SAFELY LANDING

1115 Words
Senyum tak henti tersungging dari mulut Btari. Lintang terus menerus menggelengkan kepalanya. Dari kejauhan, ia melihat Septha melambaikan tangan dan menjemputnya. Septha memeluknya, “Akhirnya kamu kembali!” Btari meloncat-loncat, “Ok, ini sedikit memalukan tapi aku sangat senang!” “I’m going thirty and I’m having a new life!” Btari begitu antusias. Septha terus memeluknya, keduanya terlihat senang, melupakan Lintang yang sedang menunggu koper-koper Btari dalam sebuah trolley. “Ah, maafkan aku!” Btari melihat ke arah Lintang. “Hai Lintang, senang bisa kembali bertemu denganmu,” Septha menyalaminya. Ia mengenal Lintang karena pernah bertemu dengannya beberapa kali saat mengunjungi Btari di Singapura. Jadi, mereka memang saling mengenal. “Aku juga..” Lintang tersenyum lebar. “Aku bantu membawakan koper ini. Parkir dimana?” “Aku parkir tidak jauh dari area kedatangan, ikuti aku,” Septha membantu membawakan satu koper. Btari dan Lingga membawa sisa koper yang ada. Mereka berjalan menuju mobil Septha. Kemudian memasukkan koper-koper itu ke dalam bagasi mobil Septha. “Ok semua aman?” Lintang memastikan semuanya. “Aman!” Btari tersenyum senang. “Kita berpisah di sini ok? Btari besok kita harus ketemu, kamu juga Septha. Kita harus merayakan naskah terbaru Btari, iya tidak?” Lintang mengajaknya ketemu. “Tentu saja, aku traktir ok!” Btari mengiyakan. “Ok bye! Nanti aku telepon,” Lintang melambaikan tangannya dan berjalan menuju area parkir yang ada di sekitar pintu utara. Mamanya menjemputnya, dan seperti biasa, ia tidak mau mobil yang menjemputnya stand by di area drop off. Lintang melihatnya, mobil Lexus LS berwarna silver itu terparkir di sudut. Ia melirik kiri kanan lalu masuk ke kursi belakang. Mamanya langsung memeluknya, “Kamu dan rahasiamu! Tidak bisa juga selamanya seperti ini Djani sayang!” Lintang tersenyum lebar, “Ada waktunya, ada waktunya mam.. Tapi tidak sekarang. Ah, aku rindu makanan Indonesia. Ada ketoprak kesukaanku?” “Tentu saja! Kita pulang sekarang. Papamu sudah berulang kali menanyakanmu,” Avanti tersenyum lebar. “Ok. Sekarang biarkan aku tidur,” Lintang bersandar di kursi dan memejamkan matanya, ia mengantuk. “Berangkat sekarang pa,” Avanti meminta supirnya untuk mulai bergerak. *** “Bagaimana Jakarta? Tapi sepertinya tidak banyak berubah ya?” Btari memandang jalanan. Septha tertawa, “Kamu pergi hanya dua tahun. Itu waktu yang singkat. Selain itu, dua tahun kebelakang itu saat periode pandemi. Jadi, selama dua tahun ini, di Jakarta pun sepi. Tidak banyak hal baru.” “Satu hal baru yang menghebohkan adalah pernikahan Ishana Jasmine! Pagi ini beritanya beredar di semua media! HEBOH dan VIRAL.. Tidak ada yang menyangka ia akan menikah,” Septha bercerita panjang lebar. DUG! Jantung Btari tiba-tiba seakan berhenti berdetak. Ishana menikah? Dengan siapa? Apa Genta? “Si-siapa suaminya?” Btari sedikit tercekat. “Kamu bisa google sendiri. Lagi hot. Beritanya baru muncul hari ini. Banyak pihak terkejut, tidak menyangka,” Septha terus bercerita sambil terus menyetir menatap jalanan. Btari menarik nafas panjang dan mencoba menenangkan dirinya. Ia mengetikkan kata kunci “ISHANA JASMINE”. Berita soal Ishana pun muncul. Kabar Bahagia, Ishana Jasmine Menikah! INDOPOS,- Berita mengejutkan datang dari aktris ternama Ishana Jasmine. Ia mengumumkan pernikahannya dengan pengusaha Aidan Kanigara yang merupakan CEO dari Grup Kanigara Company yang bergerak di bidang Hotel dan Hospitality. Ishana mengakui telah cukup lama mengenal Aidan dan berteman baik. Pasangan berbahagia ini menikah secara tiba-tiba dan membuat para penggemar Ishana bertanya-tanya. Namun, Ishana tidak memberikan banyak penjelasan, ia hanya meminta doa dari para penggemarnya. Selamat Ishana!* Btari menutup ponselnya. Entah kenapa, lega rasanya saat tahu Ishana bukan menikah dengan Genta. Meski hati kecilnya bertanya-tanya, kenapa hubungan mereka berakhir? Pikirannya kembali menerawang. Apa kabar Genta sekarang? *** Lintang tiba di kediamannya. “Djani, papa kangen kamu! Hampir tiga bulan ini kamu tidak pulang,” Padmana Biantara memeluknya. “Papa, ada tugas akhir yang harus aku selesaikan. Tahu sendiri bukan?” Djani balas memeluknya. “Jadi, apa rencanamu sekarang?” Padmana mengajaknya duduk di ruang makan. Avanti hanya tersenyum, “Anak kita baru saja mendarat. Biarkan dia makan dulu dengan tenang.” “Iya pap, aku lapar,” Lintang mengelus perutnya. Padmana hanya tertawa, “Ok.. Maafkan papa..” Mereka pun berbincang sambil makan dan membicarakan topik-topik ringan yang terjadi di seputar dunia hiburan. “Pap, mam, sekembalinya aku ke Jakarta, hal pertama yang akan aku lakukan adalah memulai hidup mandiri di apartemenku. Ok?” Lintang menceritakan rencananya, “Kedua, aku sedang menyusun satu projek perdanaku. Tapi, sementara ini aku sudah menerima pekerjaan sebagai Asisten Sutradara Abhimanyu. Papa mungkin sudah dengar kalau Sutradarai Abhi sedang ada projek dengan Netflix membuat serial original sekitar 10 episode.” “Hmm.. Kamu sama sekali tidak tertarik membantu papa di manajemen?” Padmana sedikit kecewa. “Tidak pap. Aku harus merintis karirku dari bawah agar bisa memahami dunia ini dengan baik. Papa masih muda dan sehat, aku tidak akan mengambil alih sesuatu yang sudah papa jalankan dengan baik. Semoga papa memberikan restu untukku. Mama juga..” Lintang menjelaskan semuanya. “Ok, Djani, papa mendukungmu. Raih cita-citamu. Soal perusahaan ini, nanti kita bicarakan lagi,” Padmana tersenyum. Ia tahu, anaknya ini tidak bisa dibantah. Lagipula, ini cita-cita positif. Rasanya, tidak ada hal yang membuatnya harus tidak setuju. “Terima kasih pap..” Lintang tersenyum lebar. “Mam, bagaimana?” “Djani, kamu tahu sendiri, mama tidak pernah peduli urusan perusahaan. Akting adalah dunia dan passion mama.. Jadi apapun yang mau kamu lakukan, mama mendukungmu,” Avanti mengelus tangan anaknya pelan. “Dan, Padma, soal perusahaan, jangan terlalu banyak khawatir, banyak profesional yang bisa membantu mengelola perusahaan ini.” Padma hanya tersenyum, ya dia tidak ingin harapannya menghalangi cita-cita anaknya. Bagaimanapun kebahagiaan Djani adalah nomor satu. Dan, anaknya ini tidak pernah macam-macam, anak satu-satunya tapi tidak manja dan membanggakannya. *** Teo menghampiri Genta, “Sudah baca berita yang beredar? Soal Ishana?” Genta mengangguk, memilih tidak berkomentar. Ia mengetahui kabar itu bahkan dari Ishana langsung. Dan, ia tidak merasakan apapun. Apapun yang Ishana mau lakukan, bukan lagi hal yang harus ia pedulikan. Itu hidup Ishana bukan hidupnya. Hubungan mereka sudah lama berakhir. Meski Ishana beberapa bulan terakhir ini masih aktif menghubunginya, tapi ia tidak lagi meresponnya. Entahlah, belum ada perempuan yang berhasil menarik hatinya dan kembali membangkitkan getar-getar itu. Genta membuka ponselnya dan membaca pesan yang Ishana kirimkan. Ishana : Genta aku ingin ketemu. Genta : Tidak. Ishana : Genta apa yang terjadi padamu? Genta : Tidak ada apapun, aku seperti ini. Ishana : Genta, aku akan menikah. Genta : Selamat, doaku yang terbaik untukmu. Ishana : Serius? Tidak ada perasaan apapun? Genta : Apa lagi? Sejak itu Ishana tidak membalas pesannya, dan tiba-tiba saja kabar pernikahan itu tersebar. Sungguh, tidak ada rasa apapun di hatinya. Entah kenapa.. Semua gairahh itu seperti hilang ditelan bumi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD