Pintu Rahasia

2101 Words
Carla  melihat hantu itu tiba-tiba muncul, dengan muka mengenaskan, raut wajah ketakutan,yang dilengkapi dengan mata melotot dan terdapat darah yang mengucur dari kening juga tangan serta kakinya  yang terlihat seperti dirantai menembus tembok,  “tolonggg Carla.... tolonggg”  hantu itu tiba-tiba mengeluarkan suara yang parau dan seperti tercekat ditenggorokanya. “t-t-to-tolong a-a-apa? Apa yang bisa aku bantu?” tanya Carla dengan suara gugup dan takut. Baru kali ini dia benar-benar berkomunikasi dengan roh. Bayangkan saja! Tapi demi kehidupan yang tenang dan kembali normal, Carla berusaha meemberanikan diri. “tolong Carla... tolongggg. Aku membutuhkan mu. Aku mencoba mencari orang yang dapat membantuku. Dan hanya kau yang bisa melihatku. Bantulah aku Carla..... aaaaaaaaaaaaaaaa” tiba-tiba saja hantu itu hilang tanpa bekas setelah beteriak kencang. Carla terkejut dan juga tercengang melihat kepergian hantu itu.  Carla berusaha memanggilnya namun tak ada jawaban. Akhirnya Carla memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Dia harus kembali ke kelasnya karena 5 menit lagi akan ada pergantian pelajaran. Nanti saja ia akan mengembalikkan kunci itu kepada pak Darot. Dengan segera Carla mengunci pintu itu dan kembali ke kelasnya. Untungnya begitu Carla sampai didepan kelas, Bu Yurta baru keluar, jadi dapat dipastikan bahwa guru itu tidak tahu kalau Carla habis keluyuran. “Car... kok bisa telat sih?” begitu Carla masuk ke kelas...  suara akrab Dinda yang penuh keingintahuan itu, langsung menyapa telinga Carla “memangnya ga boleh nih sekali-sekali gue telat? “ jawab Carla seenaknya, tak berniat menceritakkan tentang hantu yang beberapa minggu belakangan ini telah menyita seluruh pikiran-nya “ya boleh sih, cuma kan gue jadi was-was juga kalo lu keseringan telat. Nanti nular lagi  ke gue” jawab Dinda dengan nada mengejek “ye enak aja lu, gue mah murid rajin yang teladan, tidak mungkin menularkan hal itu ke lu. Lagipula, ini baru pertama kalinya gue telat kan” jawab Carla “ya ampun kalian berdua.. memang tiada hari tanpa adu mulut. Tidak bisa sehari saja kalian harmonis? gue sampai pusing mendengar pertengkaran kalian” celoteh Risa dari meja belakang. Memang selain dengan Dinda, Carla juga akrab dengan Risa dan Hira, mereka duduk dibelakang Carla dan Dinda. Kalau masalah gosip, mereka ber-4 memang tidak ada duanya deh.  Eh, tiadanya empatnya. “hehehe maaf ya Risa, memang Dinda bawel banget.. gue aja sampe ngga tahan nih” jawab Carla membela diri “dih enak aja, kok jadi gue sih yang bawel?” jawab Dinda tak mau kalah “tuh kan mulai lagi kan kalian,” jawab Hira menengahi “hehehe maaf ya Hira”, jawab Dinda dan Carla berbarengan Diantara mereka berempat memang Hira yang paling dewasa. Sedangan Carla dan Dinda seperti anak kecil. Kalau Risa sih tergolong lebih dewasa dari Dinda dan Carla. Risa dan Hira hanya geleng-geleng kepala saja saat melihat tingkah laku kedua teman nya itu. Mereka sudah kebal banget deh dengerin Carla dan Dinda mengoceh tentang segala hal yang bisa mereka perdebatkan. Hebatnya segimanapun Carla dan Dinda berantem dan berdebat, mereka tidak pernah bermusuhan dan tetap saling percaya satu sama lain, saling mendukung dan tentu saja saling membantu tanpa pamrih. Memang benar pepatah yang mengatakan, persahabatan akan semakin erat jika kita berani berbicara apapun di depan sahabat kita, termasuk saat berdebat dan main saling kata-kataan.  Pelajaran berikutnya adalah pelajaran seni. Kali ini Bu Nita sang seniman muda itu, mengajak seluruh muridnya untuk melukis wajah teman sebangkunya. Kalau masalah melukis, Carla sama Dinda paling antusias dan memang jagonya deh.  Saking jagonya, kadang-kadang Bu Nita ngomel dan ngedumel saat melihat hasil gambar Carla dan Dinda karena berantakkan, suka tidak jelas bentuknya dan tentu saja tidak rapi. Ya tapi apa boleh buat,tidak semua orang berbakat dalam seni lukis. Hanya beberapa diantaranya saja yang memang memiliki bakat dan dapat menggambar dengan sempurna. Beberapa dari mereka mulai menekuni wajah teman sebangku mereka. Ada yang muka nya penuh jerawat, penuh tompel(alias t**i lalat), ada yang alisnya tebal, matanya bulat besar, hidungnya kecil sampai yang  mukanya berkerut juga ada. Kesempatan ini digunakan oleh Dinda untuk bertanya, alasan Carla berteriak kemarin. “Car....” panggil Dinda mengalihkan pandangan dari kertas gambar, dan menatap Carla lekat-lekat “hhhmmm...” jawab Carla yang sedari tadi fokus pada kertasnya dan melukis dengan sepenuh hati “Kemarin sewaktu dikelas Bu Frada kok lu tiba-tiba teriak gitu sih? memang ada apa Car? gue sampe kaget saat denger lu tiba-tiba berteriak kencang kayak gitu. Seperti  habis melihat hantu ” celoteh Dinda yang tidak menyadari perubahan yang kontras pada raut wajah sahabatnya itu. Carla tidak tahu harus bagaimana menjawab Dinda. Tidak mungkin Carla mengatakan yang sebenarnya dan mengiyakan argumen Dinda kan. Dinda pasti tidak akan percaya dan menganggap Carla hanya berbohong. Otak Carla berputar dengan cepat, mencari alasan yang dirasa cukup masuk akal, agar Dinda percaya. Namun tak ada satupun yang terlintas dalam benaknya. Untung saja Bu Nita membuka suara. Memarahi  Carla dan Dinda karena asik berbicara dan yap! Karena gambar mereka yang lebih mirip gambar anak SD ketimbang anak SMA. “Carla, Dinda, kalau mau ngobrol di luar saja!” perintah Bu Nita dengan tegas. Ya ampun.. Bu Nita yang memiliki paras wajah yang cantik, dengan tubuh mungil dan terlihat sangat baik hati membuat Carla terkejut dengan bentakanya yang ternyata berbanding terbalik dengan apa yang Carla perkirakan “maaf bu..” jawab Carla sambil meneruskan menggambar . Dinda pun diam tak berkutik, diam seribu bahasa agar tidak dikeluarkan oleh Bu Nita. Walaupun ditegur dan dimarahi oleh Bu Nita, Carla bersyukur  tidak harus menjelaskan tentang kemampuannya kepada Dinda. Phiuuhh.... leganya.  Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Carla memutuskan untuk pulang kerumah dan bersantai ria diatas kasurnya yang empuk. Namun ketika berjalan bersama Dinda, menuju ke gerbang depan sekolah.... Tiba-tiba saja bulu kuduk Carla merinding. Carla menarik nafas panjang, ia tahu hantu itu akan muncul. Namun setelah menunggu sekitar 2 menit, Carla tidak melihat apa-apa. Dinda yang sedari tadi mengoceh,baru sadar bahwa sahabatnya yang satu itu belum ada disebelahnya. Kemudian Dinda memanggil Carla. “ Car... kok bengong sih? Kan gue lagi cerita sama lu” panggil Dinda sambil menatap ke arah Carla “heh??” jawab Carla yang baru sadar dari lamunanya dan memandang Dinda “kok lu ngelamun sih Car, jadi dari tadi gue banyak cerita sama lu, sampe mulut gue berbuih gini lu sama sekali tidak  dengar?” tanya Dinda kepada Carla dengan sedikit kesal “ya ampun, maaf  Din. Lu jangan galak gitu dong,lagi PMS ya?“  ledek Carla dan berusaha mengacuhkan perasaanya tentang hantu itu. Namun begitu Carla mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah Dinda, tiba-tiba saja hantu itu muncul didepanya. Carla merasakan jantungnya berdetak semakin kencang, butir keringat mulai muncul dikening dan pelipisnya, ia juga merasakan bulu kuduknya merinding. Dinda kemudian melihat perubahan pada wajah Carla, “Car, lu kenapa?” tanya Dinda yang sangat bingung ketika melihat perubahan raut wajah temannya yang satu ini. “ada masalah apa? Tadi bengong, sekarang lu bengong lagi, dan pucet? What’s wrong girl? You know you can always tell me” “gue baik-baik aja kok Din, eh lu balik duluan aja Din, gue masih harus ke perpustakaan nih untuk membantu Pak Por(pengurus perpustakaan) membenahi buku yang baru masuk hari ini ” jawab Carla berbohong, karena sebenarnya Carla ingin masuk ke ruang musik itu lagi dan mencoba bicara dengan hantu itu.  “lho, kok berubah? tadi sewaktu gue ajak lu pulang bareng, lu bilangnya ngga ada perkerjaan pulang sekolah nanti, kenapa sekarang jadi ada tugas?” tanya Dinda heran melihat sahabatnya satu ini bertindak aneh belakangan ini. “hehehe kan tadi gue lupa Din, masa gue gak boleh lupa sih, gini-gini kan manusia juga” jawab Carla sambil cengengesan dan berusaha mengatasi kegugupanya berbohong didepan sahabatnya “kalau masalah lain lu lupa, gue masih maklum Car, tapi ini kan masalah buku, satu-satunya hal yang paling super duper ziper lu suka kan, mana mungkin lu bisa lupa sama kegemaran lu.” Jawab Dinda agak sewot dan memandang Carla curiga. Dinda yakin ada yang menyita pikiran sahabatnya itu dan ia berniat mencari tahu apa itu “hhmm.. tadi gue benar-benar lupa Din. sudah dulu ya pak Por pasti menunggu gue, tidak enak kalau gue tidak jadi membantunya. Lu pulang saja dulu Din. Bye, see you tomorrow” jawab Carla sambil berlalu Dinda hanya bisa terpaku beberapa saat untuk menyadari apa yang baru saja terjadi . Heran dan bingung adalah kata yang tepat untuk menggambarkan pikiran Dinda saat ini. Karena penasaran, Dinda memutuskan untuk mengikuti Carla dan mencari tahu apa yang akan dilakukan Carla. Dinda bukan cuma 2 atau 3 tahun berteman dengan Carla, tapi sudah 6 tahun lamanya mereka saling mengenal dan instingnya mengatakan bahwa Carla memang menyembunyikan sesuatu darinya. Dinda mengikuti Carla yang berjalan perlahan menuju ke arah perpustakaan. Dinda mengira bahwa ia terlalu banyak berpikir yang bukan-bukan dan salah sangka terhadap Carla. Namun, Dinda terbelalak kaget saat melihat Carla tidak berjalan lurus ke arah perpustakaan yang berada diujung koridor melainkan berbelok menghadap ke arah ruang musik yang selalu terkunci.  Satu hal lagi yang membuat mata Dinda terbelalak kaget, adalah ketika Carla mengambil sesuatu dari saku rok-nya yang tak lain adalah kunci ruangan tersebut. Carla kemudian memasuki ruang musik itu dan kemudian menutup pintunya. Carla tidak sadar bahwa selama ini gerak-geriknya diamati oleh Dinda, sahabatnya. “hey.. aku tahu kamu disni” panggil Carla dengan gugup dan menahan rasa takutnya. Setelah 1 sampai 2 menit menunggu dan tak ada tanda-tanda dari hantu itu .Carla memanggilnya lagi “aku tahu kau disini. Aku bisa membantumu... tapi kamu harus mengatakan padaku apa yang harus aku lakukan” pinta Carla lagi. Sejenak kemudian, Carla mulai merasakan bulu kuduknya merinding. Hantu itu muncul di depannya. Kali ini dengan muka yang pucat, mata sayu, dan bibir berwarna ungu gelap. Carla tetap berdiri ditempatnya dan melihat hantu itu. Berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa takutnya sedalam mungkin, dan mengepalkan kedua telapak tanganya untuk menguatkan dirinya sendiri. “Carla tolong....” bisik hantu itu  ‘Bagaimana cara ku membantumu? tolong ceritakan padaku’ tanya Carla “Dia membunuhku.. Dia membunuhku... tidaaakkkk....... dia memasukkkann ku ke sana.. ke balik dinding itu “ jawab hantu itu dengan berteriak histeris yang hanya bisa didengar oleh Carla “siapa? Siapa yang membunuhmu? Dinding mana?” jawab Carla dengan cepat karena menahan rasa takutnya “d- di-disana ... disana.... disana..... “ jawab hantu dengan mata lag-lagi bersimbah darah dan menunjuk salah satu ujung dinding, kemudian lenyap tak berbekas Carla tertegun sejenak. Bingung, dengan apa yang harus dilakukanya sekarang.  Carla terkejut, saat mendengar suara pintu yang berderak dan perlahan-lahan terbuka, disusul oleh pertanyaan bertubi-tubi dari Dinda yang sukses membuat Carla terkejut “sedang apa lu di sini?” tanya Dinda kaget “lu lagi ngomong dengan siapa? Perasaan disini gak ada orang deh.”  Pertanyaan Dinda yang bertubi-tubi membuat Carla dengan cepat memutar otaknya  mencari alasan lain agar Dinda tidak curiga “eeh... eeehhhh anuuu.. eeee... ituuu tadi gue lagi latihan buat kelas drama hehehe...” jawab Carla sambil terbata-bata, hanya itu yang melintas di benaknya saat ini. Dan Carla berharap Dinda akan percaya kepadanya, walaupun orang yang paling bodoh sekalipun saja akan tahu kalau ia berbohong. “gak mungkin Car, sejak kapan lu ikut kelas drama? lu kan paling benci sama cewek-cewek kelas drama yang berlebihan itu” jawab Dinda sewot “eee..ee.... sejak.. sejak... minggu kemaren Din, hehehe “ keringat dingin mulai mengucur dikening Carla, dia merasa terpojokkan “udahlah Car, lu gak perlu boong lagi sama gue. Apa yang lu lakukan disini?”  Dinda menatap Carla dengan raut wajah minta penjelasan dengan sebelah alis yang sedikit terangkat. Sekarang Carla tahu bahwa dia sudah tidak bisa lagi berbohong pada sahabat kecilnya ini. Dengan berat hati Carla menceritakan segalanya pada Dinda, tentang kemampuannya yang lain daripada yang lain dan menceritakkan bagaimana belakangan ini dia diganggu oleh hantu cewe itu. “Carla???!!!!! lu gila ya?? Nggak nggak.. gue gak perlu nanya, lu memang gila. Itu keren Car” jawab Dinda dengan mata berbinar-binar dan senyum yang lebar. Carla terkejut melihat reaksi sahabatnya itu.   “gue kira lu bakal bilang gue gila atau semacamnya. Makanya selama ini gue tidak mau jujur sama lu.”  Carla menjawab dengan jujur “Tidak dan tidak akan pernah! gue seneng banget dengerin dan tahu tentang hal-hal mistis kaya gitu. Wow, jadi selama ini sahabat kecilku dapat melihat hantu, sungguh tidak kuduga. So, apa yang lu lakuin disini?” tanya Dinda sambil melihat dengan seksama ruangan yang baru saja dimasukinya “gue sedang mencoba membantu hantu itu,  dia bilang, ada yang membunuhnya dan menunjuk ke dinding yang disana itu. “ jelas Carla sambil menunjuk dinding kokoh yang terlihat sangat tua “hhmmm...” balas Dinda sambil menaikkan sebelah alisnya “ yukk kita periksa saja” “ lu yakin? Beneran nih lu ga takut?” tanya Carla memastikan “yakin kok! lu takut banget deh.. percaya sama gue sekali-sekali” jawab Dinda Kemudian mereka berdua mulai berjalan mendekati dinding yang telah ditunjuk oleh hantu itu. Tidak ada yang aneh dengan dinding itu. Terlapisi wallpaper dengan debu tebal yang menyelimutinya. Carla dan Dinda mengamati dinding itu untuk beberapa saat  dan mencari tahu ada rahasia apa dibalik dinding itu. Awal mulanya, mereka hampir putus asa saat mencari sesuatu yang mencurigakan dan hasilnya tetap nihil, namun akhirnya Carla melihat satu bagian diujung dinding, dimana wallpapernya sudah tersobek dan tidak ada debu yang menutupinya. Carla memberi aba-aba kepada Dinda untuk merobek kertas wallpaper tersebut. Mereka takjub kaget, heran dan takut, rasa ngeri merayapi ujung kaki mereka sampai ke ubun-ubun. Apa yang ada didepan mereka, benar-benar sangat mengejutkan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD