Saat itu kedua gadis itu saling menatap satu sama lain sebelum menjawab pertanyaan mamanya saat itu.
"Bagaimana kalau di taman Kota mah, pah?" ucap Nayla saat itu kedua orang tuanya.
"Kan enak mah, pah kalau sore ngadem di taman Kota sambil bawa tikar dan bawa camilan," ucap Kayla yang menimpali ucapan Nayla saat itu. Tampak kedua orang tua itu hanya saling menatap satu sama lain sebelum keduanya memberi jawaban atas apa yang putrinya itu katakan.
"Huft'" dengus Hendra seketika karena merasa apa yang akan keempatnya lakukan itu jelas akan membuat ia dan juga istrinya mengenang masa-masa indah dulu keduanya ketika belum menikah. Di mana dulu Taman Kota adalah tempat favorit mereka berdua. Tampak Diana pun juga menghela nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya begitu saja.
"Baiklah kalau begitu, demi kalian berdua mama dan papa rela sayang," ucap Diana saat itu pada kedua putrinya. Suaminya pun juga tidak menolak apa yang istrinya itu katakan.
"Yasudah kalau begitu, kalian masuk ke dalam mobil dulu, tunggu papa ya, papa akan beli tikar, oh ya, kalian masih mu camilan apa lagi? papa akan belikan sekalian untuk kalian," ucap Hendra pada kedua putrinya saat itu.
"Tidak ada camilan yang ingin kami makan lagi pah, semuanya sudah ada di dalam tas belanjaan tadi, nanti tinggal ambil saja," ucap Kayla saat itu pada papanya.
"Oke baiklah sayang kalau begitu, kalian masuk saja ya," ucap Hendra lagi. Dan kedua gadis itu segera masuk ke dalam mobil sembari menunggu papanya, dan ketika Diana akan ikut masuk bersama dengan kedua putrinya saat itu namun salah satu lengan tangannya sudah berhasil di raih leh Hendra dan di tariknya, membuat wanita itu langsung berhambur ke arah tubuh suaminya di sana.
"Ada apa lagi sih mas? kenapa narik-narik aku begitu?" ucap tanya Diana segera setelah wanita itu merasakan tarikan yang sedikit kasar itu di salah satu lengan tangannya.
"Apa lagi sih? ya bantuin aku lah, kamu ngapain mau ikutan masuk ke dalam mobil, enak saja!" ucap tanya Hendra saat itu sekaligus memberi tahu istrinya jika ia harus ikut sekalian bersama dengannya.
"Masa iya begitu saja minta antar?!" sahut Diana yang bernada sedikit ketus pada suaminya.
"Bodo amat! enak saja aku yang belanja dan kamu yang enak-enak di sana!" sahut Hendra lagi. Kemudian dengan berat hati Diana berjalan mengekori suaminya saat itu. Namun sebelum keduanya masuk ke dalam mall kembali untuk membeli apa yang nanti ia butuhkan di sana terlihat seorang lelaki yang tengah berjalan bersama dengan seorang wanita paruh baya, ya, dia adalah Henri dan juga Ibunya, lelaki itu mengantar Ibunya belanja di mall tersebut dan kebetulan bertemu dengan Diana dan juga Hendra saat itu. Dan Hendra yang saat itu melihat lelaki yang pernah dipeluk oleh istrinya tengah berjalan mendekat menuju ke arahnya bersama dengan wanita yang Hendra yakini adalah ibu dari lelaki tersebut membuat Hendra ingin sekali mengajak Diana pergi segera dari tempat itu tetapi ternyata Diana yang melihat kedua orang tersebut yang datang ke arahnya malah menyambutnya dan juga menghampiri Hendri dan juga Ibu Hendri di sana hingga mau tidak mau Hendra pun turut berjalan mengikuti istrinya tersebut meski dalam hati Hendra merasa jika ia tidak seharusnya ikut campur dalam urusan pribadi istrinya saat itu karena memang Hendra merasa jika keduanya memang sudah tidak bisa disatukan lagi terlebih lagi Hendra meyakini jika lelaki itu adalah kekasih istrinya membuat lelaki itu hanya acuh tak acuh saja.
"Tante' apa kabar?" ucap Diana ketika sudah dekat dengan mama Henri dan juga lelaki itu. Tanpa pikir panjang mama Henri pun segera berhambur ke arah Diana kemudian memeluk tubuh wanita itu di sana. Dan Diana pun langsung memeluk tubuh mama Henri, Diana membalas pelukan yang sama.
"Sudah seperti ketemu mama mertua saja ya?" ucap suami Diana yang nyeletuk begitu saja.
"Memang sudah seperti mama sendiri kok," balas Diana kemudian. Lalu Diana kemudian berfokus kembali ke arah mama Henri di sana.
"Tante mau kemana sekarang?" ucap tanya Diana kemudian pada mama Henri.
"Ini tadi habis ketemu sama anak teman tante, niatnya mau tante jodohkan sama Henri, dan sekarang mau belanja ini nak, oh ya kalian ini juga?" tanya mama Henri balik pada Diana.
"Oh jadi begitu ya tante, iya nih si Henri di kantor juga jarang deket sama cewek Tan, deketnya sama aku saja, udah kayak adek yang ngikutin terus, dan ini kenalkan suami saya Tante, kami mau beli tikar piknik, permintaan anak-anak Tan," ucap Diana kemudian, akhirnya mau tidak mau Hendra pun langsung memperkenalkan diri pada mama Henri itu. Meskipun saat itu Hendra masih tidak percaya dengan apa yang istrinya katakan tadi jika Henri sudah di anggap seperti adik sendiri oleh Diana, di tambah lagi tidak ada kecanggungan antara Diana dan juga Henri saat mengetahui Diana jalan dengannya dan Diana juga tidak nampak marah pada Hendra ketika tahu jika lelaki itu sudah di jodohkan oleh mamanya dengan anak temannya tadi. Dan akhirnya keduanya berpamitan pergi terlebih dahulu dari hadapan Diana dan juga Hendra. Namun sebelum Henri pergi, Diana sempat menggoda lelaki itu.
"Kali ini yang serius dong, aku tunggu kabar baiknya ya," ucap Diana pada Henri. Namun hanya di tanggapi dengan senyuman saja oleh lelaki itu kemudian pergi begitu saja. Sedangkan suami Diana saat itu hanya terdiam di tempatnya saja sembari terbengong dengan bibir yang melongo di sana. Hendra masih tidak mengerti pemandangan yang ada di hadapannya barusan tadi. Hingga Hendra tersentak dan tersentak karena satu tabokan istrinya yang melayang menabok salah satu sisi lengan tangannya saat itu hingga membuat Hendra tersadar.
"Apaan sih mas! ngelamun saja kamu itu," ucap Diana saat itu pada suaminya.
"Nggak sedang ngelamun, aneh saja, kenapa kalian itu biasa saja bahkan saling memberi selamat satu sama lain, apakah itu yang namanya profesional?" ucap nyeletuk Hendra begitu saja.
"Maksud kamu itu apaan si bicara begitu? aneh-aneh saja!" ucap Diana kemudian yang lalu jalan terlebih dahulu mendahului suaminya itu.
"Kamu yakin sekarang tidak sedang sedih dan ingin di hibur?" ucap tanya Hendra kemudian.
"Apaan sih mas! memangnya aku kenapa? kenapa harus di hibur segala?" tanya Diana kemudian.
"Sakit hari mungkin? patah hati karena berondong kamu itu mau di jodohkan sama gadis lain," ucap Hendra lagi pada istrinya yang masih mengira jika istrinya itu memiliki hubungan yang spesial dengan lelaki yang bernama Henri tadi. Namun saat itu Diana memilih untuk mengabaikannya saja karena bagi wanita itu candaan yang suaminya itu tanyakan tidak penting baginya.
"Sedih atau tidak apa urusannya engan kamu, bukankah kamu yang malah membuat aku hancur dengan semua yang sudah kamu lakukan di luaran sana tanpa sepengetahuan aku," ucap dalam hati Diana saat itu. Sedangkan di tempat Nayla dan juga Kayla berada, kedua gadis kembar itu hanya bisa terus berucap bahagia ketika sudah berhasil membuat kedua orang tuanya bisa jalan besama-sama. Sedangkan di tempat Dava an Davi berada, kebetulan kedua lelaki kembar identik itu berada di satu cafenya yang berada di pusat Kota karena di sana yang paling ramai membuat keduanya begitu kuwalahan.
"Davi, tuh ada yang yang mau ketemu sama kamu, di meja nomor enam ya, cepat sana temui dia," ucap Dava pada saudara kembarnya itu.
"Siapa Dava? perasaan aku nggak sedang janjian dengan siapapun deh, apa lagi di cafe yang biasa kamu tempati ini, lelaki apa perempuan?" tanya Davi lagi pada saudara kembarnya itu.
"Perempuan lah, cantik lo, cepet temui ana gih, kasian kalau nunggu lama-lama nanti," ucap Dava kemudian pada Davi saat itu.
"Memangnya kenapa kalau sampai lama-lama?" tanya Davi kemudian pada Dava.
"Masih nanya pula! jelas mejanya mau di tempati yang lain lagi lah, gimana sih kamu ini," ucap Dava kemudian pada Davi.
"Hemz, memang dasar kamu ya Va, otak kamu adanya hanya pekerjaan saja!" balas Davi kemudian. Tanpa berpikir yang macam-macam Davi pun segera keluar untuk menemui gadis yang Dava ceritakan tadi. Tampak lelaki itu tengah celingukan menatap ke segala arah sampai kedua matanya tertuju pada angka 6 yang ada di atas bangku, tanda bangku itu nomor 6, dan Davi teringat jika Dava tadi tengah memberitahunya jika gadis itu ada di meja nomor 6. Dan memang di sana ada seorang gadis yang tengah sendirian, Davi pun segera menghampiri gadis tersebut.
"Permisi, apa anda mencari saya?" ucap Davi saat itu ketika ia sudah sampai di dekat gadis itu berada.
"Mas Dava ya? aku sengaja datang dari Desa untuk bertemu denganmu mas, nenek yang memberi alamat tempat ini, katanya mas ada di sini," ucap gadis itu yang langsung membuat Davi melongo saking terkejutnya di sana.
"Dava... minta di hajar kau ya!" ucap dalam hati Davi saat itu ketika ia baru menyadari jika Dava sudah membohonginya saat itu.
"Harusnya aku tahu kalau di cafe pusat ini memang adalah tempat yang kamu pegang, ngapain ada cewek datang yang nyari aku coba? yang pasti kalau ada cewek datang pasti nyarinya dia dong, kenapa aku sampai nggak mikir ampe kesana sih?" ucap dalam hati Davi saat itu yang merasa harus memberi pelajaran pada Dava nanti.
"Baiklah Dava, kali ni saja aku akan membantumu ya! awas nanti kalau kamu mengulanginya lagi!" ucap Davi dalam hatinya saat itu.
"Ada apa mas? apa ada yang salah?" ucap gadis itu lagi pada Davi.
"Akh, ada! sebaiknya kamu sekarang pulang dulu saja oke? karena dapur aku tadi habis kebanjiran, jadi aku begitu sibuk sekarang ini. Oke sampai jumpa lagi gadis baik," ucap Davi kemudian yang lalu segera ngibrit pergi begitu saja. Tampak gadis itu begitu kecewa di sana, namun ia tidak punya pilihan lain selain pulang kembali dan mengadukan semuanya pada nenek Dava.
"Secapat itu ya!" ucap Dava yang melihat saudara kembarnya itu masuk kembali ke dalam setelah menangani gadis yang neneknya kirimkan.
"Dasar nggak waras ya kamu Va! bisa-bisanya ya kamu malah memintaku untuk menemui wanita itu? padahal wanita itu datang untuk bertemu dengan mu, dasar!" ucap Davi dengan gerutunya sembari duduk di sofa yang ada di dalam ruang kantor Dava saat itu. Tampak dengan lelah Davi menyandarkan kepala belakangnya ke sandaran sofa tersebut.
"Ya maafkan aku Vi, kamu tahu sendiri kalau aku nggak jago kayak kamu kalau menangani wanita, ya anggaplah kamu sedang berkorban untukku saudara kembarmu ini," ucap Dava kemudian pada Davi.
"Iya tahu Va, berkorban sih berkorban Va, tapi lihat-lihat dong, nggak hanya satu atau dua kalinya ini aku nolongin kamu, apa jangan-jangan kamu itu nggak suka wanita ya?" ucap nyeletuk Davi kemudian. Namun Dava tidak terkejut sama sekali dengan ucapan saudara kembarnya itu.
"Suka, siapa bilang aku tidak suka mereka? aku suka wanita apa lagi wanita cantik. Tapi aku rasa saat ini belum saatnya, aku rasa harus ngejar kesuksesan dulu deh Vi, baru aku akan mikir pasangan, lagian usaha kita ini juga baru merintis, akh sudahlah bicara sama kamu tidak ada habisnya!" ucap Dava kemudian yang nampak sedikit kesal pada Davi.
"Lah Va, bukannya yang harus marah itu aku? kenapa jadi kamu?" ucap Davi kemudian.
"Sudah Vi, aku mau istirahat bentar ya, kamu ke depan saja sana bantuin meja depan," ucap Dava kemudian pada saudara kembarnya, dan saat itu Davi hanya bisa mendongkol di sana. Memang benar jika urusan pekerjaan Dava lebih dewasa dan lebih mengerti daripada Davi tapi jika soal perempuan jelas Davi yang lebih berpengalaman dibandingkan dengan Dava.
"Aku belum meminta bayaran dari apa yang aku lakukan tadi ya Dava jadi sebaiknya kamu malam ini mentraktirku makanan yang enak, jika tidak! aku akan melakukan perhitungan denganmu," ucap ancaman Davi pada saudara kembarnya itu sebelum ia keluar dari dalam ruang kantor Dava di sana kemudian Dava hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya.
"Ternyata memiliki saudara kembar identik itu juga ada untungnya karena aku tidak begitu suka bersosialisasi dengan orang lain kebalikannya dengan Davi lelaki itu suka bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Entahlah kenapa aku bisa kebalikannya dari saudara kembarku itu," ucap Dava kemudian ketika ia melihat Davi yang keluar dari dalam ruang kantornya saat itu. Sedangkan di tempat lain terlihat mama dan papa Nayla dan juga Kayla tengah berjalan menuju ke arah mobil yang saat itu di dalamnya ada Nayla dan juga Kayla di sana. Tampak papa Kayla saat itu tengah membawa barang-barang yang kedua gadis kembar itu butuhkan untuk menghabiskan sore di taman Kota di tepian sungai. Sungai panjang dan luas yang berada di tengah Kota seolah tengah membelah Kota tersebut menjadi dua bagian yang dulu sering dikunjungi oleh Diana dan juga Hendra ketika keduanya masih saling pendekatan dan sengaja saat itu kedua putrinya ingin datang ke tempat itu agar kedua orang tuanya bisa mengingat kembali masa indah dulu sebelum Nayla dan juga Kayla ada di dunia.