Genta tidak mengangkat telepon itu. Ia memperhatikan ekspresi Btari yang terdiam, “Kenapa? Kenapa kamu diam? Aku tidak akan mengangkatnya.” "Nomornya masih ada dalam ponselku karena aku profesional Btari. Dia bagian dari rekan kerjaku. Itu alasanku. Aku bukan orang yang terlalu mellow urusan perempuan. Masa lalu ya masa lalu," Genta bercerita panjang lebar. "Hanya kamu, yang pertama kali, membuatku jadi lelaki aneh. Yang bahkan aku seperti tidak mengenali diriku sendiri," Genta kembali tersenyum. Btari tidak menjawabnya, ia hanya menunduk. Ia kembali teringat ciuman Ishana dan Genta. Tubuhnya terasa gerah, kali ini ia tidak sedih tapi ada rasa tidak suka. Ada desiran tidak enak yang merasuk ke dalam dirinya. “Maafkan aku, perempuan ini tidak pernah berhenti. Dia.. Mmm..