Bahaya

1105 Words
Keduanya menoleh, mereka melihat seorang pria membawa sapu berdiri dan menatap keduanya. Reno melambaikan tangan ke arah pria itu. “Maaf, Pak. Aku lagi bersama pacarku. Ya biasalah, Pak,” ucap Reno. “Oh, oke, silakan lanjutkan. Tapi jangan di tempat terbuka, carilah tempat yang lebih tersembunyi sedikit. Kalau begitu, saya lanjut bersih-bersih taman dulu,” pria itu memberi saran. “Baik, Pak. Terima kasih sarannya,” balas Reno sambil tersenyum. Reno lalu kembali menatap Sonia yang wajahnya sudah memerah. “Apa bisa kita lanjutkan?” tanya Reno. “Kau tadi tidak dengar, jangan di sini?” sahut Sonia. “Baiklah, kita cari tempat yang agak sepi.” Reno memegang tangan Sonia dan membawanya pergi dari taman itu. Reno menyeringai, ia menatap Sonia yang terlihat malu-malu. “Sekarang, tidak ada lagi yang akan mengganggu kita di sini,” ucap Reno sambil membelai pipi merona Sonia. “Tapi ini tempat apa?” Sonia menatap sekelilingnya. Mereka berada di ruangan terbengkalai yang penuh dengan kandang hewan kecil. “Tempat ini tadinya di gunakan untuk penelitian hewan tertentu, tapi karena sesuatu telah terjadi, tempat ini di tutup dan kegiatan para ilmuan di hentikan. Ah, sudahlah sayang, itu semua tidak penting. Sekarang adalah kau penuhi janjimu padaku,” ucap Reno sambil mendekatkan wajahnya ke bibir Sonia. Reno mencium bibir lembut Sonia, mereka akhirnya berciuman beberapa saat. Dan setelah membuat Sonia semakin terlena, Reno pun menusukkan taringnya ke leher mulus Sonia dan menghisap darahnya. Tentu saja Sonia terkejut, ia merasakan sakit bagaikan beribu jarum di tusukkan ke lehernya, ia juga merasa ngilu saat darahnya tersedot keluar. Ia berontak tapi Reno tidak melepasnya. Ia terus menghisap darah Sonia sampai wanita itu linglung dan hampir terkulai lemas. Reno perlahan melepas gigitannya dan menjilat bekas darah yang ada di leher Sonia. “Darahmu sangat nikmat sayang, mulai sekarang kau akan menjadi sumber kehidupanku, mengerti?” ucap Reno sambil kembali mengulum bibir Sonia. Mata Sonia terbelalak seakan menyadari sesuatu. Dengan kepala yang terasa sangat pusing, ia sekuat tenaga berusaha berdiri dan menatap Reno dengan tatapan tidak percaya. “Ka..kau… Apakah kau baru saja mengisap darahku?” tanyanya syok dengan tubuh oleng. “Iya, bukannya kau sendiri yang mengizinkan aku untuk melakukan itu, apa kau lupa?” ucap Reno seakan tidak tahu apa-apa, ia bersikap seolah-olah apa yang ia baru saja lakukan itu adalah hal yang biasa. “Kau menghisap darah, apakah kau adalah seorang vam…pir…” Sonia akhirnya terkulai lemas, dengan cepat Reno menahan tubuh gadis itu agar tidak menyentuh tanah. Ia lalu mengangkat tubuh Sonia dan meninggalkan tempat itu. Sementara itu, Nayya sudah sibuk mencari-cari keberadaan Sonia. Ia menelepon sahabatnya itu tapi tidak ada jawaban. Ia duduk dengan gelisah di tempat biasa mereka kunjungi berdua, berharap Sonia akan datang menemuinya, tapi setelah menunggu beberapa lama, Sonia tidak kunjung datang. Sampai kelas bubar pun, Sonia tidak ada. Nayya menghembuskan nafasnya dengan gusar. “Kemana anak itu? jelas-jelas tadi pagi dia bilang akan menemuiku di kantin. Tapi bahkan kuliah sudah selesai pun dia tidak datang. Apa terjadi sesuatu?” gumannya gelisah. Ia kembali mencoba menghubungi Sonia tapi lagi-lagi sahabatnya itu tidak menjawab panggilannya. “Hah… kemana kau Sonia..!” *** Sonia membuka matanya dan menatap sekeliling. Tempat ini bukan kamarnya. “Di mana aku?” tanyanya sambil berusaha bangkit. “Ah, kepalaku…” Sonia memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. Pintu terbuka dan Reno datang dengan nampan berisi makanan dan segelas s**u, ia tersenyum ke arah Sonia yang menatapnya kebingungan. “Reno? kau di sini? Di..di mana aku?” ucapnya sambil terus menatap sekelilingnya. “Apa kau tidak ingat apa-apa?” tanya Reno sambil tersenyum. Sonia menggeleng. “Ini makanlah dulu, kau harus menghabiskannya agar nutrisi dalam tubuhmu kembali terisi. “Kau menyiapkan semua ini? apa terjadi sesuatu padaku?” tanya Sonia tidak mengerti. Reno tidak pernah melakukan ini padanya sebelumnya. Menyiapkan makanan, bahkan s**u. Sebenarnya apa yang terjadi? “Nanti aku jawab, ,kau makan saja dulu, oke?” ucap Reno sambil memberikan makanan itu kepada Sonia. Gadis itu menerimanya, tapi ia masih tampak bingung. Sonia mulai menyantap makanan itu, tidak di sangka ia makan dengan lahap. Padahal perutnya tidak merasa lapar, ia menyantap makanannya sampai habis, ia juga bahkan meminum habis susunya. “Aku senang sekali melihatmu makan dengan sangat lahap seperti itu,” ucap Reno sambil merapikan bekas makan Sonia. “Reno, sekarang katakan padaku, apa yang telah terjadi? kenapa kau tiba-tiba menyiapkan semua ini?” Sonia ternyata masih penasaran dengan semua yang terjadi. “Berikan tanganmu,” ucap Reno. Sonia mengikuti ucapan Reno, pemuda itu kemudian memegang tangan Sonia dan mengarahkan ke leher bekas gigitannya. Saat tangan Sonia menyentuh leher dan merasakan ada sesuatu yang sedikit kasar di bagian yang ia sentuh, seketika ingatan tentang kejadian saat Reno menciumnya sampai menghisap darahnya, bahkan rasa sakit dan ngilu kembali ia rasakan. Sonia tersentak, ia menatap Reno dengan tatapan tidak percaya. “Kau.. kau…” ia beringsut mundur dengan wajah pucat pasi. “Tenanglah Sonia, tidak apa-apa, jangan takut. Tidak akan ada yang berubah pada tubuhmu, setelah mengalami kejadian itu. Aku tidak akan menyakitimu, tenanglah,” ucap Reno berusaha menenangkan Sonia yang panik dan ketakutan. “Jangan mendekat! Kau adalah seorang vampir? Ternyata apa yang di katakan Nayya itu benar. Kau sudah bukan Reno yang dulu lagi, kau sudah berubah menjadi makhluk penghisap darah yang mengerikan itu. Astaga, apa benar yang kulihat ini? Makhluk itu benar-benar ada?” ucap Sonia tidak percaya. “Iya, aku sekarang adalah seorang vampir. Jadi, setelah mengetahui yang sebenarnya, apakah kau akan meninggalkan aku dan melupakan hubungan yang baru saja kita bangun?” tanya Reno dengan wajah memelas. “Kau adalah mahkluk yang sudah tidak memiliki hati, bahkan jantungmu pun sudah tidak berdetak lagi. Kau tidak ada bedanya dengan mayat hidup yang berjalan. Mana mungin kau bisa merasakan perasaan suka atau cinta? Sekarang katakan padaku, apa tujuanmu mendekatiku?” terang Sonia dengan mata yang berkaca-kaca. “Itu tidak benar Sonia, jantungku memang sudah tidak berdetak dan hatiku tidak ada bedanya dengan bongkahan daging tidak berguna di dalam tubuhku ini. Tapi ketahuilah, aku masih memiliki perasaan. Aku bisa merasakan semua emosi bahkan semua rasa yang manusia rasakan. Aku benar-benar menyukaimu.” Reno mencoba meyakinkan Sonia. Sonia terdiam, ia tampak memikirkan sesuatu. Ia lalu menatap Reno. “Kalau benar demikian, coba jelaskan padaku kenapa kau bisa sampai menjadi vampir seperti ini? “Iya, aku akan menceriakan semuanya sampai akhir.” *** Seorang pria berambut panjang berjalan menyusuri jalan setapak, ia berjalan sambil menatap sekeliling. Kepalanya sesekali ia angkat dan mengendus udara. Ia kini berjalan di sekitar kampus. Sesampainya di pintu gerbang, ia tiba-tiba menyeringai lalu berjalan masuk ke dalam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD