Riftan. Ia tahu jika Riftan sudah dikuasai emosi yang akan melemahkan kekuatannya. Saat tinju Riftan bergerak ke arah pelipisnya, ia memiringkan tubuhnya dan dan membalas pukulan itu. Ia hanya akan mengulur waktu saja sampai Nayya benar-benar mati lemas, agar ia bisa kembali mempermalukan Riftan di hadapannya. Hanya itu yang akan membuatnya puas. Ia akan membuat Riftan bersujud di kakinya seperti dulu, itu pasti akan sangat menyenangkan. Tapi apa yang ia harapkan ternyata tidak kunjung terjadi. Bukannya semakin lemah, Riftan justru bertambah kuat dan garang. Riftan tidak memberikan kesempatan untuk Gonzales untuk melawan, ia terus menerjang tapi gerakannya yang mematikan belum sekalipun mengenai lawannya. Ia lalu mengumpulkan konsentrasinya, saat ini ia tidak boleh kehilangan fokus dan dikuasai oleh emosi. Ia pun mengubah gerakannya, ia menggunakan jurus bayangan. Gerakan ini adalah gerakan untuk mengelabui lawan. Riftan menendang dengan menggerakkan kakinya dengan sangat cepat beberapa kali, membuat Gonzales kehilangan fokus dan bingung memikirkan cara mengindari gerakan kaki yang super cepat itu. Gerakan kaki Riftan yang bergerak sangat cepat itu sebenarnya hanya bayangan kakinya saja. Yang sebenarnya adalah, kakinya sudah bergerak ke arah perut Gonzales dan karena musuhnya itu hanya fokus pada gerakan kaki yang ada di depan matanya, makan Riftan pun sukses. Tubuh Gonzales terpental jauh dan terhempas di atas tanah. Darah hitam keluar dari mulutnya menandakan berapa kerasnya tendangan Riftan. Riftan tebang ke arahnya dan menatap Gonzales dengan tatapan penuh kebencian. “Kau tidak usah berpikir kalau aku akan melemah jika kau melukai pasangan jiwaku. Karena yang terjadi adalah, aku akan semakin kuat jika kau membuatku marah, aku tidak akan membiarkanmu hidup. Kau akan mendapatkan balasan yang setimpal karena atas perbuatanmu. Sekarang terimalah kematianmu…!!!” “Vandelmor…!!!” Gonzales tiba-tiba berteriak. Tiba-tiba dari arah belakang muncul dua ekor singa dan menerjang Riftan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD