Memberi hukuman

1016 Words
Waktu sudah menunjukan pukul 17:00 WIB. Biasanya Bulan sudah menyelesaikan tugasnya sebelum jam itu, membuat Elliot selalu bangga karena ketekunannya. Tapi hari ini, sudah pukul 19:00 sekertaris kecil itu belum juga beranjak dari duduknya. Karena tidak focus membuat pekerjaannya menjadi lama, perubahan Arka hari ini membuat gadis itu tidak konsentrasi dan malah memikirkannya. “Pulang dan istirahatlah. Uangku bisa habis jika kau lembur seperti ini!” tutur seseorang dari arah depan. Bulan beranjak kemudian menunduk hormat. “Pekerjaan saya belum selesai, Tuan. Biarkan saya menyelesaikannya lebih dulu,” “Pulang atau kau ku pecat sekarang!” tutur Elliot dingin. Mega gadis yang duduk tepat di sebelah Bulan menatap sinis. “Baik.” "Baik. Mau pulang bersamaku?" tawar Elliot masih menuggu Bulan yang merapihkan meja. "Ah tidak, saya bisa naik taxy, Tuan," tolak bulan lembut. Mega tersenyum puas, tapi senyumnya langsung pudar saat tatapan Elliot menyuruhnya pergi. Membuatnya mendengus dan menghentakan kaki seraya pergi dari sana. "Ah come on! Bukankah aku ini sahabatmu? Aku ingin mengantar sahabatku pulang tidak ada yang salah kan?" Suara Elliot lebih bersahabat saat Mega sudah pergi. Duduk di meja Bulan dengan wajah cemberut. "Hmm oke! Mengantar sahabat!" jawab bulan diiringi senyum lucu. Sudah jadi presdir, tapi tingkahnya masih seperti anak-anak. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil, masuk ke dalamnya lalu pergi. Tidak ada obrolan selama perjalanan. Bulan memikirkan Bintang yang tadi di tarik oleh seorang pria. Pria itu bukan Arka, karena Arka ada di ruang meeting tadi. Lalu siapa? Ah, entahlah. Andai saja tadi dia tidak buru-buru, Bulan ingin menghampiri Bintang dan menolongnya. Huft! Semoga saja dia baik-baik saja gumam Bulan penuh harap. Selama setahun ini mereka jarang bertemu, mungkin karena sama-sama sibuk kerja. Dalam acara keluarga pun, hanya sekali dua kali mereka bertemu. "Elliot apa yang kamu lakukan?" pekik Bulan saat Elliot tiba-tiba memeluknya dengan erat. "Biarkan aku memelukmu sebentar, please! Ayahku mengalami kecelakaan dan aku harus ke LN malam ini," lirih Elliot membuat Bulan mengurungkan niat untuk berontak, membiarkan pria baik yang telah membantunya ini memeluknya. Baiklah, Bulan. Hanya sebentar dan hanya pada sahabatmu! "Aku doakan semoga beliau baik-baik saja," tutur Bulan ikut sedih. Tuan Adiguna adalah orang baik, Ayah Elliot adalah orang pertama yang mendukung pertemanan mereka. Padahal beliau tahu jika Bulan hanyalah seorang gadis cupu dengan kepintaran dibawah rata-rata. Tapi Tuan itu tidak mempermasalahkan, hanya mengatakan jika dia yang baik, dialah yang pantas berteman dengan putranya. Mendengar penuturan Bulan, Elliot semakin mendekap erat. Ia merasa jika Bulan sangat peduli padanya. Sedang yang di peluk sudah ketar-ketir. Matanya melirik jam, sudah pukul 8. Meski Arka tidak pernah menegurnya karena menganggapnya tidak pernah ada, setidaknya Bulan harus menghormati si pemilik rumah. “Baiklah, bisakah aku kembali?” Elliot terkesiap, mengangkat tangan memohon maaf. “Silahkan.” "Selamat beristirahat!" Bulan hanya tersenyum sebelum akhirnya benar-benar pergi dan masuk ke dalam rumah. “Siapa dia?” Suara dingin mengejutkan Bulan yang baru saja tiba. Gadis itu mengelus d**a kemudian menunduk hormat. “Beliau atasan saya di perusahaan, Kak,” tutur Bulan kemudian melenggang pergi. Dia masih ingat jika Arka tidak menyukai obrolan apapun dengannya, jadi lebih memilih pergi daripada membuat pria itu murka. Namun bukan seperti Arka yang dulu, pria itu kesal saat Bulan pergi dan tidak menghiraukannya. “Beraninya kamu pergi bersama pria lain!” gertak Arka seraya menarik lengan Bulan. Selama meeting, Arka tidak focus akibat dua benda kembar sialan itu. Ia bahkan sampai diminta untuk melakukan meeting ulang oleh Tuan Kenzo tadi. Dan gadis ini? Dia malah dengan santainya berduaan dengan pria? Cih! “Kakak apa yang kau lakukan?” pekik Bulan saat Arka sudah menghimpitnya ke tembok, membuka kasar jas dan kemejanya. Tak segan Arka langsung menyesap dua benda itu dengan sesekali meremasnya. Bulan memejamkan mata, mencengkram ujung baju seraya menahan suara. Gerakan lidah dan tangan Arka membuat Bulan langsung melupakan protesnya. “Sekali lagi kau berduaan dengan pria, kau akan mendapatkan hukuman lebih dari itu,” ancam Arka dengan jarak sangat dekat. Mencium bibir Bulan singkat kemudian melenggang pergi. Ini seperti mimpi, Bulan baru terkesiap saat mendengar suara gebrakan pintu keras dari kamar Arka. “Arrgggghhhh s**t!” Arka itu memijit pelipisnya pening. Tidak tahu dan tidak sadar apa yang baru saja dilakukannya. “Bodoh! Apa yang kau lakukan Arka!” Kecam Arka pada dirinya sendiri, kemudian memilih masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Arka mengira jika nafsunya datang hanya karena penghiatan Bintang, bukan karena ketertarikan pada Bulan. Ya, apa yang Bulan lihat tadi, Arka juga melihatnya. Di tempat lain. “Alex? Kita mau apa kesini?” tanya Bintang ketakutan. Menahan tangan yang akan membawanya masuk ke dalam kamar hotel. “Masuk!” “Nggak! Tolong kasih aku waktu sebulan lagi,” pinta Bintang lirih. Pria yang bernama Alex itu tak menghiraukan. Menyeret Bintang dan mendorongnya hingga jatuh di atas kasur. “Tidak!” “Please, Lex. Setelah itu aku janji akan pergi darinya dan hidup bersamamu,” tutur Bintang sudah menangis. Bintang menyesali perbuatannya karena telah mengganggu pria itu. Alexander Arnold, pria bad boy yang juga merupakan musuh bubuyutan Arka Arzen Prasetya. Karena sakit hati Arka menikahi kakaknya, Bintang memutuskan untuk mendekati Alex, mengajaknya berhubungan agar bisa membalas sakit hatinya pada Arka. Namun bukan pembalasan yang terjadi, Bintang malah terjerat oleh pria gila itu. Alex terus meneror Bintang, mengancam akan membunuh Arka jika Bintang berani berpaling dan kembali pada Arka. “Tidak! Sudah cukup satu tahun aku sabar melihatmu dengannya!” “Harusnya ku matikan saja dia dulu di depan sekolahannya sendiri,” lanjutnya dengan nada sinis. Ya, kejadian di depan sekolah waktu itu adalah ulah Alex. Alex sengaja melakukan hal itu hanya untuk mengancam Bintang, agar gadis itu kembali padanya. Dan ternyata usaha Alex tidak sia-sia, Bintang mau kembali dengannya dan memberikan semua yang di inginkan Alex, dengan syarat Alex tidak menyakiti Arka. Awalnya Alex murka, tapi kemudian setuju asal Bintang terus di sampingmua. Pria bad boy itu mengalah pada seorang gadis? Cih, kini tidak lagi. Alex tidak akan menahannya lagi, jika seperti ini bisa membuat Bintang menjadi miliknya seutuhnya, kenapa tidak? Pria itu berjalan ke ke arah pintu dan menguncinya kemudian kembali berbalik menghampiri Bintang seraya membuka kancing baju. Bersambung….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD