Tiga hari berbaring di rumah sakit, Anjani akhirnya diperbolehkan pulang dengan catatan checkup kembali setelah seminggu. Setelah menyelesaikan pemeriksaan terakhir dengan dibantu Desta, Anjani pulang kembali ke rumah cluster samping Florist.
Membopong tubuh Jani sampai ke kamar tidur dan merapikan barang yang sebelumnya dibawa dari rumah sakit. Mengatur beberapa obat di sebuah kotak dan memastikan Anjani mengingat untuk teratur meminum obat-obat itu sesuai jadwal dan dosisnya.
Seorang maid datang, dia adalah Reni. Salah satu maid yang tadinya bekerja untuk mansion Desta sekarang ditugaskan untuk mengurusi Jani di rumah itu. Wanita itu berdiri dibelakang Desta dengan tangan yang rapi menangkup seragam nya dan sedikit menunduk layaknya menghormati seorang atasan.
"Desta..." ucap Jani lembut meraih tangan pria yang sedang duduk disamping ranjang masih asyik membenarkan selimut.
"Iya Jani, ada yang kau perlukan?" Balas pria itu penuh perhatian.
"Aku berterima kasih untuk ini semua. Saat tidak ada yang bisa membantuku, termasuk Gina, kau rela mengurusiku sampai menugaskan seorang maid untukku" ulas Jani penuh tatapan bersyukur memandang pria yang sedang dalam genggamannya.
Desta hanya tersenyum. Lalu dengan teliti ia merapikan beberapa anak rambut Jani yang berantakan menutupi wajah ayu nya.
"Jangan pernah berpikir seperti itu. Aku dengan suka hati melakukan ini semua. Bagiku yang terpenting kau selalu baik-baik saja..." jawab Desta seraya menangkupkan tangan kanan nya di pipi lembut gadis itu.
Reni yang melihat penampakan di depannya sedikit terheran. Inikah tuan mudanya yang selama ini mempekerjakannya? Ia bersikap lembut pada seorang gadis, padahal selama ini pria itu selalu dingin bahkan pada gadis seksi sekalipun. Tampak raut wajah Reni tersenyum-senyum dan hampir tak bisa mengendalikannya di depan majikannya ini.
"Oh ya Reni, tugasmu adalah membantu Anjani. Apapun yang ia butuhkan harus kau kerjakan. Termasuk untuk membersihkan rumah ini, dan juga memasak. Kau mengerti?" titah Desta pada maid itu.
"Baik Tuan muda, saya mengerti..." jawab Reni patuh.
"Baiklah, siapkan makan siang sekarang, oh ya buatkan bubur halus untuk Jani ya" perintah Desta lagi dan maid itu pun pamit ke dapur.
Setelah Reni berlalu, Anjani yang menatap Desta lekat mengulas senyum di bibir merah mudanya. Ia merasa mendapat malaikat pelindung yang siap menjaganya dalam keadaan apapun. Teringat saat pertemuan pertamanya dengan pria ini, bahkan Desta mengakuinya sebagai kekasih. Sekilas memori kejadian itu membuatnya tertawa kecil.
"Hei... apa kau mentertawakanku gadis cantik?" tanya Desta merasa dirinya sedang diperhatikan. Pria itu mengulas senyum yang indah akan perhatian gadis di depannya.
"Aku ingat saat kejadian itu, kau yang dikejar para gadis tapi malah aku yang kau akui sebagai kekasihmu. Betapa konyolnya kita kan..." tawa gadis itu tergelak, melegakan hati Desta yang beberapa hari ini gelisah akan kesehatan gadis pujaannya.
Pujaan? Mungkin. Batin Desta menggumam. Apakah ini pertanda aku jatuh hati. Entahlah ini perasaan atau sekedar rasa pedulinya.
***
Beristirahat dua hari dirumah Anjani memutuskan beraktifitas kembali. Jadwal ujian semester 2 sudah dikeluarkan oleh pihak kampus dan Anjani segera mempersiapkan materi apa saja yang kurang. Karena ia sempat sakit dan absen seminggu kemarin. Belum ia kembali bekerja di Florist. Para pekerja senang Anjani sudah bisa kembali bekerja.
Siang ini Gina memutuskan mampir ke rumah Anjani untuk membantu gadis itu mempersiapkan ujian.
"Jani, semester depan kita sudah harus magang sebelum persiapan skripsi, infonya selama dua bulan. Apa kau sudah ada rencana mau ke perusahaan atau instansi mana untuk magang?"
"Belum Gin, enaknya dimana ya?"
"Aku bisa saja mengajakmu ke perusahaan keluargaku, kau mau? Aku akan menyampaikan ke kak Fredy. Tapi mungkin kita hanya akan ditempatkan di bagian resepsionis atau staff administrasi perencanaan..." ulas Gina menawarkan.
Anjani mengangguk mantap sambil masih mencatat beberapa pelajaran yang ia belum pahami benar.
Satu jam berlalu, sesi belajar pun selesai. Anjani mengajak Gina untuk ke Florist. Sekaligus memeriksa penjualan di Florist hari ini. Anjani masih sibuk di ruang khusus di dalam Florist untuk pengelola. Di ruang itu juga ada satu lagi pekerja yang bertugas melayani pesanan online. Gina yang senang melihat bunga-bunga segar dan cantik larut dalam kegirangannya melihat dan belajar merangkai bucket.
Tiba-tiba ada seorang pelanggan pria masuk dan bertanya pada salah seorang pekerja. Ia menanyakan tentang Anjani. Kehadiran itu masih tak disadari Gina. Karena merasa dibutuhkan Anjani pun keluar ruangan dan menghampiri pelanggan tersebut.
"Hai Anjani. Maaf kalau aku mengganggu waktumu bekerja. Aku sempat ke cafe mu dulu beberapa hari kemarin, dan salah satu teman lamamu disana bilang kau pindah dan bekerja di Florist ini" ujar pria itu yang tak lain adalah David.
Anjani masih diam. Sedikit bingung untuk menjawab. Gina yang sadar bahwa sahabatnya kedatangan tamu, yang mungkin bisa saja membawa kesan buruk untuk sahabatnya itu langsung menghampiri mereka berdua.
"Kak David" sapa Gina tanpa ramah tamah yg biasa ia lakukan.
Tampak David sedikit terkejut karena ada Gina juga disana. "Eh, aku hanya ingin tau kabar Anjani" ucap David beralasan. Sebenarnya memang pria itu gemar mendekati Anjani dengan cara apapun.
Sebelumnya saat masih di cafe, David juga beberapa kali sengaja berkunjung hanya untuk bisa menemui Anjani. Sekuat apapun Anjani menolak, sebesar itu juga David berusaha.
"Ada perlu apa kak David kesini? Ada bunga yang ingin kakak beli?" tanya Jani ramah layaknya melayani konsumen. Dalam batinnya ia risih karena David tak henti mendekatinya.
"Kau sibuk kan Jan, masih ada pekerja yang lain yang bisa melayaninya. Kembalilah ke ruanganmu saja" tukas Gina seakan memberi ide pada Anjani.
Anjani hanya membalas senyum dan berniat mengakhiri obrolan itu tapi tak lama tangannya diraih David. Sontak membuat Jani terkejut dan diam untuk beberapa saat.
Disaat yang sama, ada pria yang membuka pintu Florist yang terbuat dari kaca yang lebarnya mencapai 3 meter terbagi menjadi 2, dengan bukaan dua sayap. Namun pintu itu otomatis karena menggunakan teknologi sensorik.
Sapaan salah satu pekerja menyambut kedatangan pria itu "Selamat siang Tuan muda Desta..."
Namun yang disapa tak menyahut. Malah fokus pada 3 orang yang sedang terlibat suatu obrolan dan... Seorang pria menggenggam tangan Anjani. Terlihat Jani pun hanya diam menyambut apa yang dilakukan pria itu.
Mendengar nama Desta, Gina yang masih memasang wajah tak suka pada David sekejap menoleh. Mendapati wajah Desta yang terlihat berubah masam, Gina pun segera menggoyangkan Jani dan kini Jani melihat Desta yang masih terpaku ditempat tak jauh dari ia berada.
Jani mengibaskan lengannya dan langsung menuju kearah Desta. Dihampirinya pria itu dan menyambutnya dengan senyum lembut. Tapi Desta masih dengan raut wajah yang sama, tak berubah malah terlihat semakin, dingin. Membuat Jani merasa ada yang salah pada dirinya.
"Desta, apa kau sudah lama disini? Ayo kita ke ruanganku. Atau ke rumah saja kita makan siang bersama disana, ada Gina juga..." aja Jani ramah.
Namun Desta bukannya membalas apa yang diucapkan Jani, pria itu malah membalik badan dan berjalan keluar toko. Jani menoleh sebentar ke belakang mengakui keberadaan Gina. Dengan sekali kedip Gina menandakan Jani untuk mempersilahkan gadis itu pergi menyusul Desta.
Masih terkejut karena kedatangan Desta, David akhirnya menghela nafas berat. Tersenyum kecut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Mungkin memang benar kalau Jani sudah menjadi kekasih orang lain, seorang Desta Barack.
Tak pelak Gina melayangkan hujatan kekesalan atas tingkah David yang dengan gencarnya mencoba menahan Jani untuk tetap menemuinya. "Awas kau kak David, kalau ini bisa membuat Jani dan Desta terlibat pertengkaran, akan kubuat kau menanggung akibatnya!" tegas Gina lalu berlalu meninggalkan David yang masih mematung dan masuk ke ruang kerja Anjani.
***
Desta masih saja tak menghiraukan panggilan Anjani. Ia hampir saja ingin membuka pintu mobilnya, tetapi tertahan saat melihat tangan Anjani ada di bibir pintu mobil itu. Sontak Desta mengalihkan tangannya dari handle pintu dan meraih tangan Anjani takut jika tangan gadis itu terjepit.
Namun sekejap ia lepas kan tangan Jani dan membanting pintu mobilnya "Aahhhh!! Apa maksudmu Jani! Kau ingin tanganmu sakit karena terjepit pintu mobil!?"
Suara debrakan pintu mobil yang cukup keras benar-benar membuat Jani kaget. Ia beberapa kali mengerjap menyadarkan dari terkejutnya dan langsung memeluk Desta. Ia bisa merasakan detak jantungnya kini berlomba bersama detak jantung Desta yang sama-sama tak beraturan.
Desta masih saja diam dan menatap lurus. Ia meraih lengan Anjani yang merengkuh tubuhnya dan kembali ingin meraih pintu mobil.
"Desta berhenti!" pekik Jani sukses membuat Desta memalingkan niatnya.
"Jangan pergi dulu... biarkan aku bicara dulu..." pinta Jani sedikit serak. Ia tau bahwa pria di depannya sedang tidak dalam kondisi baik.
Dalam diamnya, Jani meraih tangan Desta dan mengajaknya masuk ke rumah. Ia mendudukkan Desta di sofa ruang tengah tepat di depan kamar tidurnya.
"Siapa pria tadi?!" tanya Desta seketika mereka duduk bersama. Jani yang ditanya pun masih diam sejenak. Dia berpikir keras, apa mungkin Desta cemburu melihatnya bersama David?
"Dia David, kakak tingkat di kampusku. Aku mengenalnya sudah lama karena pernah terlibat beberapa kegiatan bersama..." ujar Jani perlahan, mencoba menormalkan emosi Desta.
Desta menoleh dan menatap Jani seolah mengintimidasi tentang kebenaran pernyataannya. Jani pun dibuat bingung dengan emosi Desta. Gadis itu pun menghambur ke pelukan Desta. Menempatkan kepalanya di ceruk leher pria itu. Tangannya diletakkan di pinggang Desta mencoba memahamkan bahwa dia di pihak pria itu, bukan David.
Mendapat perlakuan seperti itu Desta pun menghangat. Merasa kalau dia sudah berlebihan terhadap Anjani.
Desta membanting punggungnya di bantalan sofa, membuat Anjani beranjak dari dekapannya. Mencondongkan wajah ke Desta, menelisik apakah pria tampan di hadapannya ini sudah mereda atau belum.
"Maafkan aku Jani..." ucap Desta melemah. Ia sadar atas apa yang dilakukannya. Lalu meraih Jani ke dalam pelukannya. Erat, dan hangat. Itulah yang Jani rasakan. Merasakan detak jantung mereka yang sekarang berirama bersama bahkan seulas senyum disunggingkan Jani.
Mencoba kembali menatap wajah itu, Jani perlahan berucap "Apa kau marah aku dekat dengan David?"
Yang ditanya hanya memijat pangkal hidungnya pelan lalu kembali mengeratkan pelukannya pada Jani. "Kau tau gadis cantik, entah apa itu tapi aku ingin sekali memukul pria sialan yang mencoba mendekatimu tadi" jawab Desta masih dengan nada sedikit geram. "Apa mau dia mendekatimu hah...?" tanyanya kemudian.
Anjani tersenyum hangat memperhatikan raut wajah kesal Desta. Ada sesuatu yang membuncah di hatinya saat Desta menunjukkan ketidak sukaannya saat melihat ia bersama pria lain. "Kau cemburu Desta?"
Raut wajah Desta seketika berubah. Seperti marshmellow yang terpapar jus stroberi. Oh tidak, jantungnya pun kembali berdegup tak beraturan. Apa iya aku cemburu? Benarkah aku sudah jatuh hati pada Jani?
Jani mencubit pipi Desta dan menenggelamkan kepalanya ke d**a bidang pria itu. Ia menggeliat pelan dan sangat tidak di inginkan ada rasa lain yang mulai tidak nyaman bagi Desta.
"Jani..." ucap Desta perlahan.
"Iya..." jawab Jani masih dalam ceruk bidang d**a Desta.
"Bisakah aku mengatakan sesuatu..."
Jani beranjak dan meraih tangan Desta. Menggenggamnya lembut dan menatap pria itu dengan hangat. "Katakan saja..."
"Bisakah kau tidak mengulang hal seperti tadi...? Maksudku, aku tidak suka kau dekat dengan pria lain selain aku, dan aku, aku rasa sudah jatuh hati padamu..." akhirnya Desta memberanikan diri mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Anjani tak membalas. Yang ada ia malah mencium pipi kanan Desta. Menyapu rona merah yang masih tertinggal disana. Tapi bukannya hilang, rona itu malah memenuhi wajah Desta sekarang. Menjadi warna merah jambu yang sangat lucu.
Desta yang sedari tadi merasakan sesuatu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Jani. Mengikis jarak sedikit demi sedikit, membiarkan hembusan nafas yang semakin panas tercipta diantara mereka berdua. Dan bibir keduanya pun sekarang menempel. Untuk beberapa lama, keduanya mematung dengan helaan yang masih terasa semakin lama semakin berat.
Desta meraih tengkuk Anjani dengan tangan kanannya. Dengan lembut, ia raih pinggang indah gadis itu dengan tangan kirinya. Menenggelamkan bibirnya ke bibir tipis gadis itu. Melumat perlahan, menyesap rasa yang ada disana. Manis sekali... lumatan itu semakin menjadi dan memanggil Desta untuk terus memberikan sensasi lebih pada ciumannya.
Anjani tak membalas, namun juga tak menolak. Ia seperti menikmati apa yang Desta lakukan. Dengan perlahan namun dalam, bibir merah pria itu berhasil menyesap kuat bibirnya. Sedikit hentakan di bibir bawah Jani, membuat gadis itu membuka mulutnya. Desta yang mulai bergejolak menenggelamkan lidahnya membawa aroma mint ke dalam rongga gadis itu.
Seketika keduanya larut dalam ciuman yang makin lama makin panas. Desta melepaskan bibirnya dan meraih tubuh Anjani membawanya ke kamar tidur gadis itu.