Kristal Polks

2105 Words
Carla sulit bergerak. Ia jatuh terduduk saat kakinya yang selama ini menjadi tumpuanya, melemas. Ia tahu, hal ini tidak semudah perkiraan awalnya. Ada yang diluar kemampuanya. Ada hal yang di luar logikanya. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya,  Carla mencoba berdiri, dia merasa sangat lelah dan dadanya terasa sesak, dia tak bisa merasakan udara yang masuk ke dalam paru-paru nya. Diujung sebelah sana Peggy masih berusaha meronta melepaskan diri dari rantai bayangan yang mengikatnya. Laki-laki itu tersenyum dan mulai berjalan mendekati Carla. “wow... aku terkejut dijaman sekarang ini masih ada orang yang memiliki kemampuan melihat kita” jawabnya sambil menoleh kearah si binatang aneh, yang menurut Carla binatang peliharaanya “siapa kau?” tanya Carla tidak sabaran. Selama berkali-kali masuk ke ruang musik ini, dia tidak pernah sekalipun melihat mereka. “Aaa.... sangat tidak sopan. Bukankah orang tuamu mengajarkan sopan santun? Tanya laki-laki itu dengan nada yang menjengkelkan “iya tentu saja. Tapi tidak dengan roh sepertimu. Sekarang lepaskan Peggy!” perintah Carla dengan galak dan muka yang  menantang “jadi itu adalah nama anak perempuan ini? Gimana dong? sayang sekali aku tidak dapat mengabulkan permintaan mu. Pekerjaan memangil, dan aku harus pergi. Teman mu ini akan ku pinjam dulu ya. Selamat tinggal Carla” jawab laki-laki itu sambil menghilang diikuti dengan binatang peliharaan nya juga teriakan dari Peggy yang memanggil Carla dan kemudian menghilang tanpa bekas. Carla merasakan dadanya yang sedari tadi sesak, kini mulai kembali seperti semula, dan paru-parunya yang tercekat kini mulai terisi kembali oleh oksigen. Carla kemudian menutup ruang musik dan berlari kembali kedalam kelas. Untungnya  guru yang mengajarnya tidak berkomentar karena lamanya Carla pergi. Dinda sudah menyadari ada  yang tidak beres dengan sahabatnya itu. Namun dia tetap diam tak bergeming karena ingin memberikan waktu untuk sahabatnya itu menenangkan diri, dan bercerita kepadanya dengan sendirinya. Kemampuan Carla memang tidak biasa, dan tidak semua orang bisa menerimanya. Bel istirahat berbunyi. Dinda hanya diam ditempat duduknya sambil mengamati Carla yang sedari tadi menerawang dengan pandangan yang kosong. “Car... Carla” panggil Dinda sambil menyentuh lembut bahu sahabatnya itu “heh?” Carla menoleh dan tersadar dari lamunanya “siap cerita?” tanya Dinda perlahan,karena memahami perasaan Carla Kemudian Carla terdiam sejenak dan menganguk kan kepalanya. Raut wajah Carla yang semula terlihat ling lung, kini berubah menjadi penuh kesedihan. Carla langsung berhambur kedalam pelukan Dinda. Dengan tangis sesunggukan, Carka  menceritakan tentang Peggy, dan bagaimana akhirnya dia mengijinkan Peggy mengikutinya ke sekolah dan malah membuatnya tertangkap dengan roh jahat yang tidak Carla kenali. Carla sangat menyesali keputusanya sekali ini. Kenapa ia membiarkan Peggy ikut bersamanya “Carla, udah lu jangan sedih dulu. Gue rasa Peggy akan baik-baik saja. Lebih baik  sekarang kita cari tahu siapa laki-laki jahat itu, dan kita bisa mulai dengan bertanya pada Diane? Siapa tahu Diane bisa menjelaskan sesuatu” usul Dinda  “oh iya! Benar juga” jawab Carla menghapus sisa-sisa air matanya di pipi dan kembali bersemangat. Paling tidak , ada sesuatu yang dapat dilakukan olehnya. Paling tidak, kini ia memiliki sedikit harapan. Semoga saja Diane akan menuntunya kearah roh jahat itu. Sepulang sekolah, Carla dan Dinda memutuskan untuk menunggu setelah sekolah sepi, kemudian masuk keruang musik untuk bertanya pada Diane. Cukup lama juga mereka harus menunggu didalam kelas. Menjelang sore hari, sekolah sudah sunyi senyap. Carla dan Dinda berjalan perlahan ke arah ruang musik dan membuka pintunya. Seperti sebelumnya ruangan itu kosong dan penuh debu. Carla kemudian memanggil Diane. “Diane? Ini aku Carla... “ panggil Carla “ya ada apa Carla?” tanya Diane yang muncul di belakang Carla “Diane... aku ingin bertanya, tadi pagi aku melihat laki-laki jahat dengan binatang yang seperti kucing raksasa,mereka membawa teman kecilku Peggy” jawab Carla menjelaskan kepada Diane “ternyata kau sudah melihatnya” ucap Diane sambil memalingkan wajah “siapa mereka Diane?” tanya Carla tidak sabaran “Laki-laki jahat itu bernama Desura. Ia adalah roh mistis yang mempunyai kekuatan sangat dahsyat didunia kami. Sedangkan binatang peliharaan nya itu merupakan jenis Courg, menyerupai kucing tapi dengan badan yang besar dan sayap seperti  burung elang.” Jelas Diane “apa?  Dunia mu? “ tanya Carla lagi “ya. Dunia kami para hantu tentunya. Desura dulu adalah tetua yang menjaga istana kristal. Istana itu memiliki sebuah krsital sejernih air, dan gemerlapan sebagai sumber kekuatan kami para hantu agar dapat menyebrangi dunia manusia, dan menuntaskan masalah kami yang belum selesai.” Jelas Diane Mendengar hal itu Carla hanya bisa melongo dan diam seribu bahasa, sedangkan Dinda hanya diam saja karena agak ngeri melihat temanya berinteraksi dengan sesuatu yang tak kasat mata. “okey Diane, dan apa yang dilakukan Desura disini? Apa yang akan ia lakukan terhadap Peggy?” tanya Carla lagi, sambil menahan kesedihan yang membuat tenggorokan nya terasa sakit “seseorang disekolah ini memanggilnya. Ia menggunakan buku kuno yang mengatakan bahwa memanggil penjaga istana kristal akan memberinya kekuatan serta hidup yang abadi. Ia memang jahat Carla, dia tidak puas hanya menjadi tetua yang menjaga istana kristal, ia menginginkan istana itu untuk dirinya dan menguasai dunia hantu sepenuhnya” jawab Diane dengan ekspresi wajah yang begitu khawatir  “jika itu sampai terpenuhi, maka dunia hantu akan hancur dan akan berpengaruh kepada dunia manusia” “hancur? Apa maksudmu? Dan kenapa berpengaruh terhadap dunia manusia? Apa yang akan dilakukan dengan Peggy?” Carla begitu shock dan takut akan hal yang baru saja diketahuinya itu. Seumur hidupny, ia tidak akan pernah menyangka, bahwa Carla dengan usia 16 tahun akan berhadapan dengan hantu serta berusaha menolongnya. Ini patut dimasukan kedalam salah satu keajaiban dunia. “Peggy secara dasarnya adalah hantu anak kecil yang hanya berumur 7 tahun. Dimasa hidupnya Peggy tidak menanggung dosa besar, dan masih memiliki hawa murni. Hawa murni itulah yang dibutuhkan oleh Desura, ia akan menyerapnya dan menaikkan kekuatanya sendiri, dan setelah itu Peggy akan hilang tanpa bekas. Atau yang lebih buruk lagi, Peggy akan dijadikan umpan untuk memancing iblis. Desura akan menggunakan iblis itu sebagai bawahanya. Iblis itu yang kemudian akan menyerap hawa murni Peggy”  Carla tertegun sejenak. Ia sedang berusaha mencerna kata-kata Diane dan merangkainya dengan sempurna sehingga ia dapat mengerti. Ini semua terjadi terlalu tiba-tiba, Carla tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Ia tidak tahu bahwa ada hal-hal yang bahkan lebih jahat dan lebih menyeramkan dari hantu. Pikirannya melayang, mengingat Peggy yang tersenyum padanya, mengajaknya bermain, meledeknya, membuatnya marah, tingkah lakunya dan semuanya membuat Carla tersenyum kecil. Carla merindulkanya. Selama ini, sebagai anak tunggal, Peggy lah yang membantunya mengisi hari hari Carla. “apakah ada cara yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan Peggy?” tanya Carla pelan. Walaupun ia takut, walaupun ia tidak yakin, walaupun ia merasa ngeri, tetapi kali ini keputusan Carla sudah bulat. Ia akan mengatasi rasa ketakutanya. “ya tentu saja. Dulu saat aku masih hidup, nenek ku juga sepertimu, dapat melihat para hantu. Dia pernah memberiku batu kristal kecil, Polks. Polks,seukuran telur berwarna putih bening bercahaya. Jika kau melihatnya lebih seksama, maka kau akan melihat cahaya warna-warni yang berpendar didalamnya. Kristal itu dapat membantumu, mengalahkan Desura” jelas Diane  “Carla, Desura tahu kau dapat melihatnya, berhati-hatilah kelak, karena ia akan terus menganggumu. Kau harus meneguhkan hatimu” “Diane, bagaimana kau tahu semua ini? Dan bagaimana kau bisa mati?” tanya Carla untuk yang kesekian kalinya  “ aku ingin membantu mu Diane” “waktu itu aku pulang larut setelah mengoreksi beberapa pekerjaan murid tentang not balok, kemudian aku mendengar suara dari arah laboratorium. Aku bergegas kesana, dan ternyata....” “ternyata apa Diane?” Carla tidak sabar untuk meminta penjelasan lebih lanjut “oh tidak... dia tahu aku disini. Dia dapat mencium jejakku. Kau harus pergi Carla, kau harus pergi sekarang. Aku harus pergi, dia tahu aku disini” setelah berkata demikian Diane meghilang dan meninggalkan Carla masih dengan pertanyaan yang sama. Kemudian Carla bergegas keluar dan menarik Dinda. Carla kemudian menceritakan percakapannya dengan Diane kepada Dinda. Sedangkan Dinda memberikan reaksi kaget, takut, ngeri, sedih dan simpati karena Peggy yang sedang ditahan. Carla bercerita pada Dinda bahwa mereka harus menemukan kristal Polks yang dapat membantu mereka menyelamatkan Peggy dan secara tidak langsung juga menyelamatkan negeri hantu. Dinda hanya bisa melongo mendengar penjelasan Carla yang mulai diluar batas nalarnya itu. Memang menurutnya hal ini sangatlah keren dan jarang, namun ini adalah pertama kalinya Dinda terlibat langsung dalam petualangan dua dunia. Ia bahkan tidak pernah menyangka bahwa ada dunia lain selain dunia yang saat ini mereka tinggali. “jadi apa rencana lu berikutnya?” tanya Dinda setelah mengerti duduk perkara yang sedang terjadi “gue juga masih belom tahu pasti harus gimana, gue bingung dengan kondisi seperti ini. Gue  tidak tahu harus melakukan apa. Dinda, lu ada saran ngga? apa yang harus kita lakukan? Gue bener-bener tiddak bisa berpikir sekarang”  tanya Carla mulai menenangkan diri sendiri. “jujur ya Car, ini pengalaman pertama gue, gue juga tidak tau kita harus gimana dan harus berbuat apa. Yang pasti kita harus menyelamatkan temen kecil lu itu. Hhhhhmmmmm...... apa kita perlu masuk lagi ke dalam lorong dibalik dinding kemarin?”  usul Dinda dengan cepat “ mungkin kita bisa menemukan sesuatu” Carla tampak menimbang-nimbang sejenak, “baiklah, gue rasa ide lu bisa kita coba. Lagipula untuk saat ini hanya itu yang bisa kita lakuin. Mungkin kita melewatkan sesuatu kemarin itu. Aaahh... aku sungguh berharap Peggy akan baik-baik saja” Seperti sebelumnya mereka memutuskan untuk berkumpul saat malam hari disekolah mereka tercinta itu. Mereka menyiapkan segalanya dengan sangat matang untuk keperluan didalam lubang tersebut.  Sampai hal kecil seperti obeng, korek, lilin, dan perkakas lainya mereka selipkan. Mungkin akan berguna saat mereka didalam. Carla sangat sibuk dengan berbagai pikiran yang berkecamuk didalam dirinya. Saat makan malam,  Ia lebih banyak diam, dan hanya memainkan pasta yang ada dihadapannya. Hingga akirnya Pak Sander membuka mulut, untuk menceramahi putri satu-satunya itu. Carla hanya termenung sejenak, dan akirnya dia memutuskan untuk menceritakan kejadian tadi. Papa dan mama Carla sangat terkejut dengan apa yang dialami oleh putri mereka. Mereka tidak percaya sama sekali, didunia yang seperti sekarang ini, masih ada hal gaib seperti itu. Tapi mereka tahu, bahwa itu adalah tanggung jawab putri mereka yang memiliki kekuatan gaib. Mau tak mau, papa Carla pun menasehati putrinya itu dan membantunya untuk mengambil langkah yang benar. Carla sudah dewasa, ia harus mulai mengatasi rasa takutnya sendiri dan menggunakan bakatnya itu untuk menolong orang lain. Carla sangat mencemaskan Peggy, Biasanya saat ini, Peggy akan berceloteh tentang apapun yang membuat Carla tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan pr, namun hal itulah yang membuat Carla tidak merasa sendirian dan sangat merindukanya. Carla sangat sangat menyesal membiarkan Carla ikut bersama ke sekolah. Carla berharap, ia dapat menemukan kristal Polks dan dengan segala cara harus menyelamatkan Peggy sebelum terlambat. Malam berjalan begitu lambat, Carla berjalan dengan cepat dan merapatkan jaketnya, karena merasa dingin. Jalanan mulai sepi, bulan tampak muncul dibalik awan, dan bintang-bintang dengan senantiasa memberikan penerangan. Carla sampai di sekolah, setelah perjalanan yang cukup melelahkan baginya. Dengan susah payah Carla menahan rasa kantuk yang sejak tadi bersarang dimatanya dan enggan untuk pergi.  Dinda sedang duduk dibangku yang tak jauh dari pintu masuk. Ia tampak lelah dan juga mengantuk. 5 menit kemudian, Carla dan Dinda berjalan menuju ke arah ruang musik. Mereka sangat sangat berharap agar tidak bertemu dengan Pak Udin maupun Desura dan peliharaan kesayangannya itu. Dengan sekejab mereka sudah berada di dalam ruang musik. Ruangan itu masih tetap sama, berbau lembab, kotor dan berdebu. Wallpaper dimana lubang itu berada juga masih tetap sama, walaupun sepertinya Pak Udin sering masuk ke dalamnya. Dengan perlahan, Carla menyingkap wallpaper dimana lubang itu berada, sedangkan Dinda berjaga-jaga didepan pintu kalau-kalau ada orang atau bahkan yang lebih gawat lagi, yaitu Pak Udin datang dan melihat kegiatan mereka ditengah malam buta seperti ini. Setelah wallpaper terbuka, Carla dan Dinda masuk kedalam, sebelumnya mereka memutuskan untuk menutup kembali wallpaper dinding itu, agar tidak langsung diketahui oleh orang lain. Mereka menyalakan senter mereka masing-masing, dan berjalan dengan sangat pelan dan hati-hati.  Mereka tidak banyak bicara, karena lubang itu cukup dalam dan menimbulkan gema yang agak menakutkan. Akhirnya mereka sampai ditangga besi yang pernah mereka naiki. Carla menyelipkan senternya diantara sela-sela giginya dan memanjat naik. Setelah Carla sampai diatas, dia membantu Dinda untuk naik dan dalam waktu 4 menit, mereka sudah dihadapkan oleh 2 pilihan. 1 adalah ruangan pertama yang besar, sedangkan satunya adalah ruangan kedua yang lebih kecil. Carla dan Dinda memutuskan untuk berpencar. Carla menuju keruang yang besar. Ia mengamati dalam diam. Semuanya tampak sama, masih tetap berdebu dan berbau apak. Sedangkan Dinda menuju keruangan yang lebih kecil. Meja kecil disana terlihat bebas dari debu, dan yang lebih menakjubkan lagi, adalah vas bunga yang ternyata berisi mawar merah masih segar. 1 hal yang diketahui Dinda, ternyata memang Pak Udin sering kesini, Dinda berharap Pak Udin tak akan muncul saat mereka masih didalam lubang. Dinda mengitari ruangan kecil itu. Peti-peti yang bertumpuk-tumpuk masih terletak disana dengan rapi. Tiba-tiba saja, Dinda di kagetkan oleh seekor tikus yang berjalan melintasi kakinya. Dinda berteriak dengan kencang dan menyenggol peti itu. Peti paling atas kemudian jatuh dan terbuka. Isinya yang merupakan bertumpuk kristal putih berhamburan keluar. Tepat pada saat itu, Carla berlari dari ruangan sebelah, karena terkejut mendengar teriakan Dinda. Begitu Carla melangkah masuk, ia kaget terbelalak melihat begitu banyaknya kristal putih bertebaran memenuhi lantai ruangan kecil itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD