Satu tahun

1222 Words
Satu tahun telah berlalu, Bulan dan bintang kini sudah lebih dewasa. Mereka bahkan sudah bekerja di perusahaan terbaik pilihan mereka masing-masing. Sedang Arka Arzen Prasetya? Pria tampan itu sudah menjadi CEO di perusahaan Prasetya Group menggantikan posisi sang kakek. "Silahkan masuk, Nona," tutur seseorang dari balik kaca mobil. Bulan tersenyum ramah melihatnya. Sangat tampan dan mempesona, sangat berbanding terbalik dari penampilannya yang dulu. "Tuan Elliot, tungguuuuu! Anda ada jadwal pertemuan dengan dewan direksi siang ini," seorang gadis cantik dan seksi berlari menuju mobil mewah miliknya. Namun bukannya menanggapi, Eliot malah menarik Bulan agar segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Elliot! Kau selalu saja seperti itu!" protes Bulan pada pria yang saat ini sedang menyetir disampingnya. Ya, pria yang dikejar gadis cantik dan sexy itu tak lain adalah Elliot. Elliot putra Adiguna, pemilik perusahaan kedua terbesar di Indonesia. Setelah kegiatan gebyar satu tahun lalu, Ayah Elliot datang dan membuka penyamaran anaknya. Memberi keterangan jika Elliot yang sebenarnya bukanlah Elliot yang mereka lihat. Selain merupakan seorang anak dari bembisnis kaya, Elliot juga ternyata masuk ke dalam pemuda pintar yang memiliki wajah tampan, menyaingi Arka. Penampilan cupu yang selama ini di tampilkan ternyata hanyalan sebuah penyamaran belaka yang hanya di ketahui oleh petinggi sekolah saja. Bulan sempat menghindar ketika mengetahui status Eliot yang sebenarnya. Namun pria itu malah lebih mendekati Bulan, mengatakan jika pertemanan mereka tidak boleh hancur hanya karena status. Penampilan dan status Elliot memang berubah, tapi sifat dan keramahan Elliot tetap tidak berubah. Masih manis dan terkadang konyol seperti biasanya. Membuat Bulan akhirnya masih menerima Elliot sebagai temannya. Bulan dan Elliot kini lebih dekat. Selain karena hubungan teman, yaitu karena hubungan bos dan karyawan. Ya, gadis berkaca mata itu bekerja di perusahaan Adiguna, berkat tangan sang CEO Elliot tentunya. Bekerja sebagai sekertaris pribadi dan duduk di ruangan yang sama dengannya. Meski tak jarang Elliot pusing karena Bulan tidak ngerti-ngerti, tapi ketekunan Bulan membuat Elliot lebih yakin memilih Bulan dan tanpa sungkan mengajarkan sang sekertaris tentang semua hal perihal perusahaan. Bulan sendiri tidak tahu jika ia terpilih karena bantuan Elliot. Karena jika Bulan tahu, gadis itu pasti akan sangat marah besar dan mengundurkan diri. Maka dari itu Elliot menyembunyikannya, tidak akan membiarkan Bulan sampai mengetahuinya. "Bulan?" Elliot menatap Bulan dalam-dalam. Saat ini mereka sudah tiba di restoran yang tidak terlalu jauh dari tempat kerja. Elliot sering kali mengajak Bulan makan siang disini dengan alasan sekalian ada yang ingin di bicarakan. Seperti saat ini, Bulan menemui Elliot karena pria itu mengatakan ada yang ingin di bicarakan. Namun belum saja mereka jalan, Mega, sekertaris kedua Elliot datang dan mengatakan jika Elliot harus ada pertemuan. "Iya?" tanya Bulan seraya menatap Elliot balik. Namun tidak ada ucapan, pria itu hanya diam menatapnya. “Hal penting apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Elliot?” tanya Bulan tidak terlalu formal, mengingat mereka sudah tidak dalam jam kerja. "Maukah kau menjadi istriku?" “Uhuk-uhuk!” Bulan tersedak saat enak-enaknya menikmati coffe cappuccino favoritnya. Penuturan Elliot membuat Bulan seperti tersambar petir di tengah bolong, membalas tatapan yang belum lama menjadi bosnya itu. “Hmpp Hahahaha. Bercandamu tidak lucu, Elliot!” jawab Bulan diiringi senyum lebar kemudian kembali menyeruput coffenya. “Saya serius, Bulan. Maukah kau menjadi istriku?” ulang Elliot dengan tatapan yang lebih serius. Bulan meneguk saliva kuat, kemudian berdehem beberapa kali untuk menghilangkan kecanggungan. Dia lupa jika dia tidak jujur perihal statusnya pada Elliot. Perihal status yang menyatakan jika dia sebenarnya sudah menikah dan menyandang status sebagai seorang istri dari Arka Arzen Prasetya. Ya, walau hanya tinggal menghitung beberapa hari lagi status itu hilang karena mereka akan bercerai. Namun tetap saja, meski sudah akan bercerai dan tidak pernah ada kontak fisik, Bulan sudah berbohong, kan? Mungkinkah Elliot akan menerimanya? Mengingat kedudukan Elliot yang saat ini sangat diperhatikan dan diincar oleh para kaywayan dan teman bisnisnya. Tidak! Bulan menarik tangan dan menyembunyikannya di balik saku. "Maaf, Elliot. Aku tidak bisa. Bukankah kita sudah berjanji hanya akan menjadi sahabat," tatur Bulan sangat pelan. Elliot mengembuskan nafas lelah. "Kau benar. Tapi saya tidak bisa jika hanya menjadi temanmu. Semakin lama saya menahan rasa ini, semakin kuat juga keinginan saya untuk memilikimu," jelas Elliot. Matanya penuh harap dan cinta terhadap Bulan. Sudah lama dia memendam rasa ini dan baru saat ini dia mampu mengungkapkannya. "Maaf, Elliot. Tapi aku tidak bisa," tutur Bulan hendak pergi tapi segera di cekal. "Bulan! Kau mau kemana? Maaf jika ucapan saya tadi malah membuatmu tidak enak. Tolong berdiamlah lebih lama, kau bahkan belum mencicipi makanan nya," tutur Elliot masih menahan lengannya lembut. "Aku sudah tidak lapar, Elliot. Aku ingin pulang," jawab Bulan lirih. "Oke-oke, saya antar kamu, ya!" "Tidak, Elliot!" "Please, Bulan! Kali ini saja," pinta Elliot dengan nada memohon. Bulan tidak menanggapi, hanya berjalan lebih dulu dan membiarkan Elliot mengikutinya. Bukan tidak suka alasan Bulan menolak Elliot. Elliot adalah pria baik, bahkan paling baik yang Bulan temui selama ini. Jadi, tidak mungkin Bulan tidak menyukai pria itu. Entah suka karena kebaikannya atau hanya sekedar mengagumi kerendahan hatinya, Bulan tidak tahu. Namun yang pasti, Bulan cukup sadar diri atas Elliot dan dirinya sendiri. Selain itu, Bulan juga sudah bertekad untuk menyembuhkan luka hatinya lebih dulu. Hati kuat untuk menghadapi kenyataan jika dia dan Arka akan segera bercerai, juga kekuatan untuk melihat adiknya menikah dengan mantan suaminya. Bulan tidak yakin Elliot akan menerima semua itu setelah dia tahu jika Bulan ternyata sudah menikah. Maka dari itu bulan lebih baik menghindar daripada menjelaskan semuanya. Keadaan menjadi canggung setelah pengungkapan perasaan Elliot tadi. Bulan yang biasanya bertanya banyak soal ini itu tentang pekerjaan atau hal apapun malah menjadi lebih banyak diam. "Terima kasih sudah mengantarku," tutur Bulan sebelum membuka pintu. Elliot menahan "I am sorry, saya mohon tetaplah menjadi sahabat meski kau tidak bisa menjadi istriku," tutur Elliot sendu, merasa bersalah atas perubahan sikap Bulan. Bukan hal yang mudah untuk mendekati gadis itu. Karena gadis itu bukanlah tipikal gadis yang gampang di genggam. Bulan akan lari jika kita mengejar. Maka dari itu Elliot merubah penampilannya untuk mendekati bulan dan benar saja bulan menerimanya dengan sangat baik. Sedang di tempat lain, seorang gadis cantik berlari menuju ruangan. "Sayang, lihatlah!" Menyodorkan ponsel seraya duduk di paha sang CEO. Seorang pria tampan yang sejak tadi sibuk memainkan jarinya di atas benda kotak langsung berhenti dan menatap foto itu dengan lekat. "Bukankah itu Bulan?” tanyanya. Bintang mengangguk cepat. "Lalu?" tanya Arka acuh kemudian kembali memeriksa file. Senyum manis terbit di bibir Bintang yang merah tipis. Kekasih yang masih berstatus menjadi suami kakaknya ini ternyata benar-benar tidak mencintai istrinya. Dengan begitu Bintang merasa benar dengan memisahkan mereka. Karena bukankah hidup terpaksa dengan seseorang yang tidak kita cintai hanya menyakiti satu sama lain. "Karena kau sibuk, aku pergi ke cafe sendiri untuk makan tadi dan tidak sengaja melihat Bulan bersama Elliot. Mereka terlihat sangat akrab dan serasi," Bintang terus bercerita perihal Bulan dan Elliot yang di lihatnya tadi. Terus mengatakan nama Bulan sedikit membuat Arka kepo dan meraih ponsel Bintang. "Ada apa?" "Elliot?” mengulang kata dengan dahi berkerut, “Bukankah dia siswa cupu di sekolahan kita?" "Ya! Apa kau tidak tahu? Setelah kegiatan gebyar waktu itu, ayah Elliot datang dan membuka penyamaran anaknya, memberikan kejelasan Jika Elliot adalah pria tampan dan anak dari seorang pengusaha kaya Tuan Adiguna,” jelas Bintang panjang lebar, sedang Arka hanya manggut-manggut tidak terlalu tertarik. Lebih memilih menutup laptopnya dan menarik Bintang untuk di sergapnya. Bersambung….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD