Bab 19 Menyebalkan.

1010 Words
"Tidak mas, ini semua nyata," bisik Diana dengan jawabannya. Dan wanita itu kemudian meraih kedua sisi wajah Hendra kemudian mengusapnya lembut di sana, Hendra yang sudah mengerti apa yang harus ia lakukan selanjutnya hanya bisa segera menundukkan wajahnya kemudian meraih ujung belahan Diana yang saat itu sudah mengeras di hadapannya. Hendra mulai mencucupnya dan memainkan ujung lidahnya di sana, desisan demi desisan Diana keluar dari bibirnya seirama dengan gerakan bibir dan juga lidah suaminya yang menari di atas ujung belahan miliknya saat itu. Dan sesaat saja terdengar lenguhan panjang wanita itu di sana yang disertai pegangan kuat semua jari-jari wanita itu seakan ingin tenggelam dalam kulit punggung Hendra saat itu tanda lelaki itu sudah berhasil melesak masuk kedalam diri Diana di sana. Gerakan demi gerakan lelaki itu lakukan perlahan karena Hendra juga tahu setelah sekian lamanya saat itu adalah kali pertamanya ia dan juga Diana melakukannya. "Jika kamu tidak menyukainya, bilang sayang, jangan membuatku menjadi seorang yang kejam di sini,"ucap Hendra kemudian pada istrinya. "Aku menyukainya mas, mas tenang saja," bisik Diana di sela-sela aktivitasnya saat itu. "Aku ingin menghukummu sayang tapi aku urungkan, tidak untuk malam ini, tunggu di saat kita memiliki waktu hanya berdua saja!" ucap Hendra saat itu pada istrinya di sela-sela aktivitasnya saat itu. "Maafkan aku mas, dan apapun yang akan mas lakukan padaku aku pasti akan menerimanya karena memang aku yang salah mas, aku tahu itu," balas Diana saat itu dengan jawabannya. Dan lenguhan panjang keduanya di sertai dengusan dan erangan yang saling bersahutan yang keluar dari bibir keduanya tanda jika aktivitas keduanya telah usai, sengaja keduanya tidak melakukan urusan ranjang itu dalam waktu yang lama, karena mengingat itu baru pertama kalinya dan Hendra tahu jika mungkin apa yang keduanya lakukan ityu akan membuat diana merasa tidak nyaman terutama pada bagian inti miliknya saat itu. "Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Hendra saat itu pada istrinya, sembari beringsut bergeser dari atas tubuh Diana dan menyamping ke sisi samping wanita itu. Tidak lupa satu tangan hendra sudah meraih selimut yang masih terlipat rapi di bawah kedua kaki istrinya saat itu. Hendra mengambil dan menarik selimut itu sampai menutupi tubuh Diana di sana. Hendra lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang degan satu bantal besar yang ia letakkan di belakang punggungnya saat itu. "Aku baik-baik saja kok mas, jangan khawatir," balas Diana saat itu dengan jawabannya dan kemudian wanita itu segera memeluk tubuh Hendra di sana dengan salah satu sisi wajahnya yang menyandar pada tubuh suaminya yang saat itu masih polos dan belum mengenakan pakaiannya kembali. Hendra pun hanya bisa meraih tubuh Diana kemudian memeluknya, mengusap lembut punggung wanita itu dengan lembut. "Hemz, kalau aku tahu begitu tadi aku pasti akan menambah dosisnya," bisik Hendra sengaja tepat di depan kening diana saat itu untuk menggoda istrinya di sana. "Hemz, begitu saja aku sudah tidak tahan mas, sudah ah, jangan bahas lagi mas, aku kan jadi malu," bisik Diana lagi sembari beberapa jemarinya tengah mencubit lembut kulit tubuh Hendra saat itu. "Andai saja satu tahun yang lalu kamu itu bilang apa yang kamu rasakan dan bertanya tentang apa yang kamu lihat itu sayang, mungkin Nayla dan juga Kayla saat ini sudah memiliki adik," ucap Hendra saat itu pada istrinya. Diana yang mendengar ucapan suaminya saat itu langsung terperanjat dari posisinya, wanita itu begitu terkejut di sana. "Apa!" ucap Diana kemudian. Dengan tatapan mata yang tajam menatap suaminya. "Hey kenapa terkejut begitu sayang, bukankah wajar saya jika kita memiliki seorang anak lagi?" ucap Hendra lagi pada istrinya sembari meraih tubuh Diana dan memeluknya hingga tubuh wanita itu melekat pada tubuhnya kembali. Diana pun tidak bisa protes atau menolak pelukan itu. "Aku tidak mau!" balas Diana ketus. "Umur kita sudah kepala empat mas, kita tidak muda lagi, aku tidak mau punya anak lagi, cukup Nayla dan juga Kayla saja kita sukseskan mas, tidak usah aneh-aneh," balas Diana kemudian pada suaminya. "Iya, iya sayang aku mengerti itu, aku hanya bercanda saja kok, sukur-sukur kalau kamu mau saja, kalau nggak juga nggak apa kok," balas Hendra lagi. "Nggak mas, kalau aku bilang nggak ya nggak!" dengus Diana yang lalu segera beringsud dari tempatnya kemudian memunggungi tubuh Hendra saat itu. "Lihatlah sayang, kamu masih begitu menggemaskan begini sayang, mana bisa aku jauh darimu, mari kita rencanakan liburan bersama sayang, aku ingin kita dan anak-anak liburan sama-sama," bisik Hendra saat itu yang menyusul Diana dan tidur di samping tubuh wanita itu. Hendra memeluk tubuh istrinya erat di sana. "Kalau aku pasti bisa mengambil cuti kapanpun aku mau mas, aku sudah satu tahun ini tidak mengambil cuti, mas saja yang harus menjadwal ulang semuanya. Mas kan yang paling repot di antara kita," balas Diana lagi. Mengingat suaminya adalah seorang dokter bedah yang sudah pasti setiap saat jika tidak ada Dokter penggantinya, ia yang akan turun tangan. "Iya sayang, kamu benar sekali, akh, pokoknya nanti aku akan usahakan ya sayang, kamu jangan khawatir, sekarang tidurlah yang tenang, mulai malam ini aku akan menemani tidurmu, aku akan menebus masa satu tahun kita itu dengan berada di sisimu sayang," bisik Hendra lagi yang begitu menyenangkan perasaan Diana. Hingga perlahan keduanya pun terlelap malam itu. Sedangkan di dalam ruang kamar Nayla dan juga Kayla, kedua gadis kembar itu belum bisa memejamkan kedua matanya, keduanya masih sibuk berbalas pesan satu sama lain hanya untuk membahas kedua orang tuanya itu. "Kenapa tenang sekali Kay? apa kita coba ketuk pintu kamar mama dan papa? gimana kalau mereka di dalam malah perang Kay?" ucap pesan yang Nayla kirimkan untuk saudari kembarnya itu. Entah itu sudah pesan yang ke berapa kalinya, dan isi pesan Nayla selalu sama. Kayla yang saat itu sudah mengantuk hanya bisa mengabaikannya saja. "Kay, apa kamu sudah tidur? kenapa tidak balas pesanku? kamu tidak khawatir? singa dan macan dalam satu kandang!" balas Nayla lagi karena ia merasa Kayla tengah mengacuhkan pesannya saat itu. Kayla berusaha untuk mengingatkan saudari kembarnya itu. Kayla yang risih mendengar suara getar ponselnya karena pesan masuk Kayla, segera mematikan daya ponselnya saat itu. Dan Nayla lalu masuk ke dalam selimutnya kembali ketika ia tahu jika pesannya saat itu tidak terkirim pada Kayla. "Kayla menyebalkan!" dengus Nayla kemudian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD