Prahara 6

1202 Words
Hari ini adalah hari minggu Arnold dan sahabatnya Danil serta Wanda berolahraga di taman dekat kompleks rumah Arnold. Mereka memang sudah terbiasa berkumpul untuk sekedar olahraga setiap hari minggu, setelah itu mereka berjalan-jalan untuk menghilangkan penat di d**a. Danil yang baru saja kembali bersama Wanda dari Inggris langsung berkunjung ke rumah Arnold yang berada di kompleks elit dan mereka pun menginap di rumah Arnold lalu paginya mereka memutuskan untuk berolahraga pagi serta piknik di taman. Taman di sini memang ramai sekali, banyak keluarga yang menghabiskan waktu bersama keluarga hanya sekedar piknik dan bermain. “Ada yang ingin ku ceritakan kepada kalian,” kata Arnold, sejenak terdiam. “Apa yang ingin kamu ceritakan?” tanya Wanda. “Aku bertemu Felina,” jawab Arnold, membuat kedua sahabatnya membulatkan mata mereka penuh. “Kok bisa?” tanya Wanda. “Ya. Bisa saja, dia bekerja di perusahaanku sebagai staf dan aku bertemu dengannya di perusahaan, meski aku bertemu dengannya aku tidak pernah berniat untuk melihatnya atau pun memiliki pikiran kembali,” kata Arnold. “Wanita itu sudah meninggalkanmu, jangan sampai kau luluh hanya karena perasaan dan lukamu belum sembuh,” kata Wanda, membuat Arnold sejenak terdiam. “Aku ‘kan sudah bilang, belum tentu Felina sepenuhya salah dalam masalah ini, aku yakin dia memiliki alasan yang harusnya kamu dengar,” sambung Danil, membuat Wanda menyikutnya. “Apaan sih kamu, Danil, kita semua tahu apa yang terjadi pada Arnold, karena wanita itu Arnold sempat kehilangan kendali, kamu jangan membelanya berdasarkan pikiranmu sendiri, lihat saja kenyataannya,” kata Wanda. “Aku ‘kan hanya mengatakan apa yang ku lihat dari hubungan mereka selama ini, Felina sangat mencintai Arnold, jadi tidak mungkin Felina mengkhianati Arnold dengan pria lain, aku juga sangat mengenal Felina dengan baik, dia tidak mungkin dan tidak akan pernah mengkhianati Arnold,” “Sebenarnya kamu belain siapa, sih? Aku sudah sering mengatakan bahwa semua yang di lakukan wanita itu hanya berdasarkan uang, jadi kamu jangan membelanya,” kata Wanda. “Aku gak membelanya, Wanda, aku—“ “Kalian diamlah, kalian hanya membuatku pusing saja,” Arnold menggeleng. “Jangan dengerin Danil, dia itu gak pernah tahu apa yang kamu rasain,” kata Wanda. “Aku sih hanya bisa bilang, semuanya tergantung Arnold, kan hatinya yang mengetahui apa yang ingin ia lakukan.” “Kita gak usah bahas masalah Felina,” kata Arnold. “Kita nikmatin waktu aja.” "Udara di Jakarta lebih segar, ya. Aku jadi kepengen lama-lama menghirup udara di sini," kata Wanda, menarik napas dan menghelanya. "Kamu sudah putusin, Wan, lanjut dimana setelah kembali ke Jakarta?" tanya Danil kepadanya. "Aku? Daripada lelah mencari pekerjaan, aku mending mendaftar di perusahaan Arnold sudah pasti aku keterima ‘kan, Nold?" tanya Wanda dengan ciri khasnya yang lebih manja. "Tergantung sih, aku bisa apa kalau wanita yang sudah aku anggap adik bekerja di perusahaan. Lantas kalau kamu, Nil, kamu menerima tawaranku, ‘kan?" tanya Arnold kepada Danil yang sedang meminum minumannya. "Daripada di Eropa tidak ada kamu, mending aku ke sini saja bergabung sama kamu dan perusahaanmu," jawab Danil. “Gajiku gede ‘kan, ya?” "Haha … gede gimana? Tergantung pekerjaanmu lah,” kata Arnold. “Kalian itu ya seperti amplop sama prangko aja susah banget di pisahin," kata Wanda tersenyum kecil, seraya menggeleng. "Kita kan emang temenan dan sahabatan dari dulu, sebelum Arnold nikah malahan. Iya, ‘kan ,Nold?" tanya Danil seraya menepuk pundak sahabatnya. "Lama-lama aku bisa keselek nih kalau kamu nepuk mulu," kata Arnold yang sedang makan dan mereka bertiga pun tertawa bersamaan. Sampai di rumah, Arnold lalu duduk bersamaan dengan Danil, Wanda sudah kembali ke rumah orang tuanya. "Kamu jangan sakitin Wanda, Nold, dia suka banget sama kamu daridulu," kata Danil. Mencoba mengingatkan Arnold, persahabatan mereka memang lebih mirip cinta segitiga. "Aku harus apa kalau perasaanku gak ada sama sekali buat Wanda? Hanya sebatas aku anggap adik saja gak lebih, jadi jangan mengatakan hal itu ketika aku gak memiliki perasaan apa-apa," jawab Arnold. "Apa karena Felina?" tanya Danil. "Felina? Memangnya ada apa dengan Felina? Aku sudah melupakannya, jadi tidak ada hubungannya dengan dia," kata Arnold, Danil memang saksi hidup bagi kisah cinta Arnold dan Felina yang dulunya sangat sulit untuk di pisahkan. "Jangan berusaha memberikan alasan tentang itu, Nold, aku tahu dan paling tahu dirimu dari kamu sendiri, jadi gak usah berusaha terlihat baik-baik saja di depanku," kata Danil memperjelas. “Pada intinya, aku sudah gak mau mengenal Felina, dia cukup menjadi masa lalu saja, biarkan dia menjadi kenangan, aku sudah gak mau menjalin hubungan atau apa pun namanya,” kata Arnold menegaskan. Ia memang tidak memiliki niat sedikitpun tentang melanjutkan hubungan dengan Felina. Semuanya hanya masa lalu saja. "Aku yakin, kamu mengatakan hal itu hanya karena ingin terlihat baik-baik saja, jadi tidak perlu mengatakannya kepadaku, alih-alih tak ingin kembali kepada Felina, tapi kamu terdengar lebih senang bertemu dengannya setelah sekian lama,” kata Danil, yang sangat tahu bagaimana perasaan Arnold yang sebenarnya. "Apa kita gak bisa stop ngebahas masalah itu? Aku mau nanya sama kamu, apa kamu udah punya tempat tinggal? Kalau belum, gimana kalau kita tinggal berdua di Apartemen?" tanya Arnold. Mengalihkan pembicaraan. "Emang rumah ini kamu mau apain? Kenapa menyuruhku tinggal di apartemen?" tanya Danil keheranan. "Rumah ini gak aku apa-apain, hanya kepengen ninggalin rumah ini aja, rumah ini kan gede gak cocok kita tinggal hanya berdua saja, biarkan pembantu saja yang mengurusnya," jawab Arnold. "Terserah kamu aja. aku ngikut sama kamu, kalau gitu aku mandi dulu," kata Danil sembari berjalan menuju kamar. Ketika melihat Danil sudah masuk kamar Arnold lagi-lagi memikirkan Felina, kenapa pikirannya tidak pernah jauh dari Felina? Sungguh sulit namun ia tak mampu menceritakannya kepada Danil atau pun Wanda. Karena setiap membicarakan Felina, Wanda dan Danil tidak pernah sepaham. Ia memang belum bisa melupakan mantan istrinya itu, tapi ia juga tak bisa melupakan bagaimana pengkhianatan Felina kepadanya ketika harapannya begitu melambung tinggi. "Apa aku gak bisa membenturkan kepalaku saja agar aku bisa melupakan Felina dan melupakan segala tentangnya, tentang kenangan indah kami? Apalagi Danil selalu saja membahasnya tanpa memikirkan perasaanku yang sebenernya. Aku bingung," kata Arnold membatin agar tak terdengar di telinga Danil. Kisah cinta mereka dengan cinta pertama bisa begitu membekas dan lebih sulit hilang dari ingatan keduanya, karena kisah cinta itu adalah yang pertama bagi mereka. Sebelumnya hati mereka tetap dengan kekosongan dalam masalah cinta. Dari awal kisah cinta itu terjadi, dia yang membuat keduanya merasakan cinta. Ilusi kebahagiaan yang di rasakan berbeda dari ilusi kebahagiaan lain dan itu yang pertama keduanya alami dan rasakan dengan diri mereka. Sebelumnya tidak pernah berpikir bahkan berangan-angan tentang perasaan tersebut. Ada sensasi dan pengalaman baru yang mampu menggetarkan jiwa keduanya. Getaran cinta terhadap dirinya akan membuat keduanya selalu ada dalam ingatan. Pertama kali menemukan kelebihan dari orang lain, dan keduanya menyukai hal itu. Menyukai kelebihan yang ada pada cinta pertama dan itu memperbesar cinta mereka. Lama semakin lama mereka menjadi terbiasa dengan kelebihan itu. Dan seperti di ketahui semua, kelebihan setiap orang tidak selalu sama. Saat menjalani hubungan cinta dengan orang kedua, harus menyesuaikan diri dengan orang tersebut. Pada saat itu, tidak menemukan kelebihan yang ada pada cinta pertama. Padahal kelebihan itu seolah sudah menjadi bagian terpenting dalam hidup, seperti kehilangan sesuatu karena proses adaptasi. Dan kelebihan yang ada itu, akan terasa indah karena masih merindukan kelebihan tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD