Sena benar-benar merasakan kebahagiaan sesaat bersama Rasya, walau hanya dengan peluk cium, tapi semua cukup mengobati luka hati nya atas perlakuan Abang dan Kakak Ipar nya di rumah. Selama ini Sena kurang mendapatkan kasih Sayang, dari Keluarga atau dari Suami nya dahulu. Sena tak mau ambil pusing apakah Rasya akan men cap nya sebagai w************n atau gampangan. Yang jelas Sena benar-benar tulus mencintai Rasya. "Kenapa melamun, hhmmm??" Rasya menyadari kediaman Sena. "Bang, makan ya? Aku udah beliin nasi padang tadi deket terminal." Ajak Sena. "Kamu saja yang makan, Abang nanti saja. Abang masih mau memandangi wajah Kamu." Kata Rasya yang terus mengusap wajah sayu Sena. "Kenapa badan Kamu hangat? Kamu sakit?" Tanya Rasya cemas. Sena menggeleng. "Aku gak apa, Bang. Cuma semalam