Menemani CEO

1132 Words
Baru saja Laura akan melanjutkan pekerjaannya, Laura merasakan ponselnya bergetar di dalam laci mejanya. Laura pun melihat ponselnya dan tertera di sana Lee, memanggil. "Ada apa lagi sih," keluh Laura. Laura mengangkat panggilan itu dengan malas, "Halo?" Tak lama kemudian terdengar suara Lee dari seberang telepon, "Laura, bisakah kamu datang ke ruanganku sekarang? Ada sesuatu yang harus kita bicarakan." Laura heran mengapa Lee menyuruh dirinya untuk ke ruangannya. 'Bagaimana coba jika ada yang melihat aku ke ruangan tuan CEO Lee,' batin Laura. Laura merasa frustasi. Namun ia tak bisa menolak permintaan bosnya itu. "Baik, saya akan segera ke sana," jawab Laura. Laura dengan enggan meninggalkan mejanya dan menuju ke ruang CEO Lee. Seorang perempuam mengikuti Laura dan orang itu melihat jika Laura berdiri di depan ruang CEO. Laura mengetuk pintu dan masuk. Dan tak lama kemudian pintu terbuka da yang membuka pintu seperti biasa Sam. "Masuklah," ucap Sam mempersilahkan. Laura pun mengangguk. Laura masuk ke ruang CEO yang sudah tak asing lagi untuknya, "Anda memanggil saya, Lee?" Tanya Laura dengan beraninya. Laura ingat jika Lee tak mau dipanggil tuan oleh Laura ketika mereka sedang berdua. "Ya, Laura. Silahkan duduk. Ada beberapa hal penting yang perlu kita diskusikan," jawab Lee dengan formal. Laura duduk di hadapan Lee dan Laura masih terlihat kesal. "Tentu, Lee. Ada apa?" Tanya Laura. "Pertama aku ingin kamu memanggilku Oppa," pinta Lee. Laura melebarkan matanya. Lee pun kembali bicara, "aku rasa tidak sopan saat seorang perempuan memanggil kekasihnya langsung memanggil nama saja." Laura menghela nafasnya. Laura juga merasa tak sopan, tapi sebenarnya ia lebih nyaman memanggil tuan pada Lee. "Iya, tidak?" Tanya Lee. Perkataan Lee seperti meminta persetujuan. Tapi sebenarnya Lee sedang memerintah. Karena jika Laura bilang tidak, tetap Laura harus melaksanakan keinginannya. "Tidak. Aku lebih suka memanggil Tuan," jawab Laura dengan tenangnya. Ia yang kini berstatus kekasih bayaran Lee berusaha bicara tidak formal dan lebih berani. Meskipun ia mendapat bayaran ia tidak ingin selalu patuh pada Lee. Ia dibayar hanya untuk pura-pura di depan ayah Lee saja. "Kamu berani membantahku?" Tanya Lee dengan tatapan mata tajam. Dan itu membuat nyali Laura ciut. Tatapan Lee sangat serius dan Laura pun tak ingin Lee membahas uang tiga puluh juta yang telah diterimanya. "Baiklah," jawab Laura mengalah. Lee pun langsung tersenyum dan berkata, "baiklah apa?" Tanya Lee. "Baiklah Tuan," jawab Laura. "Laura!" Bentar Lee sambil melebarkan matanya. "Ok, baiklah oppa," jawab Laura dengan wajah terpaksa. "Kamu sepertinya tidak ikhlas memanggilku oppa?" Tanya Lee protes. Laura memutar bola matanya. Laura benar-benar sudah tak canggung lagi menunjukan sifat dan kebiasaan aslinya pada Lee. "Baiklah Oppa," ucap Laura dengan tulus dan itu membuat Lee senang. "Nah begitu Laura. Saya baru suka! Kamu memang bisa saya andalkan!" Seru Lee. 'Oppa korea Lee ini ternyata adalah tipe lelaki pemaksa. Ya ampun, semoga aku kuat menghadapinya. Dan semoga dia tidak meminta aku melakukan hal yang aneh-aneh,' batin Laura. "Kedua kamu harus menemani saya makan," ucap Lee. "Tolong ambilkan tas bekal yang ada di atas meja kecil itu. Aku tak sabar menikmati makanan buatanmu," ujar Lee sambil menunjuk tas bekal warna ungu. Tas bekal milik Laura. Laura pun mengambilnya dan memberikannya pada Lee. Lee pun memerintah Laura,"Bukakan dan hidangkan semuanya untukku," pinta Lee. Laura langsung melihat ke arah Lee seakan ia mengatakan keberatan dengan permintaan Lee. "Kamu kan kekasihku. Aku terbiasa tinggal makan Laura," Lee memberitahu. Laura pun mengangguk dan ia pun menyajikan makanan untuk Lee. Laura tak heran. Lee adalah seorang CEO dan sangat kaya raya. Jadi pantas segalanya dilayani. Laura melirik ke arah jam dan jam baru menunjukkan pukul sebelas. Lee pun berkata, " aku sengaja makan siang lebih awal agar kamu bisa menemaniku." Laura tak menanggapi ucapan Lee. Ia cuek. Laura berusaha cuek dan tak banyak melakukan kontak mata dengan CEO super tampan itu. Laura merasa CEO Lee sedikit banyak mirip dengan aktor korea kesukaannya, Lee Min Ho. Tinggi, berhidung mancung, dan senyumnya mampu meluluhkan hatinya. Laura pun selesai menyajikan makanan untuk Lee, makanan yang dihidangkan Laura adalah udang saus padang, cah kangkung dan kerupuk. Lee mengerutkan keningnya melihat penampakan makanan di depannya. Apalagi saat ia melihat kerupuk di sana. Sementara Laura duduk di hadapan Lee. Karena Lee hanya melihat makanan itu Laura pun angkat bicara, "itu udang saus padang, cah kangkung dan kerupuk. Apa Anda baru melihatnya?" Tanya Laura. Lee pun mengangguk. "Aku sangat penasaran dengan rasa makanan ini," ucap Lee sambil menunjuk kerupuk. "Ya ampun!" Seru Laura. "Anda tidak alergi makanan itu, kan?" Tanya Laura. "Tidak," jawab Lee cepat. "Aku akan mulai menyantapnya," ucap Lee kemudian. Laura pun mengangguk. "Oh iya!" Seru Lee sambil melihat ke arah Laura. "Kenapa lagi?" Tanya Laura malas. 'Jangan hilang dia mau disuapi olehku,' batin Laura ketakutan. "Jangan panggil Anda, padaku. Panggil oppa," pinta Lee. Laura pun langsung mengangguk cepat. 'Aku kira apa! Aish. Dia banyak maunya sekali sih! Menyebalkan!' batin Laura. "Oh iya Laura, ini laptop saya," ucap Lee sambil menyerahkan laptopnya pada Laura. "Untuk apa?" Tanya Laura. "Daripada kamu hanya memperhatikan saya makan saja, lebih baik kamu buat banner untuk hotel Zanova. Kamu bebas buat bannernya dengan gaya apapun. Nanti akan saya lihat," ujar Lee. "Baik," jawab Laura dengan semangat. 'Lebih baik memang aku mengerjakan sesuatu daripada hanya nonton Anda makan,' pikir Laura. Setelah itu Laura fokus dengan laptop milik CEO Lee. 'Laptop termahal yang pernah aku pegang,' batin Laura. Sementara itu CEO Lee makan dengan lahapnya sambil melihat ke arah Laura yang serius mengerjakan desain banner. Saat Lee menggigit kerupuk, Lee menghentikan aktivitasnya itu dan membuat Laura melihat ke arahnya. "Ini sangat enak!" Seru Lee. Laura mengerutkan keningnya. "Hanya kerupuk juga, ya ampun!" Ucap Laura pelan. Setelah itu Laura kembali fokus ke laptop dan Lee mengunyah dan menggigit kembali kerupuk di tangannya. Beberapa saat kemudian Lee telah menghabiskan makanannya lalu ia minum. Setelah selesai dengan kegiatan makannya, Lee menagih pekerjaan Laura. "Bagaimana desainnya, Laura? Tunjukkan padaku," pinta Lee. Laura dengan cepat memutar laptopnya hingga Lee bisa melihat layar laptop itu. Tampilan banner promosi hotel Zanova Group yang mengagumkan dan menarik mata langsung terpampang di hadapan Lee. Laura menjelaskan sambil menunjuk ke layar. "Ini adalah konsep desain banner yang saya buat. Kita dapat menampilkan gambar pemandangan indah dari hotel kita di tengah kota, dengan langit yang cerah dan kolam renang yang menggoda. Di sebelahnya, kita bisa menambahkan teks menarik yang menggambarkan fasilitas unggulan yang dimiliki hotel kita, seperti restoran bintang lima, pusat kebugaran terkini, dan layanan spa mewah," jelas Laura dengan serius. Lee melihat tampilan desain dengan senyum menggembirakan di wajahnya. "Laura, ini luar biasa! Kamu benar-benar berhasil menangkap esensi kemewahan dan kelas tinggi dari hotel Zanova Group. Saya yakin banner ini akan menarik perhatian tamu potensial dan meningkatkan pendapatan hotel," ucap Lee percaya diri. Laura tersenyum bahagia mendengar pujian dari Lee. "Terima kasih, Oppa," jawab Laura. "Oke. Aku akan memberikan hadiah untukmu karena desain kamu sangat luar biasa," ujar Lee "Hadiah apa?" Tanya Laura penasaran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD