Celaka

1296 Words
Riftan menjadi panik, setelah mencari-cari Nayya di dalam kamarnya tapi ia tidak menemukan siapapun. Jejak aroma Nayya pun sudah menghilang dari kamar ini. Ke mana Nayya, apa lagi yang ia perbuat kali ini?” Dengan penuh kekesalan dan penuh rasa gelisah, Riftan berteriak memanggil pengawal yang berjaga di sekitar kamar Nayya. “Pengawal…!” Kedua pengawal yang berjaga itu langsung berlari menuju asal suara. Mereka berdiri membeku melihat wajah dan aura di sekitar Riftan menjadi sangat menakutkan. “Apa saja yang kalian lakukan selama ini?” Kedua pengawal itu berdiri dengan lutut gemetar karena takut. “Ka…kami berdiri dan berjaga di tempat kami, tuan…” “Kalian hanya berdiri saja dan tidak tahu menahu ke mana perginya nona Nayya?!” hardik Riftan. Keduanya semakin ketakutan. “No…Nona Nayya masih terdengar berbincang dengan temannya, Tuan,” ucap salah satu dari mereka. Riftan terdiam, temannya itu pasti Sonia, tapi apa yang Sonia lakukan malam-malam begini di kamar Nayya. “Kembali ke tempat kalian…!”perintah Riftan lalu meninggalkan tempat itu. Riftan menghubungi Asya lewat telepatinya. “Asyaq kau temui aku sekarang,” ucap Riftan lalu berjalan kembai ke kamarnya. Tidak beberapa lama, Asyaq sudah berdiri di hadapan Riftan. “Nayya tidak ada di kamarnya, kau cari dia sekarang. Ini, gunakan ini untuk mempermudah kau mencarinya,” perintah Riftan. “Baik, tuan,” ucap Asyaq dengan patuh. Ia pun mengangguk dan menerima sesuatu seperti kain dari tangan Riftan lalu segera meninggalkan tempat itu. Riftan mengusap wajahnya dengan kasar, lalu mengacak rambutnya dengan frustrasi. Ia bangkit dari tempatnya dan keluar dari rungan. Riftan kembali mencoba menggunakan ketajaman hati untuk mencari keberadaan Nayya, tapi anehnya ia tidak bisa menemukannya. “Kali ini apa lagi yang perbuat, Nayya?” gumannya dengan kesal. “Asoka, Nayya hilang dan aku sedang mencarinya. Tapi aku tidak bisa bisa menjangkau lokasinya.” “Apa? bagiamana bisa? Kenapa ia bisa tidak ada di kamarnya? apa dia kabur?” tanya Asoka. “Apa kabur?! Itu tidak mungkin Asoka, mana bisa ia kabur?” sanggah Riftan padahal ia juga sudah yakin kalau Nayya kabur. “Kenapa, memangnya apa lagi namanya kalau seseorang tiba-tiba menghilang dari kamarnya kalau bukan kabur. Apa kau sudah mencarinya di beberapa sudut kastil ini?” tanya Asoka, ia juga terdengar resah. “Sudah, sekarang prajurit sedang mencari keberadaan Nayya. Asyaq juga sedang mencarinya,” jawab Riftan. “Baiklah, aku akan ke sana.” Riftan kembali menggunakan kekuatannya untuk melacak keberadaan Nayya tapi sepertinya ia diselimuti oleh kekuatan lain sehingga ia sama sekali tidak bisa terjangkau. Tidak lama, Asoka datang dengan berjalan terburu-buru. “Apa sudah ada perkembangan?” tanya Asoka. Riftan hanya menggeleng dengan wajah murung. Asoka menatap Riftan dengan tatapan menyelidik. “Apa yang kau sudah lakukan kepada Nayya?” tanya Asoka menatapnya tajam. Riftan terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan Asoka. “Aku tidak melakukan apa-apa?” ia menyanggah. Padahal setelah mendengar ucapan Asoka, ia sudah menyadari kesalahannya. “Aku tidak percaya, Riftan. Jika dia memang kabur, sudah pasti ada sesuatu hal yang membuatnya kabur dari sini. Sekarang kau jawab dengan jujur, apa yang sudah kau lakukan?” Asoka mendesak Riftan. “Wa…waktu kami melakukan hubungan, cahaya gairahku tertelan oleh Nayya,” ucap Riftan dengan ragu. “Apa? cahayamu tertelan oleh Nayya, kenapa kau bisa seceroboh itu?” “Aku tidak tahu, saat itu aku tidak sadar dengan apa yang Nayya lakukan. Nayya tiba-tiba menciumku pada saat cahaya itu keluar dan dia menelannya begitu saja. Aku meminta Nayya meminum cairan hijau untuk mengeluarkan cahayanya tapi ia bersikeras tidak mau. Akhirnya aku mengatakan kalau aku akan memaksanya.” Riftan menjelaskan kejadiannya. “Sepertinya dia tahu kalau cahaya itu bisa membuat manusia hamil anak dari vampir. Apa dia kabur seorang diri?” tanya Asoka. “Penjaga melihat Sonia berada di kamar Nayya sebelum Nayya kabur,” ucap Riftan dengan wajah frustrasi. “Apa Reno sudah tahu?” “Iya, dia juga sedang mencari Sonia karena tidak pulang sejak sore hari,” “Hah.. berarti mereka kabur bersama?” Asoka memejamkan matanya, mulutnya berkomat-kamit membaca sesuatu, seketika cahaya putih muncul di hadapan mereka. Cahaya putih itu berangsur menghilang dan berubah menjadi sesuatu seperti cermin. Mereka pun melihat dua orang perempuan sedang berada di sebuah terminal. “Apa yang mereka lakukan berdua di sana?” ucap Riftan. “Dia berada di sebuah terminal yang jaraknya sekitar 50 kilometer dari kastil. Jika kau terbang dengan kecepatan tinggi kau bisa menjangkau mereka dalam waktu 10 menit. Kau harus cepat sebelum mereka masuk ke dalam mobil dan pergi semakin jauh,” ucap Asoka lalu menggerakkan tangannya sebelum cermin itu menghilang. Sementara itu, Nayya dan Sonia sudah berada di terminal, mereka hendak menuju ke rumah nenek Sonia yang berada di desa. Mereka berencana tinggal di sana sampai anak mereka lahir. Apalagi Sonia terkenal sebagai seorang dukun beranak terkenal di kampung. Sebelum adanya larangan melahirkan di rumah, nenek Sonia selalu membantu mereka yang akan melahirkan. “Jadi nenekmu seorang dukun, Ya?” tanya Nayya saat mereka sudah berada di atas bus dan yang siap berangkat. “Iya, kita akan menetap di sana sementara. Aku yakin mereka tidak akan mengira kalau kita ada di sana. Apalagi kita sudah meminum cairan penghilang jejak ini. Ini aku ambil tanpa sepengetahuan Reno, jadi kau tidak perlu khawatir,” ujar Sonia sambil tersenyum. “Iya.”Nayya menjawab singkat, ia menjadi sedih karena akan meninggalkan Riftan. Tapi ia sudah bertekad untuk tetap melahirkan anak yang ada di perutnya ini. Jika pun nanti dirinya akan mati saat melahirkan anaknya, setidaknya ada seseorang yang akan menemani Riftan sebelum mereka bertemu lagi di kehidupannya yang lain. “Hei, kau memikirkan Riftan, ya?” tanya Sonia yang merasa perubahan mimik wajah Nayya. “Ah, tidak, kok. Aku hanya berpikir bagaimana jika pada saat anak ini lahir dan aku mati.” “Hei, jangan bicara seperti itu, kita pasti akan baik-baik saja. Nenekku punya banyak ramuan penguat untuk kita. Jadi jangan khawatir, ya?’” ucap Sonia menenangkan. Tidak berapa lama, bus itu mulai berjalan perlahan meninggalkan terminal. Jantung Nayya berdebar kencang, akhirnya ia meninggalkan semua kenangannya di kastil begitu saja. “Maafkan aku, Riftan. Aku tidak bisa tinggal bersamamu jika kau memisahkan anak ini dariku,” ucapnya dalam hati. “BRRAAAKKK… ckiiiiitttt...!!!” Tiba-tiba suara dan rem mobil dengan ban yang menggesek aspal dengan keras. Semua yang ada di dalam bus itu terkejut dan panik. Naya yang baru saja memejamkan mata, tersentak. Begitu juga dengan Sonia. “So..Sonia apa yang terjadi?” keduanya saling memeluk dalam ketakutan. Penumpang yang ada di atas bus mulai ketakutan. “DOOORRR…!” tiba-tiba suara tembakan terdengar membuat semua orang yang panik ketakutan tiba-tiba terdiam membeku. Seorang pria dan dua orang yang mengikutinya naik ke atas bus sambil membawa senjata. Mereka menatap semua penumpang yang ada di dalam bus itu. Tiba-tiba dalam kebekuan itu ada suara bayi menangis. Ibu bayi itu ketakutan sambil menenangkan bayinya yang tidak kunjung diam. Pria itu menatap ibu yang ketakutan itu. “Kau turun dan diamkan bayimu di luar. Cepat…!!” bentak pria itu. dengan cepat ia beranjak dari duduknya. “Kau mau ke mana?” tanya pria itu kepada suami sang wanita. Sang suami yang juga mau ikut menemani sang istri untuk turun kembali membeku. “Sa…saya mau menemani istri saya di bawah, tuan,” jawabnya terbata ketakutan. “Tidak perlu!!1 kau tetap di sini dan biarkan istrimu saja yang mengurus anakmu!” Suami itu tepaksa duduk kembali dan harus membiarkan istrinya turun dari bus sendirian. Suasana semakin mencekam. Semua orang terdiam dalam ketakutan. “Jangan sekali-kali ada yang menghubungi polisi atau kalian akan mati bersama meledaknya bus ini,” ucap salah satu pria itu sambil memegang sebuah bom di tangannya. Semuanya bertambah ketakutan. Nayya dan Sonia juga terdiam dan sangat ketakutan. “Kalian harus memberikan semua barang berharga kalian jika ingin bus ini tetap membawa kalian ke tempat tujuan. Cepat…!!”

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD