Panggilan Telepon dari CEO

1024 Words
'Aku ingin sekali menonjok wajah wanita hingga terkapar di sini! Wanita ini sepertinya akan menjadi pengganggu di sini,' batin Laura. Saat tangan Laura masih dipegang Norma seseorang menegur mereka. "Sedang apa kalian!" Suara bariton membuat Laura dan Norma melihat ke sumber suara. Norma terkejut mendengar suara bariton yang memang sangat khas. Dia menoleh ke arah sumber suara dan terkejut melihat CEO Lee berdiri di sana. Matanya membulat dan jantungnya berdebar kencang. Cengkraman tangannya longgar dan ia melepaskan Laura. Sementara itu, Laura tampaknya tidak terlalu terganggu dengan kehadiran Lee. Dia tetap bersikap biasa saja dan menjawab pertanyaan Lee dengan tenang. "Kenapa ada keributan di sini?" tanya Lee, melirik Norma yang tampak gugup. Laura tersenyum kecil. "Itu hanya salah paham, Tuan. Tidak ada yang terjadi." CEO Lee mengangguk, menatap Laura dengan penuh perhatian. "Apakah Anda baik-baik saja?" tanyanya. Laura mengangguk cepat dan dengan canggung menjawab, "Ya... ya, saya baik-baik saja." CEO Lee kemudian pergi meninggalkan Laura dan Norma dengan Sam mengikutinya di belakang. Norma tidak akan pernah melupakan momen ketika dia kaget mengetahui siapa pemilik suara bariton itu. Laura merasa khawatir saat ia melihat Norma yang masih terpana dengan ketampanan CEO Lee. Ia tahu bahwa Norma pasti akan bertanya-tanya tentang hubungan mereka berdua, dan Laura tidak ingin hal itu terjadi. Sikap CEO Lee yang sedikit perhatian membuat Laura cemas. Tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada Norma, Laura pun pergi meninggalkan Norma. Laura merasakan detak jantungnya yang semakin cepat dan ia tahu bahwa ia harus segera pergi sebelum Norma bertanya tentang Lee padanya. Hatinya berdebar keras ketika ia berjalan menuju pintu. Ia tahu bahwa ia harus hati-hati dalam menjalin hubungan dengan CEO Lee. Ia tidak ingin ada seorang pun di kantor yang tahu tentang hubungan mereka, karena itu bisa merugikan karirnya. Laura merasa Norma pasti akan mengejarnya dan ia merasa harus lebih cepat dari jangkauan Norma. Laura berlari ke elevator dan menghentikan satu elevator yang sedang disiapkan untuk pergi ke lantai atas. Saat pintu elevator terbuka, Laura menghembuskan nafas lega namun sekaligus juga berdebar-debar. Ia tahu bahwa ia harus lebih hati-hati selanjutnya dan memastikan bahwa hubungannya dengan CEO Lee tidak diungkapkan kepada siapa pun. Sementara itu, di tempat lain Norma sudah duduk di meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan buku dan kertas. Pikirannya mengingat wajah CEO Lee yang tampan. Norma membayangkan dirinya duduk berduaan di samping CEO Lee sambil menatap wajah tampannya dengan penuh kekaguman. "CEO Lee, aku akan merebut hatimu. Aku tidak peduli betapa sulitnya tantangan ini, aku akan menemukan jalan menuju hatimu," bisik Norma sambil tersenyum sendiri. "Aku tahu kamu masih menduda, dan pernikahanku dengan Brian belum sah secara negara. CEO Lee lebih segalanya dari Brian," ucap Norma pelan. Norma kini berharap bisa bertemu lagi dengan CEO Lee, walau kemungkinannya sangatlah kecil. "Aku berharap bisa bertemu lagi dengan CEO Lee," tutup Norma dengan senyum penuh harap. Norma tahu bahwa kesempatan ia bertemu dengan CEO Lee tidak akan mudah, tetapi dia tak bisa melupakan bayang-bayang wajah CEO Lee. Di ruangan lainnya Laura tengah sibuk menyelesaikan tumpukan dokumen yang menumpuk di meja kerjanya. Tiba-tiba handphone-nya bergetar dan dia melihat panggilan masuk dari Sam, asisten pribadi CEO Lee. "Ya, Halo tuan Sam," "Laura, bisakah kamu datang ke ruangan CEO Lee sekarang juga? CEO meminta kamu mengantar makan siangnya." Laura tak menyangka jika CEO Lee mengingat makan siangnya. "Tentu, Tuan. Saya akan datang secepatnya," jawab Laura tenang. Laura pun segera berdiri dan meninggalkan ruang kerjanya. 'Lebih baik aku ke ruang tuan Sam saja, aku tidak mau ada yang melihat aku ke ruangan CEO,' batin Laura. Kimmy, teman Laura menyadari kepergian Laura dan ia berinisiatif untuk mengikuti Laura. Di sisi lain Laura berjalan cepat menuju ruangan Sam. Saat Laura tiba di ruangan Sam, Laura langsung membuka pintu dengan cepat. Sam mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu kemari Laura? Kamu seharusnya ke ruang CEO," ujar Sam mengingatkan. Saat itu Sam sedang duduk di meja kerjanya. Laura langsung berjalan menuju meja kerja Sam dan ia duduk di kursi tepat di depan Sam. "Maaf Tuan, akan lebih baik jika Anda yang memberikan makan siang untuk tuan Lee," ujar Laura dengan brani. "Kenapa harus Saya, pekerjaan saya sangat banyak," jawab Sam apa adanya. "Maaf Tuan membebani Anda, tapi jujur saya tidak mau ada yang curiga. Saya sudah terlalu sering masuk ruang CEO," ujar Laura. Sam pun mengerti, "ya sudah. Saya yang akan memberikan makan siang untuk CEO Lee." Laura pun tersenyum, lalu ia memberikan tas bekal yang berisi menu makan siang untuk CEO Lee ke atas meja Sam. Sam pun menerimanya. Setelah urusan makan siang CEO Lee usai, Laura pun keluar dari ruangan dengan perasaan lega. Sekarang ia lega karena tidak perlu bertemu dengan CEO Lee. Laura masuk ke ruang kerjanya yang tenang dan bersih setelah melewati lorong yang ramai dan bising. Dia duduk di kursinya dan menatap layar monitor. Tiba-tiba, Vania dan Kimmy menghampirinya dengan senyum ramah. "Hey, Laura! Bagaimana harimu? Senyummu terlihat kian lebar," sapa Vania. "Hai, kalian berdua. Aku baik-baik saja. Ada apa?" balas Laura dengan ramah. Kimmy langsung masuk pada topik yang dianggap penting. "Laura aku perhatikan kamu sedang dekat ya dengan Sam... Apa kalian sedang dalam masa pendekatan?" Laura mengangkat alisnya dan heran. "Apa? Masa pendekatan? Tidak, aku hanya dekat untuk pekerjaan saja." "Tapi, kamu harus tahu, Sam sangat cocok bersanding denganmu. Kalian berdua saling melengkapi," kata Vania. "Iya, tapi aku hanya ingin fokus pada pekerjaan saja saat ini," jawab Laura dengan tegas. Vania dan Kimmy saling pandang dan tersenyum. Mereka membiarkan Laura dengan pekerjaannya dan melanjutkan aktivitas mereka. Laura bisa merasakan pandangan mereka seakan tidak percaya dengan jawaban yang dia berikan. Laura menghela nafasnya sendiri sambil merenungkan kejadian tadi. Dia merasa tidak nyaman saat orang-orang menyimpulkan hubungannya dengan Sam. Semua hal tersebut hanya akan mengganggu fokusnya pada pekerjaannya. Dia mengambil buku catatan dan fokus pada pekerjaannya seperti biasa, meninggalkan pembicaraan yang timbul tadi. 'Aku dekat dengan Sam saja sudah jadi gosip, bagaimana jadinya jika mereka tahu hubunganku dengan CEO Lee?' Batin Laura. Laura pun kini bisa bernafas lega, karena makan siang untuk CEO Lee sudah ia berikan pada Sam. Tapi baru saja Laura akan melanjutkan pekerjaannya, Laura merasakan ponselnya bergetar di dalam laci mejanya. Laura pun melihat ponselnya dan tertera di sana Lee, memanggil. "Ada apa lagi sih," keluh Laura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD