Zeema 4

1013 Words
Kakek beranjak dari tempat duduknya, "Ayo kita pulang, aku merindukan kebun ku." Ucapnya. Aku mengangguk, meskipun aku hantu, tapi dengan sedikit energi aku bisa menyentuh bahkan memindahkan barang-barang ke tempat yang aku mau. Termasuk membantu kakek memindahkan barang-barang. "Energimu cukup kuat Zeema." "Tentu, aku bukan hantu yang lemah. Meskipun energiku kuat, bukan berarti aku jahat." "Baiklah, bantu aku segera berkemas. Jika harinya mulai panas, kulitku akan terbakar nanti." "Baik kakek!" Setelah berkemas, kami melanjutkan perjalanan keluar hutan. Seraya berjalan beriringan, aku membantu kakek menyumbangkan energi agar apa yang kakek bawa tidak terlalu berat, karna aku tak membawa apapun. Aku tak ingin, jika kebetulan ada orang yang melihatku membawa barang-barang, apa yang mereka pikirkan nanti? Benda yang melayang? Tentu saja tidak. "Kakek, kau tinggal sendirian di rumah?" "Tidak, ada kucingku." "Lalu di mana istrimu?" "Sudah lama meninggal, tentang putraku?" Seolah mengerti dengan pemikiran ku, aku mengangguk. "Dia juga meninggal, karna dulu kami mengalami kecelakaan saat usiaku 28 tahun dan istriku 25 tahun. Anak kami baru berusia 4 tahun, dia laki-laki. Saat itu mobil yang ku gunakan masuk ke dalam jurang, sementara aku terjatuh cukup jauh dari keberadaan mobilku, bahkan aku sempat koma berbulan-bulan lamanya." "Kau tahu zeema, sejak saat itu juga aku bisa melihat segalanya. Saat aku terbangun, dan mendapati kabar jika istri dan anakku meninggal, aku begitu terpuruk. Rasanya kehidupan ku sudah di ujung tanduk." "Kakek, aku tak mengira jika kau sepilu itu. Kau tidak berniatan untuk mencari istri lagi?" "Tidak, istriku adalah cinta pertamaku. Aku tak ingin membuka ruang untuk wanita lain lagi." "Bagaimana tentang anak? Kau tak menginginkan seorang keturunan lagi?" "Tidak, mungkin kau?" "Heiss, hantu sepertiku mana bisa!" "HAHAHA...." Tawa yang ku dengar dari kakek begitu mirip dengan pamanku. Aku berjalan mundur di hadapan kakek. "Apa kakek percaya tentang reinkarnasi?" "Aku tidak tahu, dan kau?" "Aku percaya, aku melihat paman di diri kakek. Meskipun paman belum pernah menikah, tapi tatapan cintanya begitu mirip dengan kakek, saat kakek menceritakan tentang istri kakek." Jelasku panjang lebar. "Begitu, sekarang aku kakek mu atau paman mu?" "Em... Dua-duanya!" "Rakus!" "Hehehehe....." "Dan ya, dari mana kakek menemukan hutan ini?" "Apa kau pernah berkeliling hutan ini? Sangat jauh dari sini, ada jalan menuju puncak, dan di sana juga ada jurang. Di sanalah kecelakaan itu terjadi." "Eh? Itu sangat jauh dari tempat tinggalku kakek." "Apa kau lupa aku seorang pemburu! Selain berburu, aku datang kemari untuk mengingat istriku juga zeema." "Oh begitu, baik aku mengerti." "Lula, apa kau bisa merubah wujud aslimu?" "Bisa, tapi setelahnya aku akan sangat lelah kakek. Apa kakek ingin melihat nya?" "Tidak terlalu, aku hanya membayangkan secantik apa gadis belanda ini." Mendengar ucapannya, pipiku bersemu. Pujian tulus ini membuatku bahagia, hingga pipi bulat ku juga tak berhenti melebar. Tak terasa, perjalanan kami sudah hampir sampai. Aku dan kakek tiba di tepi jalan, aku melihat ada beberapa mobil Jeep di tepi jalan seolah menunggu pemiliknya datang. Belum sempat bibirku mengucapkan beberapa pertanyaan, kakek berjalan ke arah Jeep itu. Alisku semakin bertautan menatap beberapa pria ber jas di sana tengah membungkuk memberi hormat pada kakek. Aku segera menghampirinya, menatap penuh tanda tanya ke arah kakek. "Bagaimana rapat semalam? Apa tanpa kehadiran ku masih tetap baik-baik saja?" Beberapa pertanyaan itu sama sekali tak masuk ke dalam pola pikir ku. "Masih di perbincangankan tuan besar, mereka menunggu kehadiran anda langsung. Bagaimana dengan perburuan anda?" Sahut seorang pria begitu lembut pada kakek. "Ah... Aku akan membawa sesuatu yang sangat berharga ke rumah, ayo aku sangat lelah." Terlihat pria berjas hitam itu kebingungan dengan ucapan kakek, tapi hanya anggukan yang di tunjukkan nya. Di dalam, kakek duduk di sebelah kursi pengemudi membiarkan kursi belakang Jeep ini kosong, dan ada beberapa mobil yang menjaganya di belakang. Aku berfikir jika kakek ini adalah orang yang berpengaruh, melihat betapa ketatnya penjagaan. "Tuan besar, ada seorang investor baru yang ingin berunding dengan anda. Tentang proyek yang di urungkan tahun lalu." "Siapa dia?" "Tuan muda Disaka Adisson, dari Guan group." "Hm, Guan grup? Apa hubungannya dengan perusahaan ku?" "Saya sendiri pun bertanya-tanya, seperti mereka mengetahui sesuatu tentang anda, kita harus berjaga-jaga karna mereka pandai mengambil alih perusahaan lain tuan." "Ya aku tahu." Satu kata dari perbincangan mereka bahkan tak ada yang ku pahami, mereka membahas apa sebenarnya. Apa yang bisa hantu sepertiku lakukan sekarang? Selain menonton saja. "Kakek, aku belum tahu namamu." Tanyaku tiba-tiba. "Aku? Kakek Vang Witama. Kau bisa memanggilku kakek tama, atau kakek saja." Sahutan nya itu membuat pria di sampingnya seketika menelan ludah. "Untuk pria ini, dia asisten ku Jardo, panggil saja asisten jar. Dia tau semua tentang ku, tidak perlu khawatir dia akan ketakutan menyadari ada makhluk astral di sini." "Apa kau yakin dia tidak ketakutan kakek?" "Kau meragukannya, hei jar. Putriku zeema bertanya apa kau ketakutan?" "Tidak tuan besar." Sahutan itu terdengar seperti sebuah paksaan, aku terkekeh pelan mendengarnya. "Baiklah, asisten jar. Aku akan menjagamu jika kelak ada hal buruk yang akan terjadi." "Hei jar, di belakang sana ada seorang gadis belanda. Namanya Camlo Zeema, aku akan menceritakan semuanya nanti. Saat ini bibir ku terlalu lelah berucap." Asisten Jar tertawa mendengar keluhan tak langsung dari bibir kakek. "Baik tuan besar, saya akan mendengarkan nya kapanpun anda bisa." "Dan ya..." Kakek menggantung ucapannya, menatap asisten jar dengan matanya yang sayup. "Dia sangat cantik jar, kau akan jatuh cinta jika melihat gadis ini secara langsung. Karna hatiku hanya milik ema, jadi gadis ini tak seberapa cantiknya dari ema." "Saya mengerti tuan, tapi untuk sejauh ini tak ada gadis yang bisa hatiku katakan cantik. Hahaha....." "Apa? Kau memiliki masa lalu jar?" "Tidak tuan besar, hanya masih belum pas saja." "Hm...." "Kakek, ema itu siapa?" "Istriku." Sahut kakek. "Ah iya iya...." "Tuan besar, apa kalian sangat dekat?" "Tentu.... Kami dekat hanya dalam semalam!" Sahutnya dengan bisikan kecil di akhir kalimatnya. "Zeema cukup menarik perhatianku ku, saat membahas gadis ini, bibirku seolah tertarik untuk berbicara lebih banyak lagi. Seperti sekarang! Aku kembali berbicara banyak, padahal sebelumnya aku bilang lelah!" "HAHAHA.... Zeema semenarik itu?" "Ya, aku akan memintanya untuk menampakkan dirinya nanti." "Baiklah, sekarang istirahatkan diri anda saja tuan." Tak ada ucapan lagi, hanya ada suara kakek yang bardehem sebelum akhirnya terlelap melepaskan rasa lelahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD