" Apa kau mencintai Rey ? " Tuan Lansky mengulangi pertanyaannya dan Kanaya tetap sama , ia juga tidak tau apakah ia mencintai Rey atau tidak .
" Mm... berarti Rey memang harus berjuang lebih keras lagi " gumam tuan Lansky yang membuat kening Kanaya berkerut
" Tak usah dipikirkan , Ayo Kanaya kita ikut bergabung dengan mereka ! " Ajak Tuan Lansky yang melihat raut kebingungan di wajah cantik Kanaya.
" Baik tuan Lansky " jawabnya dengan sopan.
" Tak usah terlalu formal Kanaya , kamu bisa memanggil saya kakek dan memanggil istri saya nenek sama seperti Rey . Karena kami sudah menganggap Rey seperti cucu kami sendiri " tuan Lansky menjelaskan
" Iya kek " Kanaya tersenyum simpul
" Apa ini ? Kau membawa seorang wanita dan tidak menceritakan padaku , Rey ? Dasar kau anak nakal ! " ucap nyonya Lansky sambil menepuk bahu Rey cukup keras. Membuatnya mengasuh seraya tergelak dan mengusap bahunya yang baru saja dipukul.
" Sayang , kau cantik sekali . Siapa namamu ? " Nyonya Lansky memeluk hangat tubuh Kanaya .
" Kanaya nek " Kanaya tersenyum simpul menanggapinya.
" Kanaya , bagaimana bisa gadis cantik sepertimu mau dengan si buruk rupa seperti Rey ? " tanya nyonya Lansky sembari melirik Rey tajam
" I.. ituu.. saya bukan..” Kanaya bingung harus bagaimana menjelaskan hubungannya dengan Rey.
" Aku tampan nek , bukan buruk rupa ! " Rey memotong kalimat Kanaya dengan wajah tak terima yang ditujukan pada nyonya Lansky .
" Rey sudahlah , wanita memang susah untuk dipahami . Jadi , lebih baik kita mulai pembahasannya " ujar Tuan Lamaku yang merangkul bahu Reynand dan membawanya ke sebuah meja makan.
Nyonya Lansky mengabaikan perkataan suaminya lalu mengajak Kanaya ke meja makan , kerena pembahasan tentang kerja sama memang akan dibahas disana .
Setelah membahas banyak hal , kini Kanaya dan Rey melihat-lihat properti demi properti di hotel itu .
Kanaya menghentikan langkahnya sejenak , kemudian memijit tumitnya pelan , ia meringis , kakinya terasa kebas dan sepertinya ia sudah tak sanggup berjalan lagi .
Ia melirik jam tangan mungilnya yang ternyata sudah menunjukkan pukul lima sore dan itu artinya ia sudah berjalan selama kurang lebih tiga jam .
' astaga , berapa lama lagi aku harus berjalan mengelilingi hotel ini ? ' keluhnya dalam hati .
Kanaya terus berjalan dengan sekuat tenaga menahan perih di kakinya .
Hingga…
Bruk..
Kanaya terhuyung kebelakang karena menabrak sesuatu yang keras didepannya . Ia memejamkan mata , tak perlu menebak lagi karena ia sudah yakin bahwa lantai marmer dibawahnya akan segera menjadi tempat berlabuh kepalanya yang indah . Serta tubuhnya yang terbilang cukup mungil untuk ukuran gadis Asia.
" Hati-hati " ucap suara yang amat Kanaya kenal , bersamaan dengan tubuhnya yang seperti melayang .
Ia membuka matanya perlahan dan mendapati wajah Rey dengan gurat kekhawatirannya yang jelas terlihat .
" Kamu lelah ? Kita akan sudahi ini jika kamu merasa lelah " tukas Rey dengan nada cemasnya.
" Tidak.. tidak pak , saya baik-baik saja . Hanya saja... "
Kanaya tidak melanjutkan perkataannya dan sebagai gantinya ia melirik kakinya dan Rey pun mengikuti arah pandang Kanaya yang menunjukkan kakinya yang sudah mulai membengkak .
Tanpa pikir panjang Rey langsung berbicara pada tuan Lansky untuk pulang lebih cepat .
Tuan Lansky pun memahami keadaan Rey dan mengijinkannya .
Rey menuntun Kanaya dengan telaten hingga sampai di basement hotel .
" Hati-hati " ucap Rey sambil membantu Kanaya masuk kedalam mobil yang ia pinjam dari tuan Lansky .
" Kita kerumah sakit ya ? " tawar Rey setelah ia selesai memasangkan seatbelt Kanaya dan juga dirinya .
" Gak usah "
" Tapi kakimu bengkak nana , aku gak mau terjadi hal yang lebih serius ! "
" Gue bilang gak usah ya gak usah , Rey ! Lagian ini cuma memar kena tali hells doang , lebay amat harus sampe ke rumah sakit ! " Kanaya kesal dengan kekhawatiran
Rey yang menurutnya terlalu berlebihan . Karena memang hanya perkara heels yang sedikit kekecilan di kakinya. Hingga kakinya lecet di bagian belakangnya.
Rey menghembuskan nafas lelah , ia tak tau harus dengan cara apa lagi membujuk gadis keras kepala disampingnya itu .
" Ya sudah " cetus Rey Final. Ia juga lelah berdebat dengan Kanaya, Si gadis keras kepala disebelahnya ini.
Rey menjalankan mobilnya , sesekali ia melirik Kanaya yang masih tampak menahan sakit di kakinya .
Ia makin melajukan mobilnya , memecah padatnya jalanan senja kota jakarta .
" Aku turun bentar , kamu jangan kemana-mana ! "
Setelah mengucapkan itu Rey langsung turun dari mobilnya yang sudah terparkir , ia berjalan cepat menuju apotek .
Membeli obat yang ia perlukan , lalu berjalan lagi menuju toko sepatu yang berada tak jauh dari apotek .
Ceklek
" Na , coba liat kaki kamu " pinta Rey
Kanaya terkejut dengan kehadiran Rey yang tiba-tiba , untung saja ia tak sedang bersandar di pintu mobil , jika itu terjadi maka sudah dapat dipastikan ia akan terjatuh .
Ia sebenarnya hendak marah pada Rey , tapi melihat wajah khawatirnya , melihat bulir peluh yang menghiasi keningnya membuat Kanaya tak tega .
Dia menggeser duduknya kesamping , kearah Rey yang sudah berjongkok dibawahnya .
Rey dengan telaten mengobati luka Kanaya , lalu membalutnya dengan kasa .
" Kamu pake ini aja ya , moga aja pas ukurannya " ucap Rey sambil memasangkan flatshoes hitam dikaki Kanaya .
" Agak kegedean sih , tapi ini nyaman kok dipake nya . Longgar , jadi gak sakit " jelas Kanaya , ia tak mau Rey makin mengkhawatirkan nya lagi .
" Syukurlah "
" Mm.. Rey "
" Ya ? "
" Makasih " ucap Kanaya sambil tersipu malu .
" Kalo kamu berterimakasih ke aku jangan cuma pake kata-kata , cium dong ! " kata Rey manja , sambil menunjuk-nunjuk pipinya .
" Gak jadi " ucap Kanaya sebal .
" Ayolah " Rey mulai merajuk .
" Gak "
" Kanaya... "
" Gue gak akan...” Ucapannya harus terpotong oleh suara perutnya yang ternyata demo minta di isi.
Kruukk....
" Laper ? " tanya Rey sambil menahan senyumnya .
" Gak tuh , perut lo kali yang bunyi " Elak Kanaya , cukup banyak sudah ia mempermalukan dirinya sendiri hari ini dihadapan Rey .
" Yaudah kita makan dulu , lagian ini juga udah waktu makan malam kok "
Rey kembali melajukan mobilnya menuju restoran terdekat . Setibanya disana Rey kembali membantu Kanaya berjalan .
Sebenarnya Kanaya mampu jalan sendiri , tapi apalah daya , sifat bossy mengjengkelkan Rey kembali .
" Makan apa ? " tanya Rey
" Samain aja "
Rey segera memesan makanan pesanan mereka , semuanya sama , kecuali minumannya .
Merekapun makan dalam keheningan walau sesekali Rey melirik Kanaya yang sedang menikmati makanannya .
" Na , aku ke toilet dulu ya ? " ijin Rey
" Hmm.. "
Kanaya tetap melanjutkan acara makannya , ia sudah beberapa kali mengusap peluh didahinya .
Ia tak menyangka bahwa Rey adalah tipe orang yang menyukai makanan pedas. Ia mengira jika Rey tak suka pedas. Karena waktu itu. Ternyata ia hanya membohongi Kanaya. Ingin melihat, apakah Kanaya menyukai pria yang tak suka pedas? Sedangkan dirinya adalah penyuka makanan pedas.
" Tau gitu gue gak minta disamain deh " Gerutu Kanaya sambil menegak habis minumannya .
" Aduh....pedes banget ! " seru Kanaya kepedasan .
Ia menatap sedih gelas minumannya yang kosong , lalu ia melirik minuman Rey yang tampak utuh .
" Bodo amatlah , yang penting mulut gue gak kebakar! Dasar Reynand! Pesen makanannya gak kira-kira pedesnya! Awas aja nanti!" Cerocos Kanaya sambil mengambil gelas minuman Reynand.
Setelah meyakinkan diri , Kanaya pun langsung menegak habis minuman Rey .
' aduh , kok tenggorokanku makin panas ? ' keluhnya dalam hati
Tanpa pikir panjang lagi , ia menegak kembali minuman itu langsung dari botolnya .
" Astaga ! Kamu ngapain ?! " Seru Rey dari arah belakangnya.
Rey terkejut melihat Kanaya yang sudah menegak habis vodka yang ia pesan tadi . Ia mengacak rambutnya kasar .
Kanaya yang telah kehilangan kesadaran pun menengok ke arah Rey .
" Hey...ganteng...!! " Kanaya melambaikan tangannya ke arah Rey sambil tersenyum menggoda.
" Nana , kita pulang ya ? " ajak Rey .
" Pulang ? Kemana ? Kerumah ? " Tanya Kanaya yang sudah sepenuhnya mabuk.
Rey langsung menggendong tubuh mungil Kanaya tanpa memperdulikan ocehannya .
Ia menempatkan Kanaya dikursi penumpang lalu memasangkan seatbelt untuknya .
Ia melajukan mobilnya segera menuju apart Kanaya . Sesekali ia melirik Kanaya yang masih saja terus meracau tak jelas .
" Hei ganteng ! Kamu tau gak , aku punya bos gaaalaaaakk banget . Ganteng sih , tapi ngeselinnya gak ketulungan , suka atur- atur gak jelas , pokoknya ribet deh ! " racau Kanaya sambil mengibaskan tangannya .
Rey hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah lucu Kanaya .
Menurutnya Kanaya lebih menggemaskan ketika mabuk , rambut yang berantakan dan pipi yang memerah .
" Na , bangun...kita udah sampe " pungkasnya pelan sambil menepuk pelan bahu Kanaya.
" Udah sampe ? Dimana ? Ka.. kamu siapa ? Penculik... tolong.. aku sedang diculik...!!! " seru Kanaya memecah keheningan basement apartemennya
" Sstt... " Rey membungkam mulut Kanaya dengan tangannya .
" Aku bukan penculik , aku Rey ! " ucap Rey .
" Oh.. pak bos , malam bos ! " Sahut Kanaya yang mabuk dan tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
" Ya ya malam , Ayo aku antar kamu masuk ke apart kamu ! " kata Rey lalu dengan sabar ia menuntun Kanaya menuju apartnya .
" Na , passwordnya berapa ? " tanya Rey
" Apa ? "
" Password apart kamu berapa ? "
" Oh password "
" Berapa ? " tanya Rey lagi .
" Apanya yang berapa ? "
" Password Na , password ! " Rey mulai geram
" 2...1...1...9 "
Tit tit tit tit Ting..!
" Ayo masuk ! " Rey menarik lembut tangan Kanaya .
" Tunggu ! " cegah Kanaya
" Ada apa...” belum sempat Rey selesai dengan pertanyaannya. Sesuatu pun telah terjadi di depannya dengan sangat cepat. Tanpa bisa ia cegah. Membuatnya terkejut sekaligus tak percaya.
Huwekk...
" Ah... Leganya.... "
Bruk..
Dengan sigap Rey menopang tubuh Kanaya yang ambruk , untung saja muntahan Kanaya tidak mengenai celananya dan hanya mengenai bajunya , jika tidak...
Rey menggendong Kanaya menuju kamarnya , dengan telaten ia melepaskan dress Kanaya yang terkena muntahannya sendiri .
Tentu saja Rey harus kuat menahan gejolak dalam dirinya. Bagaimana pun ia pria normal yang tentunya terangsang akan pemandangan indah di depannya saat ini. Akan tetapi ia tak ingin jadi pria pengecut yang memanfaatkan wanita mabuk untuk jadi teman tidurnya .
Dengan hati-hati Rey merebahkan Kanaya di kasurnya , lalu menutupi tubuh Kanaya yang hanya memakai bra dan celana dalam itu dengan selimut .
" Junior , kamu harus sabar ya.. harus kuat ! "
Rey bermonolog sambil menatap 'miliknya' yang sudah mulai on .
Ia menghela nafas berat , lalu menuju kamar mandi , Ya , yang ia perlukan saat ini adalah mandi. Untuk menurunkan tegangan tinggi dalam celananya.
Setelah menyelesaikan urusannya selama satu jam , Rey pun ikut merebahkan dirinya di samping Kanaya . Untungnya tadi ia telah membersihkan muntahan Kanaya. Sebelum mengganti bajunya.
Rey memandangi wajah damai layaknya seorang bayi saat ini. Wajah cantik yang kini terlelap dengan mata terpejam.
Bulu mata yang lentik. Di tambah dengan hidung yang tak terlalu mancung. Kemudian turun ke bawah. Rey melihat bibir mungil pink alami milik Kanaya. Ia melumat lembut bibir Kanaya yang tertidur dan mendekapnya erat . Bibir yang sejak tadi seakan menggodanya untuk segera meraupnya.
" Good night , girl ! " ucapnya tersenyum tipis lalu ia pun mulai memejamkan matanya . Menyambut datangnya mimpi indah yang akan menemaninya dalam tidurnya.